Udara Minggu siang itu tidak terik. Langit agak mendung,
sudah gelap di ujung selatan sana. Saya duduk memangku Canon 1000D, menikmati ramai
dalam hening. Seorang pria bule sibuk memotret istri dan anaknya yang masih
bayi. Sang istri yang berwajah oriental beberapa kali minta difoto ulang, tak
puas dengan jepretan pertama suaminya. Ia menjelaskan angle foto yang ia minta, menunjukkan wajah tak suka ketika hasilnya
tak dirasa pas. Seorang pria muda dengan wajah bintang Korea menggumamkan
sebuah lagu, melangkah pelan. Di sampingnya – bergenggaman tangan dengannya –
seorang wanita muda yang sama modisnya, dengan topi dan dress serasi. Banyak orang lalu-lalang di hadapan. Kadang mereka
berhenti sebentar untuk sekedar berfoto, kadang terus berjalan menuju satu
titik yang menjadi pusat keramaian: sebuah patung berwajah singa berbadan
duyung; Merlion.
Saya tak berminat turun ke Merlion di bawah sana. Tempat itu
sudah sesak dengan pengunjung, toh sehari sebelumnya saya sudah sempatkan
berfoto di situ. Alih-alih, saya memandanginya dari kejauhan, ikut merasakan
atmosfer hiruk-pikuk dari ratusan orang yang mengelilinginya.
Saya masih duduk memangku kamera yang juga saya kalungkan di
leher. Pandangan saya arahkan ke timur, sama seperti arah Merlion menghadap.
Singapore Flyer dan Marina Bay Sands terlihat menawan di depan sana. Angin
berhembus agak kencang, menyeret awan menuju utara.
Minggu siang itu mestinya saya sedang menonton TV di kosan, membaca buku yang belum selesai dibaca, mungkin jalan-jalan bersama teman, atau malah tidur siang. Minggu siang itu mestinya sama dengan minggu-minggu lainnya, kalau saja tidak ada sebuah tweet dari artis favorit dan sebuah kebetulan yang menyenangkan bersama seorang teman baik. Minggu siang itu berbeda, pun Sabtu sebelumnya. Dan saya, bersyukur untuk dua hari itu.
***
Tak ada rencana ke Singapura tahun ini, bahkan sampai akhir
Maret lalu, pergi ke sana tak ada dalam daftar saya. Ini semua diawali oleh
sebuah tweet dari Hayley Westenra. Masih ingat Hayley? Ia adalah penyanyi classical-crossover New Zealand yang
masih punya darah Irlandia, tinggal di Inggris. Ah, Wikipedia bisa lebih detail
menjelaskan tentangnya dan YouTube bisa memberikan bukti kualitas suaranya yang
istimewa. Dua kali Hayley datang ke Jakarta, di tahun 2011 bersama Andrea
Bocelli dan 2012 bersama David Foster. Saya menonton kedua konsernya itu, tapi
itu tak cukup. Jadi ketika tanggal 3 April Hayley menyebut-nyebut Singapura
dalam tweetnya, saya segera cari kemungkinan ia konser di sana dalam waktu
dekat ini.
Dalam hitungan jam, saya sudah tahu Hayley akan mengisi
sebuah acara bersama Singapore Symphony Orchestra dengan konduktor Darrell Ang di
St. Regis Hotel, tanggal 20 April 2013. Saya coba cari informasi tentang tiket,
namun tak juga menemukannya. Sementara menunggu update ticketing, saya tanya-tanya tentang penginapan di Singapura kepada
seorang teman; kalau-kalau saya jadi ke sana untuk menonton konser. Saya pernah
ke Singapura sekali di tahun 2010, namun karena hanya ikut tur sehari, saya tak
paham benar situasi di sana.
Teman yang saya tanyai adalah Mitha. Pernah dua kali ke
Singapura dalam dua tahun terakhir, Mitha tentu lebih tahu tentang negara itu.
Awalnya hanya ingin bertanya tentang penginapan, saya dikejutkan dengan respon
Mitha yang bilang bahwa ia punya rencana ke Singapura bulan ini. Sementara saya sudah punya tanggal
pasti 20-21 April, Mitha masih berencana ke sana di kisaran tanggal 24. Sama
seperti saya, ia hanya punya waktu dua hari untuk mengunjungi Singapura.
Bedanya, saya sudah pasti harus weekend,
sementara Mitha justru tidak bisa
mengambil libur Sabtu-Minggu sekaligus karena pekerjaannya mengharuskannya
demikian. Bedanya lagi, saya ke sana dengan maksud menonton konser Hayley
Westenra, sementara Mitha niat solo
travelling untuk menikmati suasana Singapura.
Setelah saling sms dan telepon, Mitha akhirnya memajukan
rencananya menjadi 19-20 April. Artinya, kami punya satu hari di tanggal 20
April untuk jalan-jalan bareng. Hari itu juga, kami booking tempat di ABC Hostel daerah Bugis. Hostel itu terkenal di
kalangan backpacker karena murah
(hanya sekitar 200 ribu rupiah per malam), aman, dan dekat dengan stasiun MRT
Bugis. Kami mendapat female dorm berisi
4 tempat tidur. Itu akan menjadi pengalaman pertama saya menginap di dorm.
Tiket pesawat sudah kami issued
di tanggal 4 April dinihari.
Terimakasih untuk Mitha. Ia yang rajin mencari tiket pesawat termurah,
membandingkan maskapai satu dengan yang lain. Kami naik Mandala karena harganya
yang paling masuk akal untuk sebuah travelling
dadakan.
Sementara tiket ke Singapura sudah di tangan, saya masih tak
tahu kepastian tiket menonton konser Hayley bersama SSO. Hingga akhirnya saya
mendapat balasan email dari Mr. Anthony dari SSO tanggal 4 April pagi, yang
mengatakan bahwa konser tanggal 20 April itu adalah konser privat, bukan untuk
umum. Duh, sedihnya… Tapi hey, membayangkan saya akan ke Singapura dengan
seorang teman baik, mungkin jalan-jalan dadakan ke sana tidaklah seburuk itu.
Dua hari memang waktu yang singkat, saya dan Mitha mulai
menyusun itinerary untuk
memaksimalkan waktu. Masalahnya, waktu kami bersama hanya satu hari, tak lebih
dari 10 jam lebih tepatnya. Sabtu siang saya baru sampai Singapura sementara
malamnya Mitha sudah harus pulang ke Jakarta. Seminggu sebelum hari-H, Mitha
menginap di kos saya untuk mematangkan rencana. Beberapa yang masuk dalam
daftar itinerary kami adalah
Singapore Flyer, Universal Studio, Chinese Garden, Merlion, dan Orchard. Khusus
untuk daerah Orchard, saya minta supaya St. Regis Hotel dimasukkan dalam daftar
karena saya berniat memberikan buku untuk Hayley. Mr. Anthony dari SSO bersedia
dimintai tolong untuk itu. Tidak, saya tidak bisa menyerahkan buku secara langsung untuk Hayley. Yang perlu saya
lakukan adalah datang ke St. Regis Hotel, menitipkan buku ke concierge, orang dari concierge akan memberikannya ke Mr.
Anthony, lalu Mr. Anthony akan berikan buku itu ke manajer Hayley, untuk
kemudian akhirnya diberikan langsung ke Hayley. Panjang ya?
Awalnya saya ingin berikan The Book of Awesome dari Neil Pasricha untuk Hayley. Namun saya
ganti jadi Bonjour, Happiness! dari
Jamie Cat Callan karena isinya yang lebih girly,
belum lagi ada resep masakan lezat Prancis di dalamnya. Sekedar informasi,
Arnaud Sabard – tunangan Hayley – adalah orang Prancis. Ditambah kesukaan
Hayley memasak, saya pikir buku itu mungkin
cocok untuknya. Selain buku itu, saya berikan juga Tuesdays with Morrie karangan Mitch Albom. Selain isinya yang
bagus, Morrie mungkin akan mengingatkan Hayley pada Ennio MORRIcone, seorang
legenda yang bekerjasama dengan Hayley dalam pembuatan album Paradiso.
Tinggal menghitung hari dari tanggal 20 April. Saya pastikan
semua sudah lengkap. Mitha sempat sakit sebelum berangkat, saya pun tak enak
badan. Sindrom nervous, mungkin. Itu biasa kalau kita hendak bepergian. Saya
hanya berharap semoga jalan-jalan kami tak sampai terganggu karena itu.
***
No comments:
Post a Comment