Tuesday, 13 September 2011

:')

Kamu tahu saat ketika harus menyerah. Masa-masa bulan madu itu telah lewat.

Tidak ada lagi lagu cinta-cintaan. Tidak ada lagi senandung di kamarmu, di kamar mandi, di tempat karaoke... Bagaimana bisa kamu bersenandung ketika hatimu tidak punya apa untuk dinyanyikan? Lagu ‘The Way You Make Me Feel’ milik Steps yang tak sengaja terputar di iPod-mu, segera kamu ganti dengan ‘So Sick’ dari Ne-Yo. Satu album John Denver yang romantis kamu hapus, kamu ganti dengan lagu berdebam-debum khas Angel and Airwaves. Lagu ‘Fixing A Broken Heart’ membuatmu tersengat, sementara Adele dengan ‘Someone Like You’-nya menduduki tempat teratas daftar Top 25 Most Played iPod-mu, menggeser ‘Accidentally in Love’ yang sebelumnya tak tergoyahkan.

Binar matamu meredup dan senyum yang kamu tampilkan semu. Nafsu makan menguap sempurna. Ah, bahkan Mie Siram Solaria terasa hambar di lidah. Jus tomat yang segar kamu rasakan tidak lebih enak daripada jamu gendongan yang tiap pagi dijajakan di pinggir-pinggir jalan kampung. Kalau Charlie Brown pernah kehilangan selera pada selai kacang favoritnya, kini kamu tengah hilang rasa pada semuanya.

Hilang rasa pada semuanya, termasuk pada facebook dan Y!M, dua tempat yang dulu menjadi penghubung kamu dan dia. Kamu tidak lagi mencoba membuat status yang lucu, puitis, kreatif. Segala macam #kode yang dulu kamu sisipkan membuatmu jengah. Wall facebook-mu sepi, merefleksikan perasaanmu. Kamu tidak lagi mengintip apakah dia sedang online di Y!M-nya. Toh kamu sudah tidak punya daya untuk sekedar mengucap kata ‘halo’. Status di Y!M tidak pernah kamu ubah-ubah lagi.

Kamu tahu saat ketika harus berhenti. Tidak butuh seorang jenius untuk memberitahumu bahwa perasaan suka kamu padanya tidak berbalas.

Tidak berbalas.

‘...there’s nothing worse than unrequited love.’ Kamu hapal betul itu. Dulu itu hanya sepenggal lirik dari ‘Love to Love You’ milik The Corrs, tapi sekarang kamu maknai lebih. Seolah-olah kalimat itu ditujukan buatmu. Seolah-olah lagu itu diciptakan memang buatmu.

Setidaknya kamu sudah mencoba melemparkan tanda-tanda. Kamu tidak mengatakan padanya bahwa dia pernah mengambil ruang yang sangat besar di hati dan pikiran kamu. Kamu bersyukur untuk itu. Kamu tidak memberitahunya kalau senyumnya pernah membuat harimu cerah. Kamu selalu tahu, menjaga perasaan itu diam-diam akan lebih baik. Meskipun kalau dia mau sensitif sedikit saja, dia akan tahu tidak akan bisa rasa suka berjalan diam-diam. Atau hey, mungkin dia sudah tahu, hanya memang tidak bisa membalas tanda darimu?

Ini adalah saat-saat ketika jantung yang berdebar lebih kencang dari biasanya, mata yang melihat semuanya lebih indah, telinga yang mendengarkan semuanya lebih merdu di hari-hari kemarin, tidak lagi kamu punyai.

Harimu berjalan pelan, tidak ada lagi bahagia besar karena hal kecil yang dia lakukan.

Kamu sedang patah hati, Teman.
Atau mungkin perasaan tertolak yang lebih menyakitimu.

Kabar baiknya adalah, kamu tidak mungkin selamanya berkubang pada perasaan itu. Mungkin ini cara yang sudah diatur Tuhan supaya kamu bisa lebih dekat pada dirimu sendiri. Dengan cara ini, kamu tahu apa yang menyakitimu dan tanpa kamu sadari, kamu tengah membuat tameng pertahanan yang lebih kuat dari sebelumnya.

Ini hanyalah sebuah bab dari satu buku tentang kamu. Ambil pena, buka laptop, siapkan mesin ketik - atau apapun itu - bergegaslah menulis bab baru!

No comments:

Post a Comment