Karena ini program Pemerintah Jepang, kami
diterbangkan dengan Japan Airlines (JAL). Saya duduk di kursi tengah, baris
kedua dari jendela. Yang unik dari JAL adalah adanya tayangan langsung ketika
pesawat take off. Ini bisa dilihat
melalui layar kecil di atas. Dengan melihat tayangan ini, saya bisa mengetahui
situasi di luar sana meskipun tak duduk persis samping jendela.
Dan oh, lupakan semua mellow yang seharian tak lepas dari pikiran. Yang saya rasakan
ketika pesawat hendak take off adalah
haru. Belum pernah saya merasakan perasaan seperti ini ketika hendak pergi ke
suatu tempat. Musik instrumen mengalun pelan, pas dengan momen ketika saya
mengerjap-kerjapkan mata supaya tidak menangis. Perasaan saya campur aduk.
Saya menghabiskan waktu di pesawat dengan
tidur. Dan sesekali makan, ketika pramugari datang membawa cemilan. Saya sudah
kenyang – dan terlalu mengantuk untuk makan – ketika pramugari datang lagi
untuk membawa makanan berat, hingga saya mesti menolaknya.
Ketika saya terbangun di Minggu pagi,
pesawat sudah mengambil posisi untuk landing.
Dari layar kecil di atas, saya bisa melihat sawah hijau di bawah sana.
Pesawat
semakin turun ke bawah, terus ke bawah, hingga menyentuh landasan. Di detik
itu, saya menyapa Jepang dengan sapaan paling hangat di pagi itu.
“Akhirnya kita
bertemu juga!”