Long
weekend seperti di awal Desember ini biasanya
menyebabkan macet dimana-mana. Belum nanti libur panjang di akhir tahun. Naik
kereta api bisa jadi pilihan karena antimacet dan nyaman dengan harga relatif
ekonomis, dibanding naik pesawat misalnya. Sayangnya, mendapatkan tiket kereta
untuk libur panjang tidak mudah; mesti berebut dengan ratusan ribu orang
lainnya. Selama sembilan tahun jadi anak rantau Tegal di Jakarta, saya sudah
merasakan berbagai cerita ketika harus beli tiket mudik di musim liburan. Di
antara semua cerita, tidak ada yang lebih menguras emosi dibanding mencari
tiket mudik Lebaran.
Mudik Lebaran Idul Fitri pertama saya
ke Tegal tahun 2009 masih menyisakan horor sampai sekarang. Saat itu saya masih pegawai baru. Tahu kalau
kantor menyediakan bis mudik, saya langsung daftar mudik bareng kantor. Kami
berangkat pukul 4 sore yang terbagi dalam beberapa rombongan bis. Perjalanan
langsung tersendat bahkan saat kami baru memasuki gerbang tol. Di tengah-tengah
tangisan bayi, bau muntah dan minyak oles, kami mesti bertahan selama empat
belas jam; dua kali lipat dari waktu tempuh normal. Sejak saat itu saya urung
naik bis untuk mudik.
Tahun berikutnya, saya sudah mantap
mudik naik kereta tapi sudah stres duluan karena sulit mendapatkan tiket. Saat itu
beli tiket secara online belum begitu lazim. Orang masih datang pagi-pagi ke stasiun
untuk beli tiket. Lah…saya kapan ada waktu ngantri lama begitu. Akhirnya ada
saudara yang bilang bisa membelikan tiket buat saya. Saya sudah senang bukan
main. Eh tapi pas saya terima tiketnya, ternyata bukan nama saya yang tercetak.
Malah nama orang lain – seorang pria – yang entah siapa. Wah…saudara saya beli
lewat calo rupanya. Saya jadi deg-degan parah ketika sudah sampai stasiun;
sudah mempersiapkan jawaban kalau-kalau ditanya petugas. Karena sistem ticketing kereta belum seketat sekarang,
saya masih lolos naik kereta meskipun namanya beda dengan yang tercetak di
tiket. Yang seperti ini jangan ditiru ya. Lebih nyaman memang kalau beli tiket yang
resmi.
Dua tahun selanjutnya – 2011 dan 2012 –
saya selalu minta tolong bapak di Tegal untuk membelikan tiket. Selama dua
tahun itu, bapak pergi ke stasiun selesai sholat Subuh untuk membeli tiket,
meskipun counter tiket baru dibuka
pukul 7 pagi. Saking lamanya orang ngantri, bapak bilang orang-orang malah
meninggalkan sandal sebagai tanda urut antrian sementara mereka gegoleran di
lantai stasiun. Pernah suatu kali bapak dapat antrian nomor tiga. Baru saja
tiket untuk saya dicetak, orang dengan antrian selanjutnya sudah kehabisan
tiket. Ya…kebayang sih kesalnya. Sudah ngantri lama tapi tidak dapat tiketnya. Yang
sedih itu di tahun 2012 sih. Sudahlah bapak ikut ngantri demi tiket mudik buat
saya, eh saya malah tidak jadi mudik karena dapat pelatihan ke Jepang pas di Hari
Raya Idul Fitri T_T
Tak tega merepotkan bapak lagi, mulai tahun
2013 saya beli tiket online kereta api di website PT KAI. Tepat 90 hari sebelum
hari-H rencana mudik, tengah malam saya sudah stand by di depan laptop. Bolak-balik refresh page, seringnya jaringan sibuk. Hingga tahun 2015, saya selalu
mendapatkan tiket mudik dengan begadang semalaman begini.
Tahun lalu, untuk pertama kalinya, saya
tidak kebagian tiket kereta untuk mudik meskipun sudah begadang sampai jam 3
pagi ditemani satu laptop dan dua handphone untuk mengecek tiket. Sesungguhnya
persaingan mendapatkan tiket mudik Lebaran semakin sengit T_T Besoknya, saya
langsung telepon adik di rumah untuk ke Stasiun Tegal pagi-pagi. Ya barangkali masih
ada satu tiket yang terselip. Eh betulan ada ternyata. Tanpa ngantri, tanpa
begadang, adik saya bisa beli tiket mudik Lebaran di stasiun! XD
Tapi saya tahu sih, saat itu saya cuma sedang
beruntung. Jadi, di tahun 2017 ini saya betul-betul persiapkan diri untuk
mendapatkan tiket mudik Lebaran!
Ngomong-ngomong soal tiket mudik, yang saya
maksud itu tiket pulang-pergi ya. Yang artinya dua kali struggle beli tiket, dua kali begadang. Saat membeli tiket balik ke
Jakarta untuk tanggal 1 Juli 2017, saya sudah siap-siap untuk pembelian tiket tepat
tiga bulan sebelumnya; pada tanggal 2 April pukul 12 malam. Tiket ke Tegal
sudah saya amankan seminggu sebelumnya. Begitu masuk ke website PT KAI, antrian
masuk sistem langsung ada di halaman pertama. Saya refresh page beberapa
kali karena time out, masuk ke page selanjutnya, dan masih diarahkan ke
antrian yang lain. Duh! Atau berhasil masuk ke sistem tapi kemudian jaringan terputus
karena diakses banyak orang secara bersamaan.
Di tengah-tengah desperate seperti itu, saya tetiba teringat satu tagline dari Traveloka: Traveloka Dulu,
Lebaran Kemudian. Itu tagline yang
ampuh buat saya, mudah diingat. Kudos buat
yang bikin tagline! Saya yang dulunya
berfokus ke website PT KAI, mendadak buka website Traveloka untuk memesan tiket
Lebaran. Iya, ada masa menunggu juga saking banyaknya yang mengakses. Hingga
akhirnya, saya bisa masuk sistemnya. Langsung pesan tiket, bayar dengan kartu
kredit, daaannn…tiket sudah dikirim lewat email. Saya seperti dapat pencerahan
untuk mulai menggunakan Traveloka untuk jalan-jalan berikutnya.
Kelihatan kan di receipt-nya kalau pesannya tengah
malam gitu
Ini penampakan tiket yang bikin nyaman berlebaran
Sebagai partner resmi PT KAI, Traveloka
bisa diakses untuk memesan semua kelas dan subkelas, serta memilih jadwal dan
kursi sejak 90 hari sampai dengan…guess
what…tiga jam sebelum waktu keberangkatan. Memudahkan ya ^^
Mudik Lebaran tahun ini terasa lebih ringan karena ada
Traveloka. Kalau saya lihat-lihat lagi foto Lebaran tahun ini, saya ingat bahwa
di antara senyum dan ceria itu, ada Traveloka yang membantu memudahkan jalan.