Monday 16 May 2011

Demi Hayley (I)

Serendipity

Kamis sore, 12 Mei 2011. Sama seperti hari-hari yang lalu, pulang dari kantor saya naik 44 sampai depan Ambassador. Sama seperti sore-sore sebelumnya, saya isi waktu dengan membuka facebook untuk mengatasi rasa jenuh karena macet. Saya pikir, Kamis sore akan sama seperti sore lainnya.

Saya salah.

Saat membuka facebook, mata saya langsung terpaku pada status terbaru Hayley Westenra yang dia link dari twitter-nya.

“Can’t wait to join Andrea Bocelli in Jakarta this Sunday 15th May!!
Then in Taipei.... Then Beijing! X”

Saya butuh beberapa detik untuk mencerna informasi barusan. Hayley Westenra ke Jakarta?! HAYLEY?! Duh! Tangan saya langsung gemetaran. Saya tahan keinginan untuk menjerit.. atau memekik.. atau.. apapun itu. Tapi saya sungguh butuh orang untuk berbagi kabar gembira ini.

Sebelum turun dari 44, saya telpon salah satu teman baik saya. Dia tahu saya adalah fans berat Hayley. Suara saya parau saat saya katakan padanya kalau Hayley akan datang ke Indonesia. Saya setengah ingin menangis, setengah ingin tertawa. Perasaan saya campur aduk.

Saya termasuk rajin membuka website Hayley, dan saya tahu Hayley akan menggelar konser di Taiwan dan China bersama Andrea Bocelli. Tidak ada Indonesia dalam jadwalnya. Jadi ketika Hayley mengabarkan akan datang ke Jakarta hari Minggu nanti, saya menjadi sangat antusias. Atau mungkin, terlalu antusias.

Sampai di Ambassador, saya tenangkan hati saya dulu. Saya buka website hayleywestenra.com. Saya pastikan kedatangan Hayley ke Jakarta. Di situ tertulis lengkap jadwal tour Hayley. Saya kembali tak menemukan jadwal ke Indonesia di situs itu. Perasaan saya mulai diliputi ragu.

Saya kembali menelepon teman saya. Kali ini dengan suara lemah. Saya katakan padanya, tidak ada Jakarta dalam jadwal Hayley. Mungkin Hayley keliru. Teman saya sungguh baik! Dia mencarikan nomor telepon penyelenggara konser Andrea Bocelli agar bisa saya hubungi. Dalam hitungan menit, beberapa nomor telepon sudah saya dapatkan.

Bayangan Hayley benar akan tampil di Jakarta semakin pupus setelah saya menelepon ke nomor-nomor tadi. Dikatakan, Andrea hanya akan tampil dengan Elena Rossi. Nama Hayley Westenra tidak ada. Tak putus asa, saya telpon nomor lain hingga saya akhirnya terhubung ke Estubizi. Orang yang saya hubungi bernama Bina. Saat saya konfirmasi tentang kedatangan Hayley, dia pun mengatakan tak ada Hayley dalam jadwal. Saya terangkan padanya kalau saya tahu dari twitter Hayley, barulah dia mengatakan akan menghubungi promotor konser Andrea Bocelli untuk menanyakan hal tersebut.

Saat tengah berjalan dari Ambassador ke kos, HP saya berbunyi. Dari Bina. Hati saya berdebar-debar. Saat dia akhirnya memastikan Hayley akan datang ke Jakarta, saya terisak. Ini seperti mimpi buat saya. Saya tanyakan tiket yang masih tersedia. Hati saya yang tadinya berdebar-debar jadi melemah mengetahui tiket yang paling murah sudah habis terjual. Masih ada kursi untuk tiket di atasnya, namun harganya bahkan melebihi dua bulan gaji saya. Saya minta waktu untuk berpikir.

Setelah menimbang dan melihat dari berbagai segi, terutama dari sisi tabungan, akhirnya saya putuskan untuk membeli tiket itu. Saya ingat keinginan saya dulu untuk pergi ke Taiwan atau China hanya untuk menonton konser Hayley. Sekarang, Hayley sendiri yang datang ke Jakarta. Saya akan sangat menyesal kalau melewatkan kesempatan ini.

Serendipity adalah kebetulan yang menyenangkan. Setidaknya ada tiga kebetulan yang menyenangkan saat itu. Pertama, saya membuka facebook di saat yang tepat. Hayley pun update twitter di saat yang tepat untuk saya. Saya jadi tahu kalau dia akan datang ke Jakarta. Kedua, Estubizi ternyata ada di Setiabudi 2. Itu sangat dekat dengan kos saya. Hari Kamis adalah hari terakhir penjualan tiket. Telat sehari akan membuat saya menyesal selamanya. Ketiga, saya masih punya tabungan. Percaya atau tidak, jumlah total tabungan+uang cash saya sama dengan harga tiketnya.


Fight for Hayley

Saya tahu, saya seolah kehilangan pikiran dengan menghabiskan semua – maksud saya, semua – tabungan saya. Tapi saya tidak sepenuhnya gila. Syukurlah. Saya tahu dalam beberapa hari, tunjangan akan keluar. Saya tahu, dalam setahun ini, berapa yang harus saya tabung. Uang yang saya keluarkan untuk menonton konser Hayley (saya lebih suka menyebutnya demikian, dibanding menyebutnya konser Andrea Bocelli), tak akan sebanding dengan pengalaman melihat Hayley secara langsung. LIVE!

Masalahnya adalah, seperti yang saya bilang, tabungan+uang cash saya jumlahnya sama dengan harga tiket Hayley. Saya tidak akan bisa mengambil semua uang dalam tabungan, karena harus ada yang disisakan untuk administrasi bank. Artinya, uang yang saya bayarkan pasti akan kurang. Nekat, saya tetap datangi Estubizi.

Bina sudah menunggu saya di Estubizi. Saya ceritakan tentang tabungan saya. Saya katakan padanya, besok atau lusa, saya pasti akan melunasi tiketnya. Saya tidak sempat meminta tolong pada teman untuk transfer sejumlah uang pada saya pada saat itu juga. Selain merepotkan, mungkin juga butuh waktu. Padahal mestinya, jam 6 sore Estubizi sudah tutup. Bina tetap di kantornya hanya untuk menunggui saya.

Setelah dihitung-hitung, tetap akan kurang lima puluh ribu untuk membayar tiket. Saya katakan pada Bina untuk percaya pada saya. Untuk percaya bahwa saya akan melunasi yang lima puluh ribu. Saya bahkan berniat untuk meninggalkan KTP saya atau jam tangan saya sebagai jaminan, jika perlu. Pastilah saya terlihat menyedihkan di mata Bina. Dia memperbolehkan saya untuk melunasi kekurangannya besok.

Mendapat kemudahan dari Bina, saya langsung transfer tabungan ke nomor rekening Estubizi. Sayangnya, tidak ada ATM BRI di Setiabudi 2. Kartu ATM saya BRI, sementara Estubizi memakai BCA. Saya enggan memakai ATM bank lain, takut bermasalah.

ATM BRI terdekat yang saya tahu ada di Pasar Festival. Dengan uang receh yang semakin sedikit, saya naik kopaja ke Pasfes. Saya transfer semua uang di tabungan dan sisakan sedikit. Dari Pasar Festival, saya berjalan kaki ke Setiabudi. Uang receh saya persis tinggal dua ribu, hanya cukup untuk naik kopaja sekali lagi. Rencananya, itu akan saya pakai dari Setiabudi 2 ke Pasar Festival, dekat dengan kos saya.

Badan saya agak demam dari kemarin. Berjalan dari Pasar Festival ke Setiabudi 2 menguras tenaga saya. Badan saya basah dengan keringat. Setiap langkah terasa semakin berat sementara Setiabudi 2 terlihat tak mendekat. Ah, seandainya tunjangan sudah turun, tentu saya tinggal naik ojek kemana-mana, seperti biasanya.

Sampai di Estubizi, saya atur napas sebelum menemui Bina. Saya pastilah tampak kacau. Setelah menyerahkan bukti transfer, Bina mulai menge-print tiketnya. Beruntung, masih ada satu tempat yang agak depan. Tiket saya bernomor 17 CC. Bina sungguh baik untuk membiarkan saya berhutang untuk menonton konser ini!

Saya terima tiket dari Bina dengan takzim. Saya berbinar-binar meskipun dalam tiket, Andrea Bocelli – bukan Hayley Westenra – lah yang terpampang. Saya menjadi lebih bersemangat. Pulang dari Setiabudi 2, saya bahkan memutuskan untuk berjalan kaki. Saya bawa tiket itu dengan hati-hati, dan saya memperlakukannya dengan lembut seolah tiket itu rapuh. Tiket itu memang tiket konser untuk menonton Andrea Bocelli. Tapi bagi saya, tiket itu adalah harapan saya untuk bertemu Hayley Westenra. Memegang tiket itu sama seperti memegang harapan yang akan berbuah nyata dalam hitungan hari.

 Tiket menuju Hayley Westera

Badan saya masih agak demam, tapi saya tidur nyenyak dengan hati puas. Malam itu, saya mimpi bertemu Hayley. Saya tahu, tiga hari lagi, mimpi itu akan jadi nyata.


Who is Hayley Westenra?

Segera setelah mendapat tiket konser, saya langsung update status di facebook.

‘I’M GONNA MEET HAYLEY WESTENRA THIS SUNDAY! YAY!’

Saya hanya menggunakan capslock untuk menekankan kata-kata. Tapi status saya di atas semuanya memakai huruf besar. Saya begitu senang hingga ingin berteriak! Hanya dua orang yang mengomentari status itu. Reaksi mereka biasa saja. Salah satunya bahkan bertanya, ‘Who is Hayley?’ Kegembiraan saya dianggap biasa karena mereka belum tahu betapa mengesankan-nya Hayley.

Bandingkan dengan reaksi teman facebook saya dari Brazil yang sama-sama menyukai Celtic Woman, saat saya beritahu kalau saya akan menonton Hayley secara langsung:

“OMG!!!!!!!!!!!! REALLY? THAT’S AWESOME!!!!!!!! You’re so lucky!! And I’m so happy for you!!!!!! Have a lot of fun and please try to take a lot of pics hahahaha’

Saya menjadi lebih bersemangat! Setidaknya, saya tahu kalau kegembiraan saya tidaklah berlebihan.

Hayley Dee Westenra adalah penyanyi soprano, penulis lagu dari New Zaeland, namun dia punya darah Irlandia. Hayley juga Duta UNICEF termuda kedua setelah Selena Gomez. Pure, album Internasional-nya yang pertama, adalah debut album klasik dengan penjualan tercepat sepanjang sejarah.

Saya pertama kali mengenal Hayley dari DVD Celtic Woman: A New Journey. DVD itu sendiri sebenarnya sudah rilis dari tahun 2006. Saya menemukan Celtic Woman di sekitar Oktober 2010 dan langsung suka pada nuansa Irlandia yang mereka tawarkan. DVD A New Journey baru saya dapatkan pada Desember 2010.

Di antara DVD Celtic Woman yang lain, A New Journey adalah yang paling saya suka. Mungkin karena faktor lagu-lagunya yang lebih Irish dibanding DVD mereka yang lain, atau mungkin... karena faktor Hayley.

Hayley mencuri perhatian saya dimulai dari lagu pertama berjudul ‘The Sky and The Dawn and The Sun’. Dia adalah anggota terbaru Celtic Woman saat itu (Hayley keluar dari Celtic Woman setahun setelahnya). Saya suka saat dia membawakan ‘Scarborough Fair’ yang terdengar mistis di telinga saya, dan saya tergila-gila dengan ‘Mo Ghille Mear’. Lagu yang terakhir saya sebut itu adalah lagu yang dinyanyikan oleh semua anggota Celtic Woman. Liriknya bagus. Namun ada satu lirik yang paling saya suka:

‘...know that love will shine through darkness/one bright star to light the wave..’

Benar, lirik itu adalah bagian yang Hayley nyanyikan :)

Hanya dalam sebulan, saya sudah resmi menjadi fans Hayley Westenra. Saya cari album dia (yang sayangnya, sudah tidak ada di Indonesia). Saya cari pertunjukan dia dan video-videonya lewat youtube. Saya masuki berbagai forum tentang dia. Saya bahkan menitip teman saya yang ke Jepang untuk membelikan saya CD Hayley Sings Japanese Songs, yang sayangnya juga tidak ditemukan.

Salah satu lagu Hayley yang paling saya suka adalah ‘Wuthering Heights’. Dalam keadaan biasa, saya tidak akan suka lagu itu. Saya bahkan tidak suka versi originalnya. Entah, Hayley bisa membuat lagu yang terdengar ‘berat’, penuh dengan nada-nada melengking tinggi menjadi ringan dan hangat di telinga saya.

Saya mulai mengikuti info dalam websitenya. Saya berkata pada diri saya sendiri, akan membeli tiket untuk menonton Hayley meskipun itu di luar negeri. Saya bahkan membuat akun twitter hanya untuk follow Hayley!

Begitulah. Sampai Mei 2011 ini, belum ada setengah tahun saya menjadi fans Hayley. Tapi Tuhan sungguh baik. Ia memberikan kesempatan pada saya untuk menonton konser Hayley secara langsung. Saya pun mulai menyusun rencana dan memastikan saya menyiapkan semuanya untuk menyambut kedatangan Hayley Westenra ke Indonesia.


(to be continued)

No comments:

Post a Comment