Saturday, 20 February 2016

Jalan-jalan Virtual ke Jepang (I)



Selasa pagi, 5 Januari 2016. Di sela-sela memonitor berita, tangan kanan saya refleks membuka tab baru dan mengetikkan alamat situs sebuah maskapai yang sudah tersimpan otomatis di komputer. Tangan kiri saya menggenggam HP dimana tabel libur tahun 2016 sekaligus alternatif cutinya sudah terbuka. Akhir-akhir ini ritual itu sering saya lakukan untuk mencari tiket promo ke Jepang.

Setelah beberapa kali mencoba berbagai variasi tanggal, pandangan saya terpaku pada harga promo di awal musim gugur; hanya 3,8 juta untuk return ticket. Harga termurah terakhir yang saya tahu masih di kisaran 4 hingga 5 juta untuk pesawat LCC  dan 7 jutaan untuk pesawat full service. Jadi saya pikir 3,8 adalah kesempatan yang bagus.

Meskipun begitu, saya sempat ragu juga. Tidak ada teman yang mau diajak jalan bareng karena fokus mereka masih pada rencana jalan-jalan kami ke Seoul pada musim semi nanti. Namun berbekal nekat dan mumpung dapat promo murah, saya segera booking tiket di hari yang sama.

Karena tahu akan jalan-jalan sendiri, saya segera mempersiapkan semuanya lebih awal, termasuk itinerary dan akomodasi. Musim gugur masih lama, tapi karena sudah excited, saya sudah menyusun itinerary dan booking hotel dari sekarang.

Cerita di bawah ini adalah visualisasi saya tentang apa yang mungkin terjadi saat jalan-jalan sendiri nanti. Tentu banyak hal yang bisa terjadi di antara rentang waktu kini dan nanti. Informasi yang ditampilkan di sini juga tidak sepenuhnya valid, karena hey, ini belum terjadi! Ini sih saya anggap proyek menulis lucu-lucuan saja. ^^

***
Awal September 2016. Setelah tidur gelisah semalaman karena kombinasi terlalu excited ditambah takut telat, pukul 3 pagi saya sudah terbangun; setengah jam lebih cepat dari alarm HP. Saya segera mandi dan air yang dingin membuat kantuk saya menguap sempurna. Saya cek lagi barang penting yang harus dibawa: paspor, boarding pass, dompet, HP, iPod, kamera, dan voucher JR Pass. Saya hanya membawa satu ransel dan satu koper kecil yang muat masuk kabin. Tak lama, BlueBird sudah membawa saya ke Bandara Soekarno-Hatta.

Seperti biasa, saya sampai di Terminal 3 terlalu pagi. Sekilas saya lihat, bahkan check in counter saja belum buka. Tak masalah, karena saya sudah melakukan online check in jauh-jauh hari sebelumnya. Saya segera naik ke lantai dua dan mulai mengantri di Imigrasi.  

Pengecekan di Imigrasi berlangsung cepat. Dari Imigrasi, saya menuju boarding room dan duduk di situ mendengarkan lagu-lagu lewat iPod. Well, mungkin juga saya membaca buku yang sengaja saya siapkan. Ruangan terasa dingin karena belum banyak yang datang; beruntung saya memakai jaket yang menghangatkan.

Sebelum boarding, saya telpon ibu dan bapak di rumah. Mereka menasehati saya supaya berhati-hati dan saya membesarkan hati bapak-ibu dengan mengingatkan mereka tentang solo trip yang pernah saya lakukan sebelum-sebelumnya.

“Jepang adalah negara aman, Ibu tenang saja,” saya ulang entah untuk kali ke berapa. Selain untuk membuat tenang ibu, itu juga saya lakukan untuk lebih meyakinkan diri sendiri. Bagaimanapun, ini sudah dua tahun sejak saya terakhir jalan-jalan sendiri di negeri orang. Setelah menutup telpon, saya segera menuju pesawat yang akan membawa saya ke tempat transit di Kuala Lumpur sebelum bertolak ke Tokyo.

Pukul 06.25, pesawat mulai tinggal landas dan waktu dua jam akan saya gunakan untuk tidur; mengganti tidur yang kurang semalam. Di tengah perjalanan, seorang pramugari menepuk pundak saya dan menyodorkan nasi lemak yang sudah saya pesan online sebelumnya. Saya mengucapkan terima kasih, makan nasi lemak untuk sarapan, untuk kemudian tidur lagi.

Saya sampai di Kuala Lumpur pukul 09.25 waktu setempat. Flight selanjutnya adalah pukul 14.30, jadi saya punya cukup waktu untuk melihat-lihat bandara. Saya cari wifi gratisan dan mengabarkan lewat Whatsapp pada keluarga di rumah dan teman-teman kalau saya sudah sampai di Malaysia. Saya sempatkan juga jalan-jalan keliling bandara dan makan siang di salah satu café di sana.

Pukul 14.30 pesawat mulai meninggalkan Kuala Lumpur. Saya sudah pesan makanan juga untuk makan malam. Kalau tadi pagi saya makan nasi lemak, malam ini saya makan nasi goreng dengan sate ayam. Beberapa kali saya ke toilet ke untuk menggerakkan badan supaya tidak pegal duduk terlalu lama. Sebagian besar waktu perjalanan saya habiskan dengan tidur diselingi membaca majalah internal maskapai tersebut dan buku yang saya bawa.

Pesawat sampai di Bandara Haneda, Tokyo pukul 22.30. Saya sudah sangat lelah dan ingin segera istirahat. Namun hal pertama yang harus dilakukan adalah melewati Imigrasi. Saya berdoa dalam hati supaya diberikan kemudahan-kemudahan. Apapun bisa terjadi, dan jalan-jalan seorang diri bukanlah hal yang menguntungkan.

Petugas menanyakan hal-hal mendasar seperti berapa lama saya akan tinggal dan dimana saya akan menginap. Saya tunjukkan bukti booking hotel dan itinerary yang sudah saya susun rapi. Ia memberikan stempel di paspor, kemudian mengembalikannya pada saya. Mengucapkan “arigatou gozaimasu”, saya menerima paspor itu dengan hati ringan.

Karena sedang bersemangat, lagu pertama yang saya setel adalah Aitakatta dari AKB48. Oh well, have I told you that I want to go to Japan because of them AND their sister group SKE48?

Sudah lewat pukul 11 malam.  Pergi ke hotel tengah malam sendiri tidak ada dalam opsi. Kereta sudah berhenti beroperasi, tarif taksi juga sangat mahal. Sempat terpikir untuk menginap di hotel kapsul Haneda, tapi akhirnya saya memilih menginap di bandara pada hari pertama. Berdasarkan petunjuk dari salah satu blog, saya naik ke lantai dua dan mencari tempat tidur dekat shower room. Saya tidur di kursi yang berjejer memeluk ransel berisi semua dokumen penting sementara koper saya dekatkan ke badan.

Berlanjut ke tulisan ini.

No comments:

Post a Comment