Sunday 19 February 2017

[Sekilas 2016] Dari Snowball hingga Nenek Hebat dari Jepang: Film, Lagu, dan Buku

Ketika pertama kali melihat trailer film The Secret Life of Pets, saya tahu saya harus menonton film itu. Trailer-nya saja sudah lucu maksimal! Karakter favorit saya di film itu adalah Snowball, kelinci putih imut yang jadi jahat karena luka masa lalu (apalah). Aksen Snowball yang preman banget juga bikin gemas. Selain Snowball, ada juga Gidget si anjing putih dengan suaranya yang serak-serak khas. Gidget ini polos dan suka nonton telenovela, mungkin karena itu dia selalu serius memperjuangkan cinta seperti kisah di TV.

Snowball dan Gidget memang bukan karakter utama, tapi justru mereka yang paling saya suka. Setting New York City di The Secret Life of Pets digambarkan dengan detail dan warna-warni cerah. Soundtrack Welcome to New York dari Taylor Swift juga membuat suasana tambah asik. Tapi yang paling penting dalam film ini adalah takaran lucunya yang ‘kena’ di saya. FYI, tahun 2016 juga jadi tahun comeback-nya Finding Dory. Saya sudah berharap film ini akan selucu pendahulunya – Finding Nemo – ternyata tidak. Saya jadi kecewa dan The Secret Life of Pets seolah menjadi penawarnya. Saking sukanya, saya sampai tiga kali nonton film itu.

 Trailer The Secret Life of Pets

Film lain yang juga happening di 2016 buat saya adalah Kimi no Na wa (Your Name). Plot anime dari Jepang ini mirip-mirip Lake House, tentang kisah cinta beda ruang dan waktu, tapi ditambahi bumbu body swap pada dua karakter utamanya: Tachibana Taki dan Miyamizu Mitsuha. Saya nonton film ini pertama kali hasil download bajakan dengan kualitas rendah, plus ada hardsub Cina dan watermark-nya pula. Untungnya subtitle bahasa Inggrisnya sudah oke, jadi tidak terlalu masalah buat saya. Bahkan dengan kualitas 480p, film ini masih menyisakan visual yang keren.

Desember 2016, ada kepastian Kimi no Na wa akan masuk ke Indonesia melalui CGV. Saya langsung niat nonton lagi bareng teman. Tampilan di bioskop terasa jauh lebih memukau dengan gambar lebih tajam dan suara lebih jernih. Oiya, salah satu faktor yang membuat film ini bikin baper adalah OST-nya. Apalagi ketika scene Taki dan Mitsuha bertemu saat katawaredoki *crying in Japanese*. 

Selain dua film tadi, saya juga rajin mengikuti serial Reply 1988. Serial dari Korea Selatan ini berlatar Ssangmung-dong, Seoul di tahun 1988. Tema yang diangkat variatif, mulai dari persahabatan, keluarga, sampai cinta-cintaan; dan porsi ketiganya pas. Nonton serial ini bikin hangat sekaligus iri dengan kesederhanaan orang-orang jaman dulu. Serial ini mengingatkan kita kalau bahagia itu sederhana. Ada saja scene yang bikin nangis dari tiap episodenya. Dari total 20 episode, hanya episode 13 saja yang saya tonton tanpa nangis. Dialog di serial ini juga quotable banget lho.

Nah, kalau untuk lagu paling 2016 versi saya, ada dua lagu favorit yang saya suka. Sparkle (OST Kimi no Na wa) dari Radwimps dan Bright dari Echosmisth. Sementara Sparkle punya sentuhan yang bikin eargasm di reff-nya, Bright seperti menawarkan jatuh cinta bolak-balik setiap kali mendengarkannya. Oh well, maybe it was just me hehe…

 Radwimps - Sparkle (OST Kimi no Na wa)


Echosmith - Bright

Selain film dan lagu, dua buku favorit saya di 2016 adalah Salvation of A Saint dari Higashino Keigo dan Nenek Hebat dari Saga karangan Shimada Yoshichi. Sama seperti buku Higashino yang pernah saya baca sebelumnya, Salvation of A Saint juga menunjukkan karakter yang punya motif kuat untuk membunuh, bahkan sejak di beberapa lembar pertama. Tapi pertanyaannya, bagaimana cara pembunuhannya sementara pembunuh dan korban berjarak ratusan kilometer? Dan seperti selalu, Higashino mampu membuat pembaca merasa bersimpati dengan pembunuhnya; meskipun dia dengan tegas membuat garis batas bahwa pembunuhan tetaplah tidak dapat dibenarkan.

Sementara itu, Nenek Hebat dari Saga berkisah tentang seorang bocah yang mesti tinggal dengan neneknya di sebuah desa karena keadaan ekonomi yang memburuk di Jepang. Berlatar tahun 1945, pembaca disuguhi situasi sosial ekonomi Jepang saat itu. Alih-alih dimanja oleh neneknya, Akihiro Tokunaga dibiasakan untuk ikut membantu neneknya, termasuk untuk mencari makan setiap harinya. Nenek Osano kreatif dan selalu positif memandang hidup. Ada-ada saja caranya untuk menghadapi hidup yang keras, bahkan terkadang belajar menertawakannya. Ada beberapa bagian di buku ini yang bikin sedih dan mengingatkan saya pada nenek. Karena bukunya imut, bisa banget dibaca sekali duduk.

Begitulah film, lagu, dan buku yang happening banget buat saya di tahun 2016. More to come in 2017!

No comments:

Post a Comment