Brussels
September 2014 itu saya sedang sibuk-sibuknya
mempersiapkan thesis. Itu salah satu momen yang membuat saya stres karena deadline hanya tinggal hitungan minggu.
Saya butuh waktu buat jalan-jalan dan menyegarkan pikiran. Kebetulan sedang ada
tiket promo ke Brussels, Belgia. Jadilah saya langsung pesan tiket pp untuk
hari Sabtu tanggal 6 September.
Mendekati tanggal tersebut, saya sempat berencana
membatalkan tiketnya. Biarlah saya merelakan tiket EUR46,20, pikir saya waktu
itu. Thesis saya stuck, dan rasanya
saya ingin menghabiskan akhir pekan untuk benar-benar menyelesaikan thesis.
Tapi kemudian saya pikir, toh pada akhirnya saya pasti akan menyelesaikan thesis. Sementara
saya belum tentu punya waktu lagi untuk jalan-jalan ke Brussels. Akhirnya,
meskipun dengan agak berat hati awalnya, saya tetap melanjutkan rencana pergi
ke sana.
Dibutuhkan waktu tiga jam dari Utrecht ke Brussels.
Keberangkatan dari Utrecht pukul 06.59. Agak PR juga sih karena itu artinya
saya mesti berangkat pagi-pagi betul dari Wageningen. Dibutuhkan transfer dua
kali di Rotterdam Central dan Roosendaal hingga saya akhirnya sampai di Brussel
Centraal pukul 10.04.
Brussel Centraal
Saya duduk di dekat
jendela
kereta dan mendekati Brussel Centraal, saya bisa lihat area red light district dengan cewek-ceweknya
yang ada dalam display ._.
Anyway, begitu sampai stasiun, yang
pertama saya lakukan di sana adalah sarapan! Hehe… Saya menemukan kedai kebab
dan sarapan di sana. Setelah kenyang, saya mulai berjalan kaki santai karena
saya memang tidak punya tujuan khusus di Brussels ini.
Kesan pertama saya tentang Brussels ini adalah kota ini
mirip banget dengan kota yang ada di Belanda, tapi sedikit lebih kotor. Ketika
melewati Mont des Arts, saya bahkan
mencium bau pesing. Padahal ini pusat kota lho. Oya, karena bahasa yang dipakai
mayoritas warganya adalah bahasa Belanda dan Prancis, maka dua bahasa ini
selalu berdampingan. Misalnya saja papan penunjuk arah di sana menggunakan dua
bahasa tersebut.
Ketika saya sedang jalan selow, saya lihat ada iring-iringan
pawai mobil. Entahlah mereka sedang pawai apa. Yang jelas ada satu mobil model pick up dengan empat lelaki yang heboh
sambil minum bir. Centrum di sana ramai
dan suasanya mirip dengan yang ada di Belanda. Saya ingin masuk ke salah satu
café di sana dan beli waffle karena waffle Belgia termasuk yang paling
terkenal. Tapi karena masih kenyang habis makan kebab, saya hanya beli waffle
satuan untuk dibawa pulang.
Royal Museums of Fine Arts of
Belgium adalah
highlight jalan-jalan saya di
Brussels. Saya ngantri beli tiket dan ada beberapa kategori tiket dengan harga
yang berbeda-beda. Saya lupa harga tiketnya, yang jelas harga student dan senior citizen lebih murah dibanding kategori lainnya. Giliran saya
persis di depan kasir, saya sudah mengeluarkan sejumlah uang untuk kategori adult. Ternyata saya dimasukkan ke
kategori student hehe! Lumayan dapat
harga diskon.
Di dalam Royal Museums of Fine Arts of
Belgium
Karena santai, saya coba menikmati melihat lukisan-lukisan
yang terpajang di dinding. Saya perhatikan detail fashion pada masa itu,
seperti kostum, sepatu, dan pernak-pernik perhiasan yang nge-hit pada jamannya.
Kadang saya tidak paham dengan lukisan yang ada, tapi yah…mungkin tidak semua
lukisan harus dipahami. Buktinya ada cewek yang kelihatan asik melihat lukisan
didominasi hitam tanpa objek. Saya tidak tahu apa maksudnya. Tepat ketika saya
ingin memotretnya dari belakang, tiba-tiba dia menoleh. Duh!
Tidak semua yang ada di museum bisa dipahami
Saya masih tidak paham tentang konsep lukisan itu
Jalan-jalan
saya di Brussels memang tidak maksimal. Selain museum dan centrum, saya paling hanya melewati Saint Jacques-sur-Coudenberg – gereja neoklasik – untuk foto-foto.
Saya sempat
ingin ke Atomium yang jadi ikon Belgia, tapi saya urungkan niat itu. Rasanya
seharian itu tidak akan cukup dihabiskan di sana. Saya ingin juga mampir ke
kota sebelah – Ghent – yang konon katanya lebih instagrammable dengan kanal-kanalnya. Tapi lagi-lagi saya urungkan
karena mesti menginap minimal semalam untuk mengeksplor baik Brussels dan Ghent.
Bahkan Manneken Pis yang jadi ikon
Belgia saja saya lewati. I mean…itu
cuma patung anak kecil yang lagi pipis.
Satu-satunya taman yang saya kunjungi adalah Petit Sablon. Selain pepohonan dan bunga-bunga,
di taman ini juga tersebar patung-patung. Salah satu yang terkenal adalah patung
Egmont Hornes dan Egmont Hoorn. Di taman ini juga saya melihat sepasang lelaki
dan perempuan (mungkin suami istri, berumur lima puluhan) turis dari India yang
asik foto-foto. Mereka fotonya lama dan gayanya heboh, kadang dibela-belain
foto di antara dedaunan haha!
Petit Sablon. Ada dua turis India yang niat foto di antara dedaunan ini XD
Mestinya saya
pulang ke Belanda naik kereta pukul lima sore. Tapi saya sudah keburu pulang
sebelum itu. Rasanya jalan-jalan ke Brussels ini yang paling muram, karena
ternyata saya masih kepikiran revisi thesis. Ini bukan berarti saya menyesal ya
jalan-jalan ke sana. Justru sebaliknya, saya senang hari itu saya memilih pergi
ke Brussels dibanding duduk di kamar sambil mengetik revisian.
Next stop:
Barcelona!
No comments:
Post a Comment