Sunday, 10 September 2017

Rumah Pertama

Pagi ini saya terbangun pukul tiga pagi, dan tidak bisa tidur lagi. Padahal ini hari Minggu, saya biasanya puas-puaskan tidur sampai terbangun karena lapar ingin sarapan. Bolak-balik saya mencoba tidur barang sebentar, tetap tidak bisa. Mungkin pagi ini saya gugup saking semangatnya untuk serah terima rumah.

Iya, setelah menunggu dua tahun lewat delapan bulan, rumah saya di Citra Maja Raya akhirnya jadi juga. Selama rentang waktu itu, saya beberapa kali mimpi pergi mengunjungi rumah itu, tapi tidak pernah sampai; selalu terbangun di tengah-tengah mimpi. Jadi ketika hari ini saya betulan mau ke sana, saya ingin pagi cepat-cepat datang.

Pukul 7.15, saya sudah naik gojek ke Stasiun Tanah Abang. Hanya perlu waktu sepuluh menit untuk sampai di sana. Jalanan lancar di Minggu pagi.

KRL menuju Maja sudah ada di peron. Tidak begitu banyak penumpangnya; saya bisa duduk dengan santai. Pukul 7.35 tepat, kereta mulai jalan. Aplikasi Trafi yang saya instal di HP sangat membantu saya memantau jadwal kereta. Ketepatannya luar biasa.

Ini adalah kali kedua saya ke Maja. Pertama kali saya ke sana di awal tahun lalu untuk melihat rumah contoh. Jalan-jalan ke Maja pagi ini seperti mengingatkan diri sendiri kalau saya suka dengan pemandangan yang dilewati.

Saya sering naik KRL ke arah Bogor, tapi tak terlalu suka dengan pemandangan yang ditawarkan. Tapi KRL ke arah Maja punya banyak pemandangan hijau yang ditampilkan. Untuk sesaat saya sempat membayangkan kalau saat ini saya sedang jalan-jalan naik kereta di Jepang atau naik kereta dari Wageningen ke Amsterdam hehe...

Rentang waktu 1.5 jam perjalanan tak membuat saya capek, bahkan sebaliknya. I enjoyed this trip very much! Ketika akhirnya sampai di Stasiun Maja, saya sempat membandingkannya dengan dulu saat saya ke sana pertama kali, setahun lalu. Saat itu stasiun belum direnovasi. Kini stasiun nampak lebih bersih dan lapang.


Dari stasiun saya naik ojek ke kantor marketing Citra Maja Raya. Belum banyak calon penghuni yang datang di sana. Saya dapat urutan nomor tiga untuk serah terima.

Proses serah terima berjalan dengan cepat. Setelah mencocokkan identitas, agen Citra Maja Raya akan menyampaikan informasi mengenai apa saja yang diberikan (satu set kunci dan kran air), prosedur komplain, biaya lingkungan bulanan, dan kompensasi keterlambatan. Iya, serah terima mestinya dilakukan awal tahun, namun karena terkendala kondisi lapangan, serah terima baru bisa dilakukan September ini. Saya dapat kompensasi yang lumayan. Bisa buat nambah-nambah renovasi.

Oya, ngomong-ngomong soal renovasi, agen bilang renovasi sebaiknya dilakukan setelah masa garansi habis, yakni setelah enam bulan. Karena kalau tidak, maka garansinya bisa langsung hangus.

Setelah terima kunci, saya datang ke konter sebelah untuk urusan PDAM. Kata ibu petugasnya, nanti saya akan dihubungi lagi setelah beberapa minggu. Untuk urusan listrik saya tinggal isi token prabayar.

Dari kantor marketing, saya dan dua calon penghuni lain diantar naik mobil ke lokasi rumah. Mobil ini difasilitasi oleh pengembang. Masuk ke dalam perumahan, di kiri-kanan masih gersang. Baru ada pohon-pohon kurus yang ditanam. Pembangunan masih jelas terlihat dimana-mana. Meskipun di dalam mobil ber-AC, saya tahu di luar pasti panas menyengat.

Kami ke Park Lane dulu karena lebih dekat. Itu adalah kluster yang diambil orang yang bareng dengan saya. Dari sana, kami baru masuk ke kluster saya di Spring Wood.

Perasaan saya saat masuk ke kluster ini mungkin sama seperti seorang ibu saat melihat bayinya. (I know it's lebay, but still). Kluster ini mungkin bukan yang terbaik, tapi saya lebih menyukainya dibanding kluster lain sejenis. Seperti ada rasa familiar yang nyata. Kalau sebelumnya saya beberapa kali memimpikannya, kini saya benar-benar ada di sana.

Beda dengan Park Lane, kluster Spring Wood lebih beralun. Jalannya yang naik turunnya lebih kentara. Rumah saya ada di lokasi agak menurun.

Saya foto beberapa kali bahkan sebelum saya memasukinya. Bapak driver yang baik mau juga dimintai tolong untuk memotret. Entah kenapa saya terharu saat pertama kali membuka pintunya.


Rasa haru ini rupanya tak bertahan lama. Begitu masuk ke dalam rumah, saya tahu banyak hal yang harus dilakukan. Karena ukurannya yang kecil, saya mesti pintar-pintar mengatur perabotan. (Nanti, kalau sudah mulai diisi.) Dapur belum ada, bagian belakang masih berupa tanah. Saya tidak suka pintu kamar-kamarnya, dan saya ingin kamar mandi direnovasi. Atau kalau perlu dipindahkan ke belakang. Saya juga ingin taman di depan rumah mulai ditanami. Kalau bisa, dindingnya diberi wallpaper dan lantainya dialasi kayu. Jendela juga perlu diberi teralis, dan pagar juga mesti dipikirkan. Well, PR-nya masih banyak ternyata.

Mungkin mesti diurus nanti,  satu per satu. Untuk saat ini, saya bersyukur sudah punya rumah sendiri meski kecil. It is a tiny house indeed, but I intend to make it a home.

 

2 comments: