Tuesday, 31 May 2011

Kacamata

Tiket nonton Limitless sudah ada di tangan. Jaket sudah saya selipkan di tas. HP sudah saya posisikan silent. Entah kenapa, saya masih merasa ada yang kurang. Begitu masuk ke dalam Studio 1, barulah saya ingat yang terlupakan: kacamata. Untunglah kursi tempat duduk saya tidak begitu jauh dari layar bioskop. Saya masih bisa mengikuti adegan dalam film dengan nyaman. Saya masih bisa membaca subtitle-nya dengan cukup jelas.

Sebelumnya, saya pernah punya masalah karena lupa membawa kacamata. Waktu itu saya sedang rapat di kantor. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing. Kami hanya tinggal menunggu Pimpinan Rapat. Saya baru sadar kalau lupa membawa kacamata setelah rapat dimulai. Saya tidak bisa beranjak.

Saat presentasi dimulai, saya nyaris tidak bisa membaca apa yang terpampang di layar LCD. Padahal saya termasuk orang visual. Saya harus memaksakan mata untuk membaca tulisan yang agak kecil. Saya bahkan melewatkan bagan-bagan. Memang seharusnya saya membawa kacamata kemana-mana.

Tuesday, 24 May 2011

Halo, Kamu

*lebay alert

Iya, kamu. Aku mau cerita. Boleh?

Beberapa minggu kemarin, aku ikut pelatihan. Tempatnya di sebuah hotel di daerah Duren Tiga. Bukan pelatihannya yang ingin aku ceritakan, tapi kejadian setelahnya.

Sore itu langit mendung. Teman-teman satu per satu pulang. Aku sudah keluar dari hotel, mencari ojek. Jalanan di depan hotel sudah penuh dengan kendaraan, dan satu-satunya yang bisa menyelamatkan dari macet panjang adalah ojek.

Sayangnya, tidak ada ojek di sana. Mungkin kombinasi mendung dan macet membuat tukang ojek enggan bepergian. Mungkin mereka lebih suka bergelung sarung sambil merokok atau minum kopi.

Aku pun mulai mencari-cari taksi.

Kamu tahu, bahkan tak ada taksi yang kosong. Kopaja penuh sesak dengan penumpang yang bergelantungan. Bis Transjakarta jauh dari jangkauan. Lagipula, dengan kemacetan seperti tadi, semua kendaraan berjalanan dengan kecepatan orang pacaran. Pelan.

Tuesday, 17 May 2011

Demi Hayley (III)

It’s HAYLEY, you guys!!

Akhirnyaaa... setelah menunggu seabad, Hayley Westenra muncul di panggung. Saya menahan nafas. It’s HAYLEY, you guys!! Saat wajahnya di-close up di dua layar besar di kiri-kanan panggung, saya perhatikan rambut merah-kecoklatannya yang bergelombang. Hayley sama persis seperti yang saya bayangkan selama ini. FYI, Hayley beberapa kali mengganti warna rambutnya. Mulai dari yang gelap sampai terang. Dia bahkan pernah punya rambut yang super lurus. Tapi di A New Journey, Hayley tampil dengan rambut bergelombangnya. Itu adalah model rambut yang paling saya suka dari Hayley.

Hayley Dee Westenra!

Di penampilan pertamanya di konser ini, Hayley menyanyikan Amazing Grace. Saya sudah beberapa kali melihat dan mendengar dia menyanyikan lagu ini. Tapi percayalah, mendengarkannya secara langsung sungguh sangat berbeda. Suara Hayley memenuhi venue. Jernih dan indah!

Di beberapa lirik pertama, Hayley mengangkat tangan kanannya sampai di atas pinggang dengan telapak tangan menghadap atas. Itu adalah gaya dia menyanyikan lagu ini. Sebelum sempat menyadarinya, saya menangis. Tangan saya kembali gemetar. Hayley Westenra menyanyikan lagu secara langsung di hadapan saya! Hayley satu atap dengan saya! Saya ingin mengulur waktu agar Hayley lebih lama berdiri di panggung.

Monday, 16 May 2011

Demi Hayley (II)

The Preparation

Selama ini saya hanya membayangkan apa yang akan saya lakukan kalau benar-benar bertemu dengan idola saya. Sampai saat ini, ada dua yang benar-benar ingin saya temui: The Corrs dan Hayley Westenra. Saya suka Celtic Woman, tapi tanpa Hayley di dalamnya, rasa suka itu berkurang. Hayley mengambil porsi suka yang lebih banyak.

Sudah hampir 12 tahun saya menyukai The Corrs dan belum diberi kesempatan untuk melihat konser mereka secara langsung. The Corrs memang pernah datang ke Indonesia, tapi itu saat saya masih SMP. Saya tidak punya uang dan waktu untuk datang ke Jakarta. Sekarang, belum genap setengah tahun sejak saya menjadi fans Hayley, saya sudah diberi kesempatan untuk melihatnya. Secara langsung!

Jadilah saya mempersiapkan semuanya dengan matang. Saya ingin tampil beda, supaya bisa ‘dilihat’ oleh Hayley.

Yang pertama saya pikirkan adalah baju untuk menonton konser. Sebagus apapun baju yang akan saya pakai, tidak akan bisa mengalahkan baju penonton konser lainnya, terlebih mereka yang mengeluarkan puluhan juta untuk membeli tiket. Saya ingin membuat sesuatu yang khusus untuk konser ini. Jumat malam, saya mulai membuat design kaos. Inilah hasilnya:

Tampak depan


Tampak belakang

Demi Hayley (I)

Serendipity

Kamis sore, 12 Mei 2011. Sama seperti hari-hari yang lalu, pulang dari kantor saya naik 44 sampai depan Ambassador. Sama seperti sore-sore sebelumnya, saya isi waktu dengan membuka facebook untuk mengatasi rasa jenuh karena macet. Saya pikir, Kamis sore akan sama seperti sore lainnya.

Saya salah.

Saat membuka facebook, mata saya langsung terpaku pada status terbaru Hayley Westenra yang dia link dari twitter-nya.

“Can’t wait to join Andrea Bocelli in Jakarta this Sunday 15th May!!
Then in Taipei.... Then Beijing! X”

Tuesday, 3 May 2011

Baby, You're A Firework!

A: “Nanti masukkin Firefox sekalian ke flashdisk ya.”
B: “Huh?”
A: “Itu.. lagunya Katy Perry..”
B: “FireWORK kaliii...”

Percakapan di atas adalah kenyataan. Sayangnya, sayalah yang menjadi si A *blushing*. Ah, anggap saja saya hanya salah sebut ^^’ *langsung kirim ke ngupingjakarta *

Saya sedang demam lagu Firework. Hari ini entah sudah berapa kali saya putar lagu itu. Errr.. mungkin memang agak telat demamnya. Beberapa kali teman saya menyuplik sebagian kata-kata dari lirik lagu Firework untuk status di ym. Tapi saya masih belum ‘ngeh’ kalau lagu itu ternyata begitu bagus karena belum mendengarnya secara utuh.

Sunday, 1 May 2011

Patronus

Dari sekian banyak mantra yang dirapal oleh Harry Potter, ada satu mantra yang paling saya suka. Mantra Patronus. Mantra ini mulai dimunculkan di buku Harry Potter yang ketiga: Harry Potter and The Prisoner of Azkaban. Mantra Patronus berfungsi untuk melawan Dementor, sejenis makhluk berjubah tanpa wajah yang ‘melahap’ semua kebahagiaan dalam diri manusia. Begitu menyengsarakannya ‘kecupan’ Dementor, hingga kematian bahkan terlihat lebih baik. Jika berhasil, mantra ini akan menghasilkan Patronus; sebagai pelindung yang bertindak sebagai tameng yang membentengi diri atas Dementor. Dikatakan oleh Profesor Lupin, guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam di Hogwarts, Patronus adalah sejenis kekuatan positif. Ia adalah proyeksi dari harapan, kebahagiaan, dan keinginan bertahan hidup.

Yang paling saya suka dari Mantra Patronus adalah bagaimana cara memunculkannya. Penyihir hanya perlu mengingat satu saja kejadian yang sangat menyenangkan sembari mengucap ‘Expecto Patronum!’. Berkali-kali Harry mengalami kesulitan untuk memunculkan Patronus. Bisa dimengerti, karena sedari kecil Harry hanya memiliki sedikit pengalaman yang menyenangkan. Orang tuanya meninggal ketika dia masih bayi, dan hidup bersama Keluarga Dursley yang membencinya bukanlah kenangan yang membahagiakan. Sampai ketika Harry bisa merapal mantra sepenuh hatinya, Patronus-nya muncul dalam bentuk Rusa Jantan dengan warna keperakan yang indah. Harry bisa menghasilkan Patronus karena dia berfokus pada hal-hal yang menyenangkan dirinya.

Saya banyak belajar dari Mantra Patronus ini. Dementor saya analogikan sebagai hal-hal buruk yang membuat hari saya muram, sementara Patronus adalah semua yang bisa melibas warna muram itu dengan warna-warni cerah. Sejak saat itu, saya punya mekanisme pertahanan sendiri untuk mengubah mood jelek menjadi baik. Sebelumnya mungkin saya sudah punya, hanya tidak menyadarinya. Kini, saya menciptakan Patronus sendiri yang saya tahu cukup tangguh untuk melawan ‘dementor-dementor’ dalam kehidupan saya.

Untunglah Patronus saya tidak hanya ada satu.