Esoknya,
kami cari sarapan di Central Market. Ada warung makan Yusoof dan Zakhir di sana
yang enak dan harganya murah. Saya dan Ema sama-sama pesan nasi lemak; ayam
gorengnya enak! Setelah sarapan, kami sempat mengeposkan kartu pos di kotak
surat depan Central Market. Dari sana, kami naik LRT ke Masjid Jamek.
Arsitektur
Masjid Jamek sebetulnya cakep, sayang ketika kami ke sana masjid sedang
direnovasi. Jadi tidak bisa difoto penuh. Dari Masjid Jamek, kami berjalan ke
Masjid India. Daerah ini semacam Little Indianya Kuala Lumpur. Banyak toko di
kiri-kanan jalan menuju Masjid India. Sebagian besar jualan baju muslim hingga Ema
langsung ingin berlama-lama di sana. Selain itu, ada juga toko yang menjual
pernak-pernik India seperti bunga-bungaan atau perhiasan khas India. Anehnya,
hanya sedikit orang India yang kami lihat. Rata-rata justru orang Melayu di
sana.
Dari
daerah Little India, kami kembali lagi ke hotel untuk check out pukul 10.30. Saya sudah pesan tiket online untuk naik Petronas
Twin Towers pukul 1 siang, jadi saya ingin dua jam sebelumnya sudah sampai di
sana supaya bisa mengeksplor Petronas dan tidak terburu-buru.
Kami
naik LRT ke KLCC, tidak naik bis GO-KL seperti rencana awal. Beda dengan
semalam, kali ini kami masuk melalui pintu yang berbeda. Sampai di ticketing, kami segera menukarkan
voucher dengan tiket. Karena masih punya sekitar satu jam sebelum naik ke
Petronas, saya dan Ema keluar dan foto-foto dengan latar Twin Towers. Kami juga membuat video dan meledek
Nanda karena tidak ikut jalan-jalan.
Di dalam Petronas
Beda waktu lima tahun .____.
Tiket masuk Petronas Twin Towers
Di
luar gedung panasnya luar biasa. Saya lupakan soal ramalan hujan. Saya tetap
memakai jaket dengan hoodie (seperti punya
Nezumi) dan berprinsip lebih baik gerah daripada kena panas. Tak tahan dengan
udara panas, kami masuk ke dalam untuk ngadem.
Pukul
12.45 antrian sudah mulai nampak untuk kloter pengunjung pukul 1 siang. Saya dan
Ema mengantri di belakang keluarga India. Di belakang kami ada tiga cewek bule pirang
dengan dua cewek Asia. Antrian nomor satu jadi milik cowok bule dengan kaos
oblong dan topi.
Pukul
1 tepat kami masuk dan menitipkan barang di petugas jaga. Kami diberi ID card dengan tali warna merah. Rombongan kloter
kedua mendapat tali warna biru.
Sebelum
memulai tur, kami difoto terlebih dulu. Kemudian ada ucapan selamat datang
bernuansa futuristik model hologram sampai membuat bule di belakang ber-wow. Dari
sana kami naik ke tingkat pertama yakni jembatan antarmenara yang memungkinkan
kita melihat ke bawah. Kami diberi waktu dua puluh menit di sana, yang terasa
lama buat saya. Kemudian kami naik ke pemberhentian tingkat selanjutnya di
level 86 dimana kita bisa foto dengan latar puncak menara kembarannya. Di belakang
menara itu, KL Tower terlihat mengintip.
Dari level 86
Menara kembarannya
Total
waktu di atas sana 40 menit. Kami tak membeli hasil foto yang sudah dicetak
karena mahal; sekitar 400-500 ribu rupiah kalau tidak salah. Ada orang
Indonesia yang membeli sekaligus tiga, dan keluarga India yang tadi antri di
depan kami juga membelinya. Kalau saya sih sayang uang segitu untuk selembar
foto. Apalagi kami sudah foto-foto banyaaaak di sana.
Sekitar
pukul 3 sore kami meninggalkan KLCC menuju KL Sentral naik LRT. Ini memang
terlalu cepat dari yang dijadwalkan tapi kami berdua sudah lelah. Dan rasanya
malas jalan-jalan dengan membawa tas berat kemana-mana. Di KL Sentral, kami
makan siang-menjelang-sore. Ada mie tarik yang enak di sana. Sayang porsinya
terlalu banyak sehingga tak bisa kami habiskan.
Setelah
makan, kami langsung ke halte SkyBus untuk menuju KLIA2. Karena bisnya sudah
penuh, saya dan Ema terpisah tempat duduk. Kami berangkat pukul 4 sore dan satu
jam kemudian, kami sudah sampai di bandara. Way
too early, karena penerbangan kami baru pukul 22.20. Padahal saya pikir
akan kena macet atau apalah, ternyata lancar-lancar saja.
Antrian
di Imigrasi panjang sampai keluar ruangan, tapi karena kami datang awal, kami
santai saja. Good luck buat yang
datangnya mepet. Setelah melalui Imigrasi, kami bebas dari antrian. Saya dan
Ema cari tempat duduk yang oke dan menghabiskan waktu dengan wifi gratisan.
Sekitar
pukul 6 sore, ada cewek dari Medan yang kelihatan bingung menemukan gate dengan tujuan Kualanamu. Ketika saya
lihat tiketnya, ternyata sudah lewat dari waktu boarding. Saya cek di papan informasi dan tunjukkan dia arah ke gate dimaksud. Untungnya dekat, tapi
saya jadi ikut deg-degan juga.
Well, memang lebih baik menunggu
daripada deg-degan takut ketinggalan pesawat. Ketika sedang surfing di Facebook, saya baca berita
kalau antrian Imigrasi di Batam menuju Singapura untuk weekend ini bisa makan waktu sampai empat jam! Itulah kenapa saya
buru-buru ke bandara, untuk menghindari hal-hal semacam itu. Belakangan saya
tahu kalau sehari setelah kami pulang ke Jakarta, Kuala Lumpur hujan deras dari
siang hingga sore dan membuat banjir jalan menuju bandara. Banjir sebegitu
parah hingga badan mobil sedan terendam separuhnya. Saya bersyukur selama dua
hari di Kuala Lumpur, kami tidak terkendala hujan.
Pukul
22.20 kami meninggalkan Kuala Lumpur untuk Jakarta dan kami sampai di Jakarta
dua jam kemudian. Kalau dalam perjalanan berangkat Ema duduk di kursi tengah,
di perjalanan pulang dia duduk dekat jendela. Karena lapar, kami pesan Hainan Chicken Rice yang ternyata enak.
Hari
Minggu kami main ke rumah saudara di Jakarta Utara dan Senin siang Ema pulang
ke Tegal. Misi kado ulang tahun untuk Ema sudah terselesaikan. Saya berharap
jalan-jalan kami ini berkesan buat Ema, supaya dia ingat kalau ulang tahunnya
kali ini lebih istimewa.
Happy birthday, Ema! I love you to the moon and back!
No comments:
Post a Comment