Minggu, 27 Januari. Seperti yang saya
bilang, Kota Tua di Georgetown adalah target saya selanjutnya. Georgetown terkenal
sebagai World Heritage City, jadi
tepat kalau menghabiskan seharian di sana. Dari buku yang saya baca dan peta
wisata yang mudah didapatkan dimana saja, saya jadi tahu tempat-tempat mana
yang jadi prioritas. Yang lebih menyenangkan, Penang menyediakan free shuttle bus untuk keliling Kota
Tua!
Sama seperti hari sebelumnya, kami ke
Komtar sekitar jam 9. Tak lama, bus berlabel CAT (Central Area Transit) – free datang.
Beruntung kami berempat mendapat tempat duduk.
Kami turun di halte dekat Gereja St.
George – gereja Anglican tertua di Asia Tenggara – yang berhadapan dengan
Courthouse. Setelah berfoto-foto, kami melanjutkan berjalan kaki hingga ke
Museum Penang.
Tiket masuk ke Museum Penang sangat murah,
cuma RM 1, padahal koleksinya lumayan lengkap. Kita bisa belajar tentang
sejarah Penang. Ada tiga kelompok masyarakat yang membangun Penang, yakni Cina,
Melayu, dan India. Budaya masing-masing kelompok masyarakat ini – mulai dari pakaian
hingga adat pernikahan – dijelaskan secara rinci berdasarkan ruangan yang kami
masuki. Di lantai dua, ada berbagai macam lukisan, mainan tradisional, dan
lainnya.
Setelah Museum Penang, kami kembali naik
CAT sampai Halte Feri. Dari sana, kami bisa saja langsung melanjutkan perjalanan
kembali ke Komtar. Tapi hari belum juga sore. Alih-alih pulang, kami berjalan
berbalik arah hingga ke Fort Cornwallis, melewati The Queen Victoria Memorial
Clock Tower.
Tiket masuk ke Fort Cornwallis RM 3. Kami
naik ke atas benteng yang menghadap laut, berfoto dengan meriam jaman dulu
kala. Ada rombongan bule yang lewat, ibu langsung heboh minta foto bareng, tapi
malu-malu. Saya mendekati salah satu dari mereka, meminta berfoto bersama.
“I can’t believe I’m so famous here!”,
kata si bule sambil tertawa.
Ia bilang, sudah sering sekali ia dimintai foto bareng. Untungnya ia masih mau diajak
foto lagi. Jadilah siang itu, bapak, ibu, dan sepupu berfoto bersama bule.
Di depan Fort Cornwallis, ada banyak
jajajan. Salah satu yang menyita perhatian adalah Rojak Menjerit. Itu
sebenarnya rujak buah biasa, tapi konon sambalnya sangat pedas hingga bikin
kita menjerit. Well, nyatanya cukup pedas saja tidak.
Dari Fort
Cornwallis, kami kembali berjalan – kali ini melewati City Hall dan Town Hall.
Menjelang sore, kami kembali pulang naik CAT.
Malamnya, kami kembali ke luar mencari
makan; kali ini ke Penang Time Square. Hotel memang punya restoran di bawah,
sayangnya tidak halal. Karena dekat dengan hotel, kami ke Penang Time Square
berjalan kaki. Sampai di mall, sudah banyak tempat makan yang tutup. Pantas
sih, kami baru keluar saja jam delapan lewat.
Meski lelah jalan-jalan mengelilingi Kota
Tua hampir seharian, sebelum tidur kami sempatkan packing terlebih dahulu. Tinggal semalam lagi di Penang.
No comments:
Post a Comment