Minggu, 4 Desember 2011
Kali ini, kami bisa bangun
lebih siang. Lebih santai. Acara hari ini adalah jalan-jalan mengelilingi
Penang dan mengembara dari mall ke mall. Rencana jalan-jalan mengeksplor Penang
gagal setelah bis gratisan yang kami tumpangi ternyata hanya berputar-putar di
area itu-itu saja. Kami pikir bis akan membawa kami sampai pelosok Penang.
Akhirnya rencana kedualah yang kami jalankan.
Ada beberapa mall dekat
hotel. Satu yang saya hapal adalah 1st Avenue. Kami sempat menonton bioskop di sana. Saya, Mbak Wina, dan Mbak Vita menonton Puss in Boots, sementara Mbak Nisa – karena sudah menonton film Puss – lebih memilih Arthur Christmas.
Saya perhatikan film-film
yang ditayangkan. Selain film khas Hollywood, film-film China juga mendominasi. Sepengamatan
saya, etnis Tionghoa memang banyak di Penang. Bahkan mungkin lebih banyak
dibanding orang Melayu-nya. Oya, film yang saya tonton punya dua subtitle, Melayu dan Inggris.
Film Puss in Boots membuat saya tertawa geli terlebih di dua puluh menit pertama. LUCU! Ini adalah tipikal film yang bisa saya tonton berulang-ulang, selain Ice Age dan Madagascar. Layar bioskop yang saya tonton termasuk kecil, mungkin menyesuaikan ruangan yang juga tak terlalu luas. Gambarnya sih jernih, namun subtitle yang bertumpuk dan berbayang terlihat menganggu. Terlebih model font-nya mengingatkan saya pada tulisan cetak jaman dulu.
Selesai menonton, kami
habiskan waktu di mall. Kabar baiknya, hari ini akhirnya saya bisa makan Nasi
Lemak setelah bolak-balik mencari. Aneh memang, saya pikir Nasi Lemak ada
dimana-mana di Malaysia ini. Ternyata lumayan susah didapat. Atau saya saja yang kurang mencari? Tapi
kemarin pun saat makan di
Secret Recipe di Kuala Lumpur, tidak tersedia Nasi Lemak meskipun jelas-jelas
tercantum di buku menunya. Nasi Lemak ini justru saya dapat di OldTown White
Coffee. Tak lupa saya pesan juga secangkir White Coffee.
Pagi sebelumnya, kami
menikmati Nasi Kandar di sebuah warung pinggir jalan. Awalnya saya curiga
dengan rasanya; ternyata enak. Dari kami berempat, hanya Mbak
Wina yang hilang selera dengan makanan khas Malaysia. Mungkin karena rasa
karinya yang terlampau kental.
Malamnya saat pulang menuju
hotel, kami kembali mencicipi makanan khas sana. Mbak Vita dan Mbak Nisa puas dengan Roti Canai
pesananan mereka. Kali ini saya
makan mie goreng yang – sayangnya – rasanya kurang pas di lidah. Teh tariknya
sih mantap. Martabak ayamnya juga agak aneh karena hanya berisi ayam, tanpa
daun bawang. Kalau sudah bicara makanan, tanpa pikir panjang lebar, saya bisa
pastikan kalau Indonesia lebih jawara dibanding Malaysia.
Pita udah bisa makan nasi lemak pake ayam ta Jeng? :)
ReplyDeleteTentu saja...
ReplyDeletebelum bisa :))
Mbak Vita ikutan makan Nasi Lemak, tapi dia pake sotong :p Dia doyan banget Roti Canai sama Teh Tarik sama Nasi Kandar. Dia cocok sama makanan sana. Yang kasihan itu Mbak Wina. Dia gak gitu suka sama rasa kari yang kuat banget.
Look at your eyes when you wanna sip teh tarik, pao! :p lmao
ReplyDeleteLook at Suhu Vitong's too :))
ReplyDelete