Tempat-tempat yang
dikunjungi: Taman, Tower, hingga Tea House
Hangang Park
Di hari kedua di Seoul, kami berenam mengawali pagi dengan
jalan-jalan ke Hangang Park. Pagi itu udara hangat, saya sempat ingin
meninggalkan jaket di kamar. Akhirnya jaket tetap saya bawa, suatu keputusan
yang tepat karena udara bisa berubah dingin sewaktu-waktu.
Naik turun tangga sudah biasa
Keluar dari stasiun, kami melewati pepohonan dengan dedaunan yang hijau segar. Ah ya, ini masih musim semi. Nampak warung kecil menjual jajanan ringan macam topokki. Kami melewatinya, belum berniat ngemil karena masih kenyang.
Tempat jajan topokki
Pagi berkabut di Han River
Hangang Park terlihat asik untuk jogging ataupun jalan-jalan santai. Kami menikmati Han River yang
berkabut dan mengambil banyak foto
berlatar belakang salah satu sungai paling lebar di Korea Selatan itu. Oya,
saya melihat
banyak couple juga yang jalan-jalan
di sana. Bikin iri. :’)
Bukchon Hanok Village
Masih di hari pertama, setelah Hangang Park kami pergi ke
Bukchon Hanok Village. Desa tradisional ini konon sudah ada sejak abad ke-14.
Banyak toko souvenir di pinggir jalanan utama, saya membeli beberapa postcard di salah satu tokonya. Begitu
masuk ke jalanan sempit di belakang, kami menemukan banyak tempat makan.
Setelah bolak-balik bingung dengan menu pilihan yang tersedia, kami memutuskan
untuk makan ramen siang itu di sana.
Mungkin karena rumah-rumah yang didominasi kayu coklat
tua, mungkin karena jalanannya yang sempit dengan banyak kelokan, saya merasa
seperti di masa lalu ketika melewatinya. Terkadang kami bersisian dengan turis
lainnya, seperti mengingatkan saya kalau tempat ini memang salah satu tujuan wisata
di Seoul.
Kami sempat berhenti ke dua museum di daerah itu, salah
satunya adalah Baek in-je house Museum. Baek
in-je house dibangun tahun 1863 oleh
Han Sangryong di masa kepemimpinan Kaisar Gojong; kaisar pertama Korea dari
Dinasti Joseon. Masuk museum ini gratis, hanya saja kita tidak boleh masuk ke
tiap-tiap ruangannya. Ini mungkin dimaksudkan untuk menjaga keasliannya. Kami
hanya bisa melongok melalui jendela untuk mengambil gambar. Ada taman kecil di belakang,
saya membayangkan pemilik rumah ini dulu pasti suka menghabiskan sore sambil
berjalan-jalan melihat-lihat bunga-bunga di tamannya.
Namdaemun
Menjelang sore di hari pertama, kami pergi ke Namdaemun
Market. Pasar tradisional terbesar di Korea Selatan ini dibangun pada tahun
1964 dan menjual segala jenis barang, mulai dari pernak-pernik souvenir hingga
makanan dan baju. Untuk mengakomodasi setiap keinginan dan demi menghemat
waktu, kami split menjadi tiga
kelompok. Kami janjian untuk kembali ke tempat yang sama di waktu yang telah
ditentukan. See, kami memang sangat
efisien bahkan untuk urusan remeh begini.
Namdaemun Market
Saya membeli jajan untuk oleh-oleh, sebagian besar kue
berbentuk ikan dengan isi kacang merah. Oya, saya banyak menemukan souvenir
khas Ghibli di Namdaemun. Totoro muncul dalam berbagai bentuk: kaos kaki, action figure, sampai gantungan kunci.
Kaonashi juga termasuk yang sering saya temukan.
Jajan sore-sore
Karena udara yang semakin dingin, kami membeli jajan pasar
topokki dan yangnyeom tongdak (ayam goreng bersaus khas Korea). Topokki-nya enak, tapi saus ayamnya
terlalu manis. Dari Namdaemun, kami melanjutkan ke destinasi berikutnya:
Myeongdeoung.
Myeongdeoung
Tempat ini adalah surga buat pecinta kosmetik a la Korea.
Satu-satunya hal yang membuat saya antusias adalah karena di sana ada outlet Blanc and Eclare milik Jessica
Jung. Saya sempat berniat mencarinya namun jadi malas karena sudah pusing
duluan melihat begitu banyak outlet kosmetik yang tersebar di Myeongdeoung.
Sementara teman-teman excited
dengan segala jenis produk kosmetik di sana, saya hanya punya satu misi
untuk menemukan eyeliner titipan
teman kantor. Begitu dapat, saya langsung keluar outlet untuk mencari udara segar – yang tak lama, karena gerimis
turun dan memaksa saya masuk lagi ke outlet. Melihat gerimis reda, saya keluar
lagi dan mulai people watching yang
pasti lebih enak kalau dilakukan sambil duduk.
Jalan-jalan dari pagi membuat kaki saya protes minta
duduk. Tapi tidak ada kursi taman di sana. Myeongdeoung memang didesain untuk
orang yang suka belanja. Orang dipaksa untuk terus berjalan dari satu outlet ke
outlet lain. Ada terlalu banyak pilihan; bagi sebagian orang ini adalah sebuah
kemewahan tapi bagi sebagian yang lain ini adalah sebuah paradoks: semakin
banyak pilihan, semakin membingungkan.
Itulah kenapa saya senang ketika semua teman sepertinya
memutuskan cukup untuk hari itu. Menuju pulang, saya membeli bungeoppang yang setipe dengan taiyaki-nya Jepang. Banyak kedai di
tengah jalan – di antara outlet-outlet Myeongdeoung – yang menjual kue manis
berbentuk ikan ini. Saya beli kue berisi keju, dan demi apapun, itu adalah bungeoppang paling enak yang pernah saya
makan! Sementara di luarnya krispi dan manis, bagian tengah kue ini empuk
dengan kombinasi asin keju. Asli enak!
Dari Myeongdeoung kami kembali ke Ittaewon. Malam belum
terlalu larut. Pulangnya saya membeli durum kebab untuk makan malam. Sambil
menunggu Mbak Nisa yang membeli ayam goreng, saya dan dua teman lain makan
kebab sambil memperhatikan mereka yang lalu-lalang. Orang-orang di Ittaewon
punya gaya berpakaian yang asik dan cool seperti
di drama Korea. Bahkan di malam hari yang dingin ada cewek yang memakai short dress, seperti kebal terhadap
dingin. Padahal saya masih kedinginan bahkan dengan jaket dan beanie. Duh! >,<
Seoul N Tower dan Namsan Park
Karena malas naik-turun tangga subway, kami memutuskan untuk naik bis ke Seoul N Tower dan Namsan
Park. Hari ketiga ini kami hanya berempat: saya, Mbak Vita, Mbak Nisa, dan Mbak
Wina. Mbak Dee sudah pernah ke sana jadi memutuskan untuk jalan ke tempat lain.
Sementara itu pagi-pagi sekali Mbak Ranilla sudah ke Incheon. Iya, hari itu dia
pulang ke US.
Naik bis ini sebenarnya lebih asik ketimbang naik subway. Kami bisa melihat-lihat suasana
kota. Mungkin karena hari Minggu, jalanan jadi terlihat lengang. Tidak ada yang
istimewa dari pemandangan di kanan-kiri jalan, kecuali huruf-huruf hangeul pada toko-toko dan papan
penunjuk jalan yang seperti mengingatkan kalau saya sedang berada di Korea
Selatan. Blue dari BigBang jadi soundtrack perjalanan saya hari itu.
Jalanan semakin menanjak dan berkelak-kelok menuju Namsan
Park. Seoul N Tower sudah mulai terlihat dari kejauhan. Kami berhenti random di
satu titik dan foto-foto di taman yang hijau dengan udara bersih. Ada pohon
sakura di sana namun bunganya yang pink sudah jarang-jarang. Tempat ini enak
untuk ngobrol-ngobrol santai sambil duduk di bawah pohon rindang.
Mbak Vita menawarkan opsi naik ke atas menuju Seoul N
Tower dengan berjalan kaki yang langsung ditolak mentah-mentah. Jalanan lurus
saja mudah membuat kami lelah, apalagi menanjak begitu. Akhirnya kami
memutuskan kembali naik bis meskipun jaraknya tak begitu jauh. Sepanjang jalan
kami melewati orang-orang yang sengaja hiking
ke atas, dan bersyukur kami tak mengambil opsi itu.
Beda dengan taman yang hening dan tenang, Seoul N Tower
ramai dengan turis. Sebagian besar turis dari Asia, termasuk sekelompok besar
orang Indonesia. Meskipun sudah naik bis, kami tetap harus berjalan kaki karena
haltenya tak berhenti di depan tower persis. Untungnya bunga-bunga warna-warni
dan pepohonan hijau membuat lelah kami teralihkan. Kami sempat pula berpapasan
dengan siswa-siswa sekolah yang rupanya sedang study tour. Entah kenapa justru idol
Jepang yang saya ingat.
Sampai di Seoul N Tower, perhatian saya justru jatuh pada
warna dedaunan yang kemerahan. Bagus buat foto-foto haha! Kami masuk toko
souvenir, foto-foto berlatar Seoul N Tower dengan segala macam gaya, hingga
makan udon di salah satu kedainya – tapi kami justru tidak masuk towernya.
>,< Antrian yang panjang membuat kami malas. Selain itu, pagi sedang
berkabut. Pemandangan di bawah hanya akan tertutup kabut.
Kami menuruni jalan untuk kembali ke halte bis. Dari sana,
kami menuju pemberhentian selanjutnya: Dongdaemun.
Dongdaemun
Dongdaemun ini adalah salah satu pusat perbelanjaan di
Seoul. Di area ini, nampak pula Sungai Cheonggyecheon yang biasa
dibanding-bandingkan dengan sungai di Jakarta. Siang itu nampak ada catwalk berwarna merah di tengah-tengah
sungai. Mungkin telah atau akan ada pertunjukan di sana. Teman-teman belanja
beberapa item, kebanyakan sih kaos.
Sementara itu saya sibuk menulis postcard.
Karena tidak suka belanja, tempat ini terasa biasa saja buat saya.
Cheonggyecheon River
Meskipun demikian, Dongdaemun kembali kami kunjungi di hari
berikutnya. Ini adalah satu-satunya tempat yang kami kunjungi hingga dua kali.
Di kesempatan yang kedua, kami sempat berfoto dengan latar The Heungingjimun gate. Selain ke mallnya, kami juga
menikmati Dongdaemun Design Plaza yang futuristik.
Heungingjimun gate
SMTOWN @coexartium
Seperti yang dibilang di awal, saya oke saja dengan semua itinerary yang diusulkan teman, asal
mereka memasukkan SMTOWN @coexartium dalam daftar. SMTOWN punya semacam musem
di situ untuk menampung segala macam pernak-pernik artis di bawah manajemennya,
termasuk Super Junior, SNSD, EXO, f(X), SHINee, Red Velvet, dan lainnya. Saya
pernah hampir menjadi seorang SONE dan suka beberapa lagunya Super Junior dan
Red Velvet, jadi mengunjungi SMTOWN @coexartium jadi semacam keharusan. Tempat
ini sama seperti teater di Akihabara yang wajib dikunjungi wota kalau mereka
pergi ke Tokyo.
Kami ke COEX dari Dongdaemun, naik bis. Perjalanan terasa
sangat panjang, sampai saya dua kali tanya driver – takut kalau salah jalur. Karena hawa di
dalam bis yang dingin dan jarak yang jauh, saya sampai tertidur. Pas sudah
bangun pun ternyata masih belum sampai juga. Rasanya lebih dari satu jam kami
di dalam bis. Saya merasa agak bersalah ke teman-teman karena ternyata COEX
jauh begini.
Kami melewati daerah Gangnam yang katanya populer itu.
Tidak ada yang menarik perhatian. Ketika
akhirnya melihat gedung dengan tulisan COEX, saya lega kami tidak nyasar. Kami
langsung menuju SMTOWN @coexartium yang berada persis di sebelah COEX Mall.
Sebelum ke Seoul, saya membayangkan setiap pojok kotanya
akan dipenuhi dengan poster, baliho, reklame Super Junior atau SNSD;
dimana-mana akan terdengar lagu mereka. Ternyata tidak. Entah kenapa saya punya
pikiran seperti itu haha! Poster SNSD yang saya lihat cuma satu, sebagian besar
mereka endorse produk sendiri-sendiri
seperti Yoona dengan Innisfree-nya. Oleh karena itu, pergi ke SMTOWN
@coexartium jadi menyenangkan karena saya bisa berpuas-puas melihat koleksi
SNSD.
Disambut monster SHINee
Masuk SMTOWN @coexartium tidak dikenai biaya masuk. Di
depan gedung sudah ada karakter imut SHINee dengan tema horror. Ada beberapa
lantai di sana: ada toko souvenir, café dengan nuansa SMTOWN, dan teater
pertunjukan hologram. Banyak sekali spot-spot lucu dengan berbagai poster idol
yang bisa buat latar foto. Di salah satu poster SNSD, ada Jessica bersama delapan
member yang lain. She was still there. Saya langsung
baper.
Poster yang bikin baper
Anyway, pernak-pernik yang dijual
mulai dari photopack, jumper, kaos,
bantal, lighstick, dan lain-lain.
Harganya lebih mahal karena mereka official.
Meski awalnya tak berminat membeli apapun, saya beli kipas Yoona juga hanya
untuk sekedar pengingat. Saya salut dengan industri hiburan di Korea Selatan.
Mereka bisa banget menciptakan tren
dan jago menjual tren itu ke pasar!
Achievement unlocked
Seoul Central Mosque
Sehari sebelum balik ke Jakarta, jalan-jalan kami lebih
santai. Setelah brunch pizza dan ayam
goreng, kami ke Seoul Central Mosque yang merupakan masjid terbesar di Seoul.
Tempatnya tak jauh dari tempat kami menginap, sekitar lima belas menit berjalan
kaki – yang pasti lebih ringan kalau saja jalanannya tak mendaki.
Sepanjang jalan banyak tempat makan yang menjual makanan
halal; toko kosmetik halal pun gampang terlihat. Orang-orang di sekitarnya
didominasi wajah-wajah Timur Tengah, Melayu, dan Afrika.
Masjid ini memang terlihat megah. Sayang tempat wudhunya
jauh di belakang, jadi PR karena tidak praktis. Bagaimanapun, adanya masjid
akbar ini menunjukkan kalau Islam juga ‘ada’ di Seoul. Kami sholat Dhuhur di
sana sebelum melanjutkan jalan-jalan ke tempat berikutnya.
Insadong
Di hari keempat, setelah ke Seoul Central Mosque dan ke
Dongdaemun (lagi), kami pergi ke Insadong.
Ini juga tempat oleh-oleh, tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan. Kami berlima ke Insadong dengan Ellie, teman Mbak Nisa. Dia orang Korea dan tinggal di Seoul. Ellie bilang Insadong lumayan terkenal dengan traditional tea house-nya. Karena ingin mencoba, kami pergi ke salah satu di antaranya.
Tempat belanja di Insadong
Ini juga tempat oleh-oleh, tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan. Kami berlima ke Insadong dengan Ellie, teman Mbak Nisa. Dia orang Korea dan tinggal di Seoul. Ellie bilang Insadong lumayan terkenal dengan traditional tea house-nya. Karena ingin mencoba, kami pergi ke salah satu di antaranya.
Air putih sebelum teh
Foto-foto sebelum teh. Ellie yang paling kanan.
Suasana di dalam
Yang melayani kami adalah ahjumma, membuat suasana tambah selow.
Selain kami, hanya ada dua pengunjung lain. Kami ngobrol dan kadang
cekikikan, yang langsung di-sssttt oleh Ellie karena kami harus menjaga hening.
Saya senang ngobrol-ngobrol dengan besties
di sana, but then I imagined it must be
amazing to spend the time there talking – heart to heart – with that one person
who means the world to us.
Cerita selanjutnya.
No comments:
Post a Comment