Ketika
baru lulus kuliah, sebagian waktu luang saya isi dengan menulis. Di tengah
penat menunggu panggilan kerja, menulis membuat saya merasa lapang. Salah satu
proyek pribadi yang saya seriusi adalah menggarap fanfiction dimana dalam cerita itu, saya bertemu dengan The Corrs,
band paling keren sejagad raya. Dikisahkan, saya mendapat beasiswa untuk kuliah
di Inggris. Dari Inggris, saya menghabiskan liburan semester di Irlandia, lalu
bertemu The Corrs di sana. Terlihat sederhana, tapi toh cerita fiksi ini sampai
menghabiskan 45 halaman.
Karena fiksi, saya bebas berkreasi. Tulisan itu
sebenarnya adalah representasi mimpi-mimpi: beasiswa luar negeri, Inggris,
Irlandia, dan The Corrs. Dalam tulisan itu saya merasakan udara minus derajat
celcius, menyentuh salju, melintas batas benua, pergi ke Eropa! Saat menulis, keempatnya
hanya tergambar dalam imajinasi saja.
Sekarang sudah lebih dari empat tahun sejak saya
menulis fanfiction tersebut. Saya tak
ingin semua itu terus tinggal sebagai mimpi. Mula-mula dan yang paling pertama,
saya mendaftar beasiswa untuk kuliah di negara Eropa. Inggris adalah favorit
saya, namun hitung-hitungan peluang membuat saya menjatuhkan pilihan pada
Belanda.
Niat mencari beasiswa luar negeri mulai muncul
hampir dua tahun yang lalu. Selama rentang waktu itu, saya mengikuti kursus
Bahasa Inggris di EF selama dua periode, mengikuti tes iBT TOEFL tiga kali, tes
ITP TOEFL dua kali, mendaftar di dua universitas dan mencoba peruntungan dua
beasiswa (NFP dan StuNed), dua-duanya dari Pemerintah Belanda. Usaha ini
memakan waktu, tenaga, dan biaya yang tak sedikit. Saya ingat, ketika hendak
ujian iBT TOEFL untuk kali ketiga, saya terus-menerus menyetel This is War-nya Ingrid Michaelson,
berulang-ulang menggaungkan “I won’t
surrender.. I will fight better...”
Well, kabar baiknya, saya diterima di dua beasiswa
tersebut. Saya disuruh memilih salah satu. Karena alasan nasionalisme, saya
memilih NFP. Dengan melepas beasiswa StuNed, pengganti saya bisa dipastikan
orang Indonesia. Sedangkan jika saya melepas NFP, orang yang akan menggantikan
saya mungkin saja berasal dari negara-negara Asia-Afrika lainnya.
Ini sudah sebulan sejak pengumuman beasiswa. Saya
sedang mengurus persiapan berangkat ke Belanda September nanti. Anggaplah mimpi
mendapat beasiswa luar negeri sudah tercapai. Kalau menuruti fanfiction yang saya buat, masih ada mimpi
tentang Inggris, Irlandia, dan The Corrs yang masih menanti untuk diwujudkan.
Sama seperti dulu ketika saya menulis cerita fiksi, saat ini pun saya tak tahu
apakah kelak mimpi-mimpi itu bisa direngkuh. Saya tak pernah tahu. Yang saya
tahu, saya akan terus berusaha menghidupkan mimpi-mimpi itu. Satu per satu.