Ah, sudah lama tak menulis di blog ini. Setelah di bulan sebelumnya saya menulis sampai delapan postingan, hingga minggu keempat bulan Desember ini belum satu pun tulisan yang saya buat. Saya punya banyak bahan untuk dijadikan tulisan. Sungguh. Tapi saya sedang suntuk mengolah kata. Gejala awalnya adalah kesulitan menemukan kalimat pembuka.
Ketika membuka-buka folder laptop, saya melihat ada tulisan yang setengah jadi. Tiga bulan tertunda. Ini tentang pengalaman saya dihipnotis, kalau boleh dibilang begitu. Sudah ada lima paragraf; sayang kalau tak ditamatkan. Biarlah saya selesaikan dulu satu yang ini.
Awal Oktober kemarin saya mengikuti pelatihan di Bandung selama tiga hari. Bukan pelatihannya yang hendak saya bahas, tapi sesi terakhir di hari terakhir yang ingin saya ceritakan. Sesi berjudul EQ dan Kekuatan Pikiran ini dilakukan menjelang kegiatan usai.
Ada sekitar 15 peserta pelatihan dalam ruangan. Kami duduk di kursi yang sudah diatur membentuk Letter U. Instruktur meminta kami memejamkan mata, dengan masing-masing ujung jari tangan kiri dan kanan bertautan. Masih dengan mata terpejam, arah pandangan kami lurus ke depan.
Tak berapa lama, lampu dimatikan. Lagu instrumental mulai disetel. Instruktur memberikan aba-aba. Ia menyuruh kami membayangkan turun melalui lift dari gedung sepuluh lantai.
“Semakin menuju lantai bawah, Anda akan semakin rileks”, ujarnya. Ini mengingatkan saya pada gaya hipnotis yang biasa saya lihat di televisi. Otak saya berputar, menyadari kemungkinan ini adalah bagian dari teknik hipnotis yang akan dilakukan instruktur. Terlebih, di awal pertemuan saat ia memperkenalkan diri melalui CV super panjangnya, saya sempat melihat Hypnotherapy masuk menjadi salah satu yang digelutinya.
Tiba-tiba saya diserang rasa ngantuk. Semakin kecil angka yang disebutkan instruktur, semakin saya tak bisa mempertahankan kepala supaya tetap menghadap lurus ke depan. Di tengah-tengah penghitungan angka, kepala saya miring ke bahu sebelah kanan. Saya tidak bisa mengendalikannya. Seperti ada kekuatan lebih besar yang mengarahkan. Ketika instruktur menyebut angka satu, kepala saya sudah sepenuhnya menunduk. Dagu saya menyentuh dada.