Selasa pagi, 5 Januari 2016.
Di sela-sela memonitor berita, tangan kanan saya refleks membuka tab baru dan
mengetikkan alamat situs sebuah maskapai yang sudah tersimpan otomatis di
komputer. Tangan kiri saya menggenggam HP dimana tabel libur tahun 2016
sekaligus alternatif cutinya sudah terbuka. Akhir-akhir ini ritual itu sering
saya lakukan untuk mencari tiket promo ke Jepang.
Setelah beberapa kali mencoba
berbagai variasi tanggal, pandangan saya terpaku pada harga promo di awal musim
gugur; hanya 3,8 juta untuk return ticket. Harga termurah terakhir yang saya
tahu masih di kisaran 4 hingga 5 juta untuk pesawat LCC dan 7 jutaan untuk pesawat full service. Jadi
saya pikir 3,8 adalah kesempatan yang bagus.
Meskipun begitu, saya sempat
ragu juga. Tidak ada teman yang mau diajak jalan bareng karena fokus mereka
masih pada rencana jalan-jalan kami ke Seoul pada musim semi nanti. Namun
berbekal nekat dan mumpung dapat promo murah, saya segera booking tiket di hari
yang sama.
Karena tahu akan jalan-jalan
sendiri, saya segera mempersiapkan semuanya lebih awal, termasuk itinerary dan
akomodasi. Musim gugur masih lama, tapi karena sudah excited, saya sudah
menyusun itinerary dan booking hotel dari sekarang.
Cerita di bawah ini adalah
visualisasi saya tentang apa yang mungkin terjadi saat jalan-jalan sendiri
nanti. Tentu banyak hal yang bisa terjadi di antara rentang waktu kini dan
nanti. Informasi yang ditampilkan di
sini juga tidak sepenuhnya valid, karena hey, ini belum terjadi! Ini
sih saya anggap proyek menulis lucu-lucuan saja. ^^
***
Awal
September 2016. Setelah tidur gelisah semalaman karena kombinasi terlalu excited ditambah takut telat, pukul 3
pagi saya sudah terbangun; setengah jam lebih cepat dari alarm HP. Saya segera
mandi dan air yang dingin membuat kantuk saya menguap sempurna. Saya cek lagi
barang penting yang harus dibawa: paspor, boarding
pass, dompet, HP, iPod, kamera, dan voucher JR Pass. Saya hanya membawa satu ransel dan satu koper kecil yang muat
masuk kabin. Tak lama, BlueBird sudah membawa saya ke Bandara Soekarno-Hatta.
Seperti
biasa, saya sampai di Terminal 3 terlalu pagi. Sekilas saya lihat, bahkan check in counter saja belum buka. Tak
masalah, karena saya sudah melakukan online
check in jauh-jauh hari sebelumnya. Saya segera naik ke lantai dua dan
mulai mengantri di Imigrasi.
Pengecekan
di Imigrasi berlangsung cepat. Dari Imigrasi, saya menuju boarding room dan duduk di situ
mendengarkan lagu-lagu lewat iPod. Well, mungkin
juga saya membaca buku yang sengaja saya siapkan. Ruangan terasa dingin karena
belum banyak yang datang; beruntung saya memakai jaket yang menghangatkan.
Sebelum
boarding, saya telpon ibu dan bapak
di rumah. Mereka menasehati saya supaya berhati-hati dan saya membesarkan hati
bapak-ibu dengan mengingatkan mereka tentang solo trip yang pernah saya lakukan sebelum-sebelumnya.
“Jepang
adalah negara aman, Ibu tenang saja,” saya ulang entah untuk kali ke berapa. Selain
untuk membuat tenang ibu, itu juga saya lakukan untuk lebih meyakinkan diri
sendiri. Bagaimanapun, ini sudah dua tahun sejak saya terakhir jalan-jalan
sendiri di negeri orang. Setelah menutup telpon, saya segera menuju pesawat yang akan
membawa saya ke tempat transit di Kuala Lumpur sebelum bertolak ke Tokyo.
Pukul
06.25, pesawat mulai tinggal landas dan waktu dua jam akan saya gunakan untuk
tidur; mengganti tidur yang kurang semalam. Di tengah perjalanan, seorang
pramugari menepuk pundak saya dan menyodorkan nasi lemak yang sudah saya pesan online sebelumnya. Saya mengucapkan
terima kasih, makan nasi lemak untuk sarapan, untuk kemudian tidur lagi.
Saya
sampai di Kuala Lumpur pukul 09.25 waktu setempat. Flight selanjutnya adalah pukul 14.30, jadi saya punya cukup waktu
untuk melihat-lihat bandara. Saya cari wifi gratisan dan mengabarkan lewat Whatsapp pada keluarga di rumah dan
teman-teman kalau saya sudah sampai di Malaysia. Saya sempatkan juga
jalan-jalan keliling bandara dan makan siang di salah satu café di sana.
Pukul
14.30 pesawat mulai meninggalkan Kuala Lumpur. Saya sudah pesan makanan juga
untuk makan malam. Kalau tadi pagi saya makan nasi lemak, malam ini saya makan
nasi goreng dengan sate ayam. Beberapa kali saya ke toilet ke untuk
menggerakkan badan supaya tidak pegal duduk terlalu lama. Sebagian besar waktu
perjalanan saya habiskan dengan tidur diselingi membaca majalah internal
maskapai tersebut dan buku yang saya bawa.
Pesawat
sampai di Bandara Haneda, Tokyo pukul 22.30. Saya sudah sangat lelah dan ingin
segera istirahat. Namun hal pertama yang harus dilakukan adalah melewati
Imigrasi. Saya berdoa dalam hati supaya diberikan kemudahan-kemudahan. Apapun
bisa terjadi, dan jalan-jalan seorang diri bukanlah hal yang menguntungkan.
Petugas
menanyakan hal-hal mendasar seperti berapa lama saya akan tinggal dan dimana
saya akan menginap. Saya tunjukkan bukti booking
hotel dan itinerary yang sudah
saya susun rapi. Ia memberikan stempel di paspor, kemudian mengembalikannya
pada saya. Mengucapkan “arigatou gozaimasu”, saya menerima paspor itu dengan
hati ringan.
Karena
sedang bersemangat, lagu pertama yang saya setel adalah Aitakatta dari AKB48. Oh well, have I told you that I want to go
to Japan because of them AND their sister group SKE48?
Sudah
lewat pukul 11 malam. Pergi ke hotel
tengah malam sendiri tidak ada dalam opsi. Kereta sudah berhenti beroperasi,
tarif taksi juga sangat mahal. Sempat terpikir untuk menginap di hotel kapsul
Haneda, tapi akhirnya saya memilih menginap di bandara pada hari pertama.
Berdasarkan petunjuk dari salah satu blog, saya naik ke lantai dua dan mencari
tempat tidur dekat shower room. Saya
tidur di kursi yang berjejer memeluk ransel berisi semua dokumen penting
sementara koper saya dekatkan ke badan.
Berlanjut ke tulisan ini.
No comments:
Post a Comment