Monday 19 August 2013

Biru

Adik saya Ema tahu rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ia berumur 15 tahun. Lelaki yang Ema suka berumur 30. Ganteng. Keren. Dan oh, jago main bola juga.  Saking sukanya, Ema bahkan menyematkan nama belakang si pria ini setelah namanya sendiri untuk lucu-lucuan. Nama Ema di daftar kontak handphone saya saja merupakan kombinasi dua nama itu.

Lelaki yang saya sebut tadi adalah seorang pemain bola berkebangsaan Jerman. Momen tujuh tahun lalu saat Ema pertama melihatnya adalah saat Piala Dunia 2006 di Jerman. Sebelum mengenal lelaki ini, Ema tidak suka dan tidak peduli dengan sepakbola. Tapi perkenalannya dengan si pemain bola mengubah obsesi dan ketertarikannya. Mengetahui pria ini bermain untuk Chelsea FC, Ema pun segera menyatakan dirinya sebagai true blue – julukan bagi fans Chelsea.

Ema mulai membeli jersey Chelsea, bukan hanya seragam kandang, tapi juga tandang. Ia mencoba mengenal nama-nama pemain dan pelatih Chelsea. Ema menonton setiap pertandingan klub favoritnya itu, terkadang nobar dengan teman-teman sesama true blue-nya. Lama-lama, ia mulai hapal yel-yel untuk mendukung Chelsea.

We love you Chelsea.. We do!
We love you Chelsea.. We do!
We love you Chelsea.. We do!
Oh.. Chelsea we love you!”

Tahun 2010, kontrak si pemain bola di Chelsea tidak diperpanjang hingga ia mesti kembali ke Bayer Leverkusen, klub tempat ia pernah bermain dulu. Patah hati; tapi Ema, sudah mantap di Chelsea. Ema masih menyukai lelaki ini – seperti selalu – tapi Chelsea akan tetap jadi klub yang ia puja.

Awal tahun 2013 ini, Ema gembira bukan main ketika mengetahui Indonesia masuk dalam daftar negara yang akan dikunjungi Chelsea – selain Thailand dan Malaysia – dalam rangkaian Asia Tour-nya. Itulah kenapa, ketika ia berulang tahun di Maret yang lalu, saya dan ibu memberikan kado berupa gift card yang bisa diuangkan. Supaya lebih berkesan, saya sengaja membuatnya sendiri dengan nuansa Chelsea.


Chelsea direncanakan bertanding melawan BNI All-Stars Indonesia tanggal 25 Juli. Sebelum itu, Chelsea akan melawan Singha All-Stars Thailand pada 17 Juli dilanjut dengan laga kontra Malaysia XI pada 21 Juli.

Rupanya bukan hanya Ema yang ingin menonton Chelsea di Gelora Bung Karno. Adik saya yang paling kecil – Nanda – juga rewel ingin ikut nonton. Meski harus bolos sekolah, meski harus bongkar celengan, Nanda berniat harus nonton Chelsea. Saya tak tahu kapan persisnya Nanda suka Chelsea, tapi saya tahu pasti siapa orang di rumah yang membuat Nanda juga suka dengan Klub Biru itu.

Tiket Chelsea sendiri baru mulai dijual tanggal 13 Juni. Tiket paling murah – kategori III – dijual seharga Rp150.000 dan tiket termahal sekelas VVIP dijual Rp3.500.000,-. Karena Ema dan Nanda ingin nonton bareng, saya pun akhirnya memutuskan untuk ikut nonton. Sedikit banyak, saya tahu tentang Chelsea dari Ema. Saya familiar dengan nama-nama pemain Chelsea. Frank Lampard dan John Terry ada pada daftar teratas pemain Chelsea yang paling saya suka.

Senin 17 Juni, pulang dari kantor saya langsung ke Menara Jamsostek untuk membeli tiket Chelsea di Indotix. Sudah ada beberapa orang di sana. Ada yang berniat membeli tiket Chelsea, ada juga yang bermaksud membeli tiket Arsenal. Oh ya, selain Chelsea, Indonesia juga kedatangan Arsenal dan Liverpool di bulan yang sama. Sebelumnya, Timnas Belanda termasuk Van Persie juga bertandang ke Jakarta.

Saya membeli tiga tiket kategori II dan memilih Gate III di belakang gawang. Saat itu, yang saya terima masih berupa voucher dan email dari Indotix. H-7, saya kembali ke Indotix dan menukarkan voucher itu menjadi tiket.


Hari-H, 25 Juli. Nanda sudah sampai ke Jakarta sejak pukul 11 siang. Ia naik kereta paling pagi dari Tegal. Setelah menjemput Nanda, saya kembali ke kantor sementara Nanda beristirahat di kosan saya. Yang paling membuat deg-degan justru Ema. Di hari yang sama dengan laga Chelsea vs BNI All-Stars Indonesia, Ema justru harus menghadapi sidang skripsi. Iya, sidang skripsi. Dari 31 tanggal di bulan Juli, dosen menentukan Ema sidang di tanggal 25. Tanya kenapa.

Ema akhirnya minta ujian paling pagi, berharap bisa segera mengetahui hasilnya. Ternyata antrian sidang hari itu lumayan padat. Pukul 2 siang, Ema baru dinyatakan lulus. Ia segera mengganti bajunya dengan jersey Chelsea, naik angkot ke pool X-trans sambil membawa-bawa empat bendel skripsinya. Satu jam kemudian, Ema sudah di travel dari Bandung menuju Jakarta.

Sementara Ema masih dalam perjalanan, saya dan Nanda sudah rapi dengan jersey kami. Saya membeli KFC Kolonel Yakiniku untuk buka puasa kami bertiga. Awalnya saya dan Nanda ingin menunggu Ema di Plaza Festival. Tapi melihat waktu yang semakin mepet, kami pun ganti menunggu Ema di pool X-trans di daerah Jalan Blora. Sampai waktu Maghrib tiba, belum ada tanda-tanda Ema segera datang. Jakarta menjelang buka puasa pastilah sangat macet. Kick off memang baru dimulai pukul 20.30, tapi tetap saja kami gelisah menunggu Ema.

Satu jam kemudian, Ema baru sampai. Ia menolak untuk makan terlebih dulu, minta cepat-cepat pergi ke Gelora Bung Karno. Kami bertiga langsung mencari taksi. Keputusan yang salah. Jakarta sangat..sangat..macet petang itu. Taksi pun tidak ada yang mau mengantar kami ke Senayan. Kami berjalan kaki lumayan jauh ke halte Transjakarta, tapi mengurungkan niat naik bus melihat padatnya penumpang. Satu-satunya yang bisa menembus macet begini adalah ojek.

Setelah sempat ditolak abang ojek, akhirnya ada tiga ojek yang bersedia mengantar kami ke Senayan.

“Jangan sampai terpisah,” saya beritahu abang-abang ojek. Adik-adik saya tidak mengenal Jakarta, saya takut mereka nyasar.

Sia-sia saja. Macet Jakarta yang parah membuat kami terpisah. Ema dan Nanda sampai lebih dulu, saya datang paling akhir. Kami bertemu di depan Mall f(X), sebelum bersama-sama masuk ke Gelora.

Lima menit sebelum kick off. Kami mempercepat langkah, gemuruh di dalam bisa terdengar dari tempat kami setengah berlari. Setelah memutari stadion, sampailah kami di Gate III untuk kategori II. Kami berlari naik ke atas. Semakin riuh di dalam; pastilah kick off sudah dimulai. Kami masuk ke dalam dan pandangan kami langsung terhalang oleh ramainya penonton yang berdiri memenuhi tangga, sementara deretan bangku di kiri-kanan sudah penuh terisi semua.

Kami terus menerobos ke depan, dan di saat itulah saya mulai bisa melihat para pemain Chelsea. Yang pertama saya lihat adalah John Terry dengan nomor punggung 26-nya. Saya bukan penggemar berat Chelsea, tapi tetap saja terharu melihat mereka bermain langsung di hadapan. Ema berkaca-kaca, Nanda terpukau. Itu seperti..dream comes true buat mereka.


Melihat ada bangku kosong di depan, Nanda memandu kami turun semakin ke bawah. Tempat kami lumayan strategis, setidaknya kami tidak harus selalu berdiri selama 2x45 menit. Di sekitar kami adalah true blues, di depan – di atas pagar – ada dua orang yang bertindak sebagai leader untuk menyanyikan yel-yel khas Chelsea.


Nanda dan Ema senang bukan main. Mereka ikut menyanyikan lagu-lagu yang asing terdengar di telinga saya. Di 45 pertama, Chelsea sudah banjir gol. Dimulai dari penalti Hazard di menit ke-20, gol Chelsea bertambah melalui sepakan Ramires, Ba, dan sundulan Terry. 4-0 untuk Chelsea di babak pertama.

Waktu istirahat dimanfaatkan Ema untuk makan Yakiniku. Dari buka puasa tadi, ia baru minum air putih saja. Selesai makan, kami foto-foto dengan berbagai macam gaya. Dari layar besar di depan, tahulah saya kalau penonton pertandingan ini menembus angka 80.000. 


Babak kedua baru dimulai lima menit, gawang Indonesia kembali kebobolan; kali ini oleh Traore. Satu menit kemudian, giliran Lukaku yang berhasil menjebol pertahanan Kurnia Meiga. Ramires dan Lukaku kembali membuat gol hingga kedudukan 8-0. Satu-satunya gol untuk Indonesia adalah gol bunuh diri Kalas. Ketika peluit panjang berakhir, kedudukan 8-1 untuk Chelsea.

Selesai pertandingan, semua punggawa Chelsea berkeliling lapangan dipimpin oleh John Terry. Sayangnya, Lampard tidak ikut bermain di laga ini. Sementara Nanda dan Ema heboh dan terbawa suasana, saya tak menyia-nyiakan momen itu untuk merekam mereka. Kelak mereka pasti bersyukur untuk itu.


Saya lega semua berjalan lancar. Tidak ada desak-desakan yang berarti. Tidak ada tawuran meski sempat terjadi ketegangan antara fans Chelsea dengan pendukung tim Indonesia; sesuatu yang konyol menurut saya. Yang paling mengganggu justru asap rokok yang dibiarkan mengepul sepanjang pertandingan. Depan, samping, belakang, semuanya merokok. Nanda yang alergi asap rokok jadi batuk. Saya berulang-kali mesti berkipas-kipas supaya asap rokok tidak banyak terhirup. Kalau Ema.. ah, Ema sudah lebih dari bahagia untuk melihat Chelsea secara langsung hingga tidak mempedulikan hal itu.

Adik saya Ema tahu rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ia berumur 15 tahun. Mimpinya untuk menonton pertandingan Chelsea secara langsung sudah terwujud. Mungkin nanti – kalau Tuhan berkenan – ia bisa dipertemukan dengan lelaki yang ia sukai sejak pertama ia melihatnya, lelaki yang membuatnya menjadi seorang true blue, lelaki yang membuatnya gila bola. Melihat perkembangan sepak bola Indonesia beberapa tahun belakangan ini, itu bukanlah hal yang mustahil.

Michael Ballack. Nama lelaki itu adalah Michael Ballack.




Thursday 8 August 2013

Nikmatilah Hari Ini

Nikmatilah hari ini
Ketika takbir adalah yang kau dengar mengisi pagi
Nikmatilah hari ini
Ketika sholat berjamaah memperteguh imanmu dan mendekatkanmu pada saudara seiman 
Nikmatilah hari ini
Ketika opor ayam, rendang, ketupat atau apapun itu mengingatkanmu pada lezatnya Lebaran 
Nikmatilah hari ini 
Ketika pintu maaf terbuka lebar, dari Tuhanmu ataupun hamba-Nya
Nikmatilah hari ini 
Ketika kebersamaan dengan keluargamu adalah segalanya
Nikmatilah hari ini 
Karena manusia, tak akan pernah tahu rahasia semesta esok pagi

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434H!