Saya
tahu saya mulai kecanduan facebook dan twitter ketika saya me-refresh laman keduanya dalam hitungan
beberapa menit sekali, terlebih setelah update
status terbaru. Kadang disengaja. Kadang pula tangan secara reflek membuka
jejaring sosial tersebut di komputer atau handphone. Dimanapun, kapanpun, facebook
dan twitter selalu jadi yang utama untuk dibuka. Kadang hanya untuk mengecek notifikasi
dan mention, kadang hanya iseng
melihat-lihat status teman dan timeline, ataupun trending topic.
Saya
tahu saya mulai kecanduan facebook dan twitter ketika keduanya mempengaruhi
mood saya. Ini mulai serius. Mood saya bisa berubah senang ketika ada orang-orang
tertentu yang me-like ataupun
memberikan komentar pada status yang saya tulis. Mood bisa tiba-tiba menjadi
jelek ketika mention tak dibalas.
Selama beberapa waktu, status dibuat untuk menarik perhatian, mencari dukungan orang-orang
tertentu. Dan yang lebih tidak menyenangkan, tidak adanya like, komentar, mention
ataupun reply bisa membuat saya
merasa sepi. Ini salah, dan saya tahu
harus segera menemukan langkah.
Itulah
kenapa, dimulai dari Selasa minggu pertama Januari, saya memutuskan berhenti
total – sementara – dari facebook dan twitter. Menyepi sebentar. Saya masih
belum bisa menutup akun kedua jejaring sosial itu. Lagipula tujuan utama saya
bukannya untuk menghapus akun di facebook dan twitter, tapi lebih untuk
mengobati kecanduan sebelum terlanjur akut. Saya tentukan waktu tujuh hari
sebagai awalnya.
Neil
yatsugoo meier. Itu status terakhir yang saya tulis saat itu pada facebook dan
twitter. Itu adalah tanda, penguat kalau saya hendak pergi – meski sejenak.
Selama tujuh hari itu, saya tidak akan membuka facebook dan twitter sama sekali. Baik di kantor ataupun di
kos. Baik melalui komputer ataupun lewat handphone. Untuk lebih memuluskan
rencana, saya nonaktifkan iPhone saya selama tujuh hari juga. Akan susah untuk menahan godaan membuka jejaring sosial
jika gadget yang ada memungkinkan
untuk melakukannya hanya dengan satu sentuhan. Beruntung masih
ada Sony Ericsson C510
Sepertinya
rencananya sudah matang.
Niat
+ (- iPhone) = Tujuh hari tanpa
facebook dan twitter.
Atau
saya kira begitu.
Hari pertama – sama seperti hari-hari pertama ujian lainnya – penuh dengan godaan. Saya sudah langsung ingin mengakhiri tantangan buat diri sendiri ini. Toh tidak ada yang tahu. Toh saya tidak sesumbar ke teman-teman. Lebih dari itu, saya sungguh ingin tahu komentar teman tentang status terakhir saya sebelumnya. Saya ingin tahu status dan tweet orang-orang tertentu. Tapi saya juga tahu kalau saya gagal di hari pertama, itu hanya semakin menunjukkan kecanduan saya yang parah.
Meski
terseok-seok, hari pertama berjalan cukup lancar, juga hari kedua. Faktanya,
saya merasa emosi lebih tenang karena tidak sebentar-sebentar membuka laman
facebook dan twitter. Dan yang agak aneh, saya merasa waktu jadi lebih panjang.
Mungkin dulu waktu saya habis untuk membaca banyak hal yang tidak penting di
kedua jejaring sosial itu.
Hari
ketiga menjadi hari yang cukup berat. Saya mendapat notifikasi lewat email
ketika seseorang menandai saya di facebook.
Apa yang disampaikan teman saya sedemikian manis hingga saya langsung ingin segera membuka facebook dan memberikan tanda ‘suka’. Dan mungkin juga menambahkan sedikit komentar. Tapi pikiran menyerah di hari ketiga tidaklah menyenangkan. Saya bahkan belum menjalani separuh tantangan. Saya coba abaikan notifikasi tadi. Alih-alih, saya ucapkan terima kasih lewat ym. Hari ketiga pun terselamatkan.
Hari
selanjutnya, saya mendapatkan notifikasi serupa. Kali ini dari teman yang
berbeda.
Saya sumpah penasaran dengan apa yang dia sebut ‘awesome’ sampai membuatnya menangis. Sudah tahu cara menangani kasus serupa, saya tanyakan saja lewat ym. Jawabannya membuat saya puas karena dua hal: saya tak harus membuka facebook dan saya tak jadi membuka facebook.
Hari
kelima, saya sudah mulai tak peduli. Saya mulai berbangga hati bisa melewati
lima hari tanpa facebook dan twitter, dan iPhone.
Hari
keenam, kembali facebook mengirimkan notifikasinya. Isinya pemberitahuan kalau
saya telah melewatkan 3 permintaan teman dan 11 pemberitahuan.
Notifikasi ini membuat saya goyah. Di hari itu, saya menyerah.
Saya
tahu, tinggal dua hari lagi, dan saya kalah. Tapi, lima poin yang saya kantongi
cukup lumayan. Dan perubahan paling signifikan justru lebih terasa setelah saya
mulai membuka facebook dan twitter lagi. Ketika saya bebas untuk kembali
menjelajah keduanya, saya malah cenderung untuk membukanya jarang-jarang.
Saya
belajar bahwa ketika saya tidak update apapun
di facebook, tidak akan ada notifikasi, dan saya tidak terdorong untuk
terus-menerus membuka facebook. Twitter punya cerita yang beda, karena saya
memang memilih untuk lebih private di
sana. Saya hanya follow sedikit
orang, dan memang saya buat supaya lebih sepi ketimbang facebook.
Sekarang
sudah hampir dua minggu saya pasif di facebook. Entah sampai kapan bisa
bertahan. Saya memberi komentar hanya jika diberi komentar lebih dulu. Status
saya masih sama dengan status terakhir ketika memulai rencana berhenti
sementara dari facebook. Di twitter, saya masih menyapa beberapa orang. Tapi ‘status’
terakhir masih belum berubah.
Lima hari tanpa facebook dan twitter sama sekali merupakan sebuah pencapaian tersendiri. Terima kasih terutama untuk Sony Ericsson C510 beserta sim card di dalamnya, karena loading-nya yang lambat membuat saya tak tergoda untuk mencoba membuka facebook dan twitter di sana.
Lima hari tanpa facebook dan twitter sama sekali merupakan sebuah pencapaian tersendiri. Terima kasih terutama untuk Sony Ericsson C510 beserta sim card di dalamnya, karena loading-nya yang lambat membuat saya tak tergoda untuk mencoba membuka facebook dan twitter di sana.
Neil
yatsugoo meier.
Seperti
yang sudah saya bilang, itu statusnya. Dan BTW, itu adalah sebuah anagram.
sama. sering juga mengalami -..-
ReplyDeleteaddicted bgt.
Dan lebih gak enak lagi kalau sudah mulai mempengaruhi mood :(
ReplyDeletePunya hp yg gak canggih2 amat membantu kita untuk biar gak "gatel" buka twitter, fb, dll. Sejak hpku jd hp cina, aku skrg udah jarang ngetweet. Klo fb sih, emang dari dulu aku gak terlalu sering buka fb. Jadi onlennya ya klo buka laptop aja. :)
ReplyDeleteMemang bener, Kim. Apalagi kalo udah langganan paket internet. Yang paling sering dibuka ya facebook dan twitter itu.
ReplyDelete