Monday, 16 May 2011

Demi Hayley (II)

The Preparation

Selama ini saya hanya membayangkan apa yang akan saya lakukan kalau benar-benar bertemu dengan idola saya. Sampai saat ini, ada dua yang benar-benar ingin saya temui: The Corrs dan Hayley Westenra. Saya suka Celtic Woman, tapi tanpa Hayley di dalamnya, rasa suka itu berkurang. Hayley mengambil porsi suka yang lebih banyak.

Sudah hampir 12 tahun saya menyukai The Corrs dan belum diberi kesempatan untuk melihat konser mereka secara langsung. The Corrs memang pernah datang ke Indonesia, tapi itu saat saya masih SMP. Saya tidak punya uang dan waktu untuk datang ke Jakarta. Sekarang, belum genap setengah tahun sejak saya menjadi fans Hayley, saya sudah diberi kesempatan untuk melihatnya. Secara langsung!

Jadilah saya mempersiapkan semuanya dengan matang. Saya ingin tampil beda, supaya bisa ‘dilihat’ oleh Hayley.

Yang pertama saya pikirkan adalah baju untuk menonton konser. Sebagus apapun baju yang akan saya pakai, tidak akan bisa mengalahkan baju penonton konser lainnya, terlebih mereka yang mengeluarkan puluhan juta untuk membeli tiket. Saya ingin membuat sesuatu yang khusus untuk konser ini. Jumat malam, saya mulai membuat design kaos. Inilah hasilnya:

Tampak depan


Tampak belakang


Saya buat sederhana seperti itu, sesuai dengan tujuan saya. Saya berharap orang yang melihat saya memakai kaos ini tahu kalau saya benar-benar ingin bertemu dengan Hayley. Saya bahkan dalam hati berharap kalau Hayley sendiri yang akan melihatnya.

Sabtu pagi, saya jaga pameran Indo Power 2011 di Jakarta International Expo. Jadi, baru sorenya saya bisa mencetak kaos dengan design yang sudah saya buat. Satu jam sudah bisa jadi. Hasil akhirnya seperti ini:

Warnanya beda dengan warna di design awal saya :(


Saya langsung coba memakainya sebelum dicuci buat besok :)

Sekitar jam empat sore, Hayley update twitter-nya.

‘Hello Jakarta. Nice to meet you’

Hayley sudah di Jakarta! Kata ‘gembira’saja tidak bisa mewakili perasaan saya. Saya terkena sindrom euphoria! Terlebih, tak lama Hayley kembali update twitter.

‘Thanks for the welcome guys! Hoping to meet you all at some point!
Maybe after the show? Fingers crossed! X’

Pernah dengar tentang kekuatan kata-kata? Tweet Hayley di atas melecutkan semangat saya bahwa bertemu dengan Hayley Westenra adalah sebuah kemungkinan.

Saya begitu senang hingga saya takut kalau kenyataan besok tidak sesuai dengan harapan. Bagaimana kalau saya tidak bisa bertemu Hayley? Bagaimana kalau ternyata Hayley tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan? Bagaimana kalau konser tiba-tiba dibatalkan? Banyak ‘bagaimana kalau’ yang membuat tidur saya tak nyenyak. Saya gelisah.

Paginya, Minggu tanggal 15 Mei, saya bangun dengan perasaan mengambang. Saya jadi takut untuk terlalu senang. Untunglah perasaan itu tidak bertahan lama. Saya kembali bersemangat untuk membelikan Hayley kado. Iya, kado. Saya bahkan merencanakan untuk menulis surat untuknya.

Setelah mencari di Ambassador dan Pasar Festival, pilihan saya jatuh pada wayang Rama dan Sinta. Selain Indonesia banget, saya juga tahu kisahnya. Saya berniat menceritakannya pada Hayley.


Rama dan Sinta

Surat untuk Hayley

Sweet!

Saat mencari kado, saya seperti mencari kado untuk sahabat saya. Saya seperti mencari kado untuk teman dekat yang selama ini hanya saya kenal dari lagu-lagu yang dia nyanyikan. Hayley tentu tidak mengenal saya. Tapi saya tahu banyak hal-hal tentang dia yang kasat mata. Buka saja wikipedia, semua ada di situ.

Minggu sore, saya sudah menyiapkan semua yang saya perlukan. Saya membawa DVD Celtic Woman: A New Journey, DVD pertama yang mengenalkan saya pada Hayley. Saya bawa spidol untuk tanda-tangan. Saya juga bawa kacamata. Akhir-akhir ini saya lebih sering memakai kacamata, hanya kadang lupa membawanya. Tak lupa, saya juga bawa kamera. Baterainya bahkan sudah saya isi ulang dari malam sebelumnya. Semua sudah lengkap. Saya siap!


The Venue

Saya diuntungkan dengan cuti bersama besok Senin. Pengumuman dari pemerintah yang mendadak itu membuat saya punya waktu istirahat yang cukup, kalau-kalau Minggu malam saya terlalu lelah selepas menonton konser. Selain itu, jalanan Jakarta juga lengang. Saya naik taksi ke The Ritz Carlton Pacific Place. Sudah dua tahun saya di Jakarta, belum pernah saya ke Pacific Place. Tempat-tempat sejenis Pacific Place dan Grand Indonesia tidak akan cocok untuk saya.

Semakin dekat ke Pacific Place, jalanan semakin padat. Jantung saya berdetak makin kencang. Mobil-mobil berhimpitan masuk. Semua ingin menonton Andrea Bocelli, kecuali saya! Tujuan saya adalah Hayley. Saya agak gemetar keluar dari taksi. Orang-orang berlalu lalang di kiri-kanan saya. Semua memakai baju rapi, terlebih para wanita. Sepertinya hanya saya yang memakai kaos putih biasa. Saya mulai mengerut sebelum memasuki venue.

Saya paksakan terus berjalan dan mengingatkan diri sendiri alasan saya memakai kaos itu. Kata-kata di belakang kaos saya menguatkan tujuan awal saya. Sampai di Grand Ballroom, orang sudah ramai menunggu. Tidak ada orang yang saya kenal secara pribadi. Jadilah saya berkeliling, berputar, berjalan tak tentu arah. Saya berharap manajer Hayley melihatnya dan mempertemukan saya dengan Hayley. Okay, berlebihan. Tapi sungguh itu yang sempat saya bayangkan.

Semua orang sepertinya mempunyai teman. Hanya saya yang sendiri. Jika saya tiba-tiba hilang, tidak akan ada yang tahu. Beberapa orang berfoto di depan poster besar Andrea Bocelli, saya tetap berjalan-jalan dari ujung ke ujung. Saya ingin orang tahu kalau saya datang untuk Hayley Westenra.


The Performance

Jam 20.15, penonton mulai dipersilahkan memasuki tempat pertunjukan. Panggung yang megah ada di depan saya. Di kursi Diamond, saya lihat ada Megawati, Taufik Kiemas dan Vina Panduwinata. Saya juga melihat beberapa public figure lainnya seperti Tantowi Yahya dan Ferdi Hasan. 

Suasana panggung


Ketika saya buka booklet berisi jadwal acara yang dibagikan di pintu masuk, jari telunjuk saya langsung mencari kapan giliran Hayley tampil. Secara keseluruhan, acara terbagi menjadi dua program. Hayley akan menyanyikan dua lagu di program kedua. Satu Amazing Grace dan satunya lagi duet dengan Andrea Bocelli pada lagu Canto Della Terra.

Saat intro berjudul Va Pensiero dimainkan oleh Magenta Orchestra, saya tidak merasakan apapun. Begitu pula saat Andrea Bocelli tampil. Sama juga ketika Elena Rossi muncul. Tidak ada satu lagu pun yang saya tahu. Musiknya sangat opera. Saya bahkan tak tahu apa istilahnya. Bukan tipe lagu yang enak didengar berulang-ulang untuk telinga saya yang lebih pop.

Tapi saya akui, suara Andrea Bocelli luar biasa bagus! Elena Rossi juga. Di beberapa notasi, saya sampai merinding. Tapi sudah, hanya sebatas itu. Saat lagu Viena la sera yang sangaaat panjang dinyanyikan Andrea duet dengan Elena, saya bahkan mengantuk. Saya tak sabar menunggu Hayley.



Andrea Bocelli dan Elena Rossi


Setelah program pertama selesai, ada jeda waktu dua puluh menit untuk istirahat. Saya manfaatkan waktu yang ada untuk ke toilet. Antrian sudah sangat panjang hingga berkelak-kelok keluar dari toilet wanita. Untunglah saya bisa kembali tempat waktu.

Saat program kedua dimulai, saya semakin tak sabar menunggu giliran Hayley tiba. Saya hitung lagu-lagu yang sudah dimainkan. Hayley ada di urutan ke delapan. Akhirnya, Andrea Bocelli menyelesaikan lagu Marechiare. Tepuk tangan saya paling meriah, karena saya tahu, setelah ini saya akan menyaksikan Hayley Westenra!


(To be continued)

No comments:

Post a Comment