Thursday, 26 September 2013

Persiapan ke Belanda


Time flies

Sepertinya baru kemarin saya mendapat e-mail dari Neso Indonesia, memberi tahu kalau saya mendapatkan beasiswa StuNed. Sepertinya belum lama ketika Nuffic mengirimkan e-mail beberapa hari setelahnya, mengabarkan kalau permohonan beasiswa NFP saya diterima. Seperti yang pernah saya tulis di sini, akhirnya NFP-lah yang saya ambil dengan pertimbangan yang sudah saya jelaskan pula di tulisan tersebut.

Dua hal itu terjadi di awal Mei 2013, empat bulan yang lalu. Setelahnya, waktu seperti terbang.

Saya mulai mempersiapkan ini-itu, dimulai dengan kursus Akulturasi dan Bahasa Belanda yang dimulai tanggal 20 Mei dan berakhir 3 Juli di Taalcentrum, Kedutaan Belanda. Dalam seminggu, kursus dilaksanakan dua kali pada hari Senin dan Rabu mulai pukul 18.00 – 21.00. Sebagai pemegang LoA (Letter of Acceptance) dari universitas di Belanda, saya digratiskan mengikuti kursus tersebut. Hanya saja, saya mesti deposit uang sebesar Rp650.000,- yang bisa diambil lagi di akhir kursus, dengan beberapa persyaratan. Di antaranya adalah mengikuti kursus minimal 11 kali pertemuan – dari total 14 pertemuan – dan mengikuti ujian akhir.

Kursus diajar oleh orang Indonesia, dengan Bahasa Indonesia pula. Dalam rentang tiga jam, kursus dibagi menjadi dua sesi: akulturasi (pengenalan budaya di Belanda) dan Bahasa Belanda. Ada belasan orang yang mengikuti kursus ini, rata-rata penerima beasiswa juga.

Sayangnya, selama rentang Mei sampai Juli itu saya sedang banyak tugas dinas ke luar kota. Saya jadi banyak bolos, bahkan tidak bisa ikut ujian karena berbarengan dengan dinas saya ke Solo. Uang deposit pun tidak bisa diambil kembali. Meskipun cuma beberapa kali hadir di kelas, lumayan juga sih pengetahuan yang didapat. Saya paling suka kalau sesi pengenalan budaya Belanda, lebih menyenangkan dibanding sesi bahasa. Ada hal-hal unik yang saya tahu, mulai dari kebiasaan orang Belanda yang suka memasang kalender di pintu toilet untuk mengingat hari ulang tahun sampai kebiasaan cium pipi tiga kali. Nanti akan saya konfirmasi tentang dua hal itu.

Selain kursus Akulturasi dan Bahasa Belanda, saya juga mengambil dua kursus lain. Dua-duanya kursus Bahasa Inggris. Hanya saja, yang satu lebih ke speaking, sementara yang lain lebih ke academic writing.

Untuk memperlancar speaking, saya mengambil les privat dengan Miss Vanka. Saya tahu tentang dia dari iklan di Kaskus. Orangnya masih muda, masih kuliah malahan. Tapi dia sudah mengajar di sebuah lembaga bahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya bagus, dan sikapnya yang ramah membuat saya nyaman. Total pertemuan saya dengan Miss Vanka hanya 4 kali, masing-masing 2 jam tiap minggunya. Biasanya sih Sabtu atau Minggu pagi. Saya mulai les tanggal 25 Mei dan berakhir tanggal 15 Juni. Les seringnya di kosan saya, tapi pernah sekali saya ajak Miss Vanka ke Pasar Festival ketika saya sedang suntuk.

Selain les privat untuk speaking, saya juga les privat untuk writing. Saya ambil les di AIM Manggarai untuk 5 kali pertemuan, masing-masing 2 jam. Karena privat, saya bebas menentukan tanggal dan harinya, biasanya malam dari jam 7 sampai 9. Saya mulai les tanggal 24 Mei dan berakhir 21 Juni. Dalam 5 kali pertemuan, dua kali saya diajar oleh bule dan sisanya orang Indonesia.

Sekian tentang les-les yang saya ikuti.

Sabtu 20 Juli, saya ikut Pre-departure Briefing yang diselenggarakan oleh Neso Indonesia di Erasmus Huis Jakarta. Acara ini terbuka untuk siapa saja yang akan studi di Belanda. Tidak wajib sih, tapi sayang kalau sampai melewatkannya. Dalam acara ini ada pengenalan tentang Belanda dan sedikit pelajaran tentang Bahasa Belanda yang sering dipakai sehari-hari. Ada kuisnya juga dengan pertanyaan seputar pengetahuan umum mengenai Negeri Kincir Air itu. Yang paling penting adalah penjelasan mengenai apa-apa saja yang harus disiapkan sebelum dan setelah di sana.

Untuk yang terakhir itu, ada drama simulasi yang dipentaskan oleh alumni universitas di Belanda. Ini bagian yang paling saya suka. Kita diberi tahu situasi di sana, termasuk cara mengatasi homesick yang pasti – PASTI – melanda. Di akhir acara, ada pertemuan dengan alumni universitas Belanda berdasarkan kota. Saya segera mencari meja dengan tulisan Wageningen, dan bergabung dengan dua orang alumni yang sudah ada di sana.

Calon mahasiswa yang akan belajar di Wageningen ternyata lumayan banyak juga. Kami antusias bertanya pada alumni tentang apa saja, mulai dari housing, kuliah, sampai rencana setelah lulus. Alumni yang helpful membuat kami betah hingga tak terasa ngobrol lama.

Enaknya mendapat beasiswa NFP, semua keperluan saya sudah diurus kampus. Mulai dari penjemputan di bandara hingga housing. Itu membuat persiapan keberangkatan saya jadi lebih ringan. Masalah visa pun sudah diurus hingga saya hanya perlu ke Kedutaan satu kali untuk mengambilnya. Tanggal 27 Agustus, visa sudah ada di tangan.

Mendekati keberangkatan tanggal 19 September, saya mulai menyelesaikan urusan kantor, kosan, dan keluarga di rumah.

Urusan kantor sifatnya administratif, seperti pembuatan SK Tugas Belajar dan Surat Penugasan dari Setneg. Saya juga memberi tahu teman kantor tentang pelimpahan tugas-tugas saya ke mereka selama setahun nanti. Alhamdulillah teman kantor saya baik-baik. Mereka sangat supportive dan banyak membantu. Untuk kosan, saya pamit pada ibu kos dan teteh setelah sebelumnya saya membayar uang kos selama setahun ke depan. Setelah melakukan beberapa pertimbangan, akhirnya saya memang memutuskan untuk tidak pindah dari kosan yang sekarang. Saya sudah merasa nyaman di sana, sudah cocok juga dengan teteh yang beres-beres kosan. Bayangan harus mencari kosan baru setelah saya pulang ke Indonesia nanti membuat saya tak enak. Untuk keluarga di rumah, saya sudah instalkan Whatsapp untuk ibu. Inginnya sih instal Skype juga, tapi belum sempat. Yang penting saya tetap berkomunikasi setiap hari dengan bapak-ibu, itu sudah cukup.

Menjelang hari keberangkatan, saya mulai membeli perlengkapan yang sekiranya dibutuhkan di sana, terutama pakaian musim dingin. Masih musim gugur di Belanda, tapi kisaran 9-14 derajat tetap saja dingin buat saya. Saya catat yang kira-kira perlu, dan mempersiapkan atau membelinya satu per satu. Sampai satu hari menjelang hari-H, semua sudah lengkap. Semua sudah siap. Kecuali mungkin, well.. persiapan mental.

1 comment:

  1. Halo mba , perkenalkan saya Sari, saat ini saya memiliki keinginan untuk melanjutkan studi S2 di Inggris, Belanda, atau Jerman.

    boleh minta tips dan apa saja yg perlu saya persiapkan ?
    mulai dari nilai TOEFL, IELTS, kursus apa yang kira-kira bagus untuk saya ikuti.

    kalau boleh saya dengan sangat senang terima tips dari mba melalui email saya novitasari09@hotmail.com

    terimakasih :)

    ReplyDelete