Keesokan
harinya, 9 September 2016, saya bangun lebih siang dari yang direncanakan.
Kalau tidak ingat itinerary, mungkin
saya memilih tiduran di kamar lebih lama lagi. Anyway, setelah sarapan roti, saya ke Stasiun Minami-senju. Tujuan
pertama hari itu adalah Ueno karena masih penasaran dengan Chicken Man yang katanya enak.
Sama seperti hari sebelumnya, saya belum juga bisa menemukan tempat dimaksud.
Akhirnya saya malah makan kebab. Kebab di Jepang beda dengan yang ada di Belanda
atau Jerman. Isi sayurannya kurang variatif; kebanyakan kubis. Well, mungkin saya pas dapat yang
begitu. ^^’
Malah nemu jaketnya Four Heavenly Queens-nya Majisuka
Makan kebab
Saat
menuju kembali ke stasiun, saya melihat Tsutaya di seberang jalan. Seorang
teman pernah bilang kalau itu adalah toko CD musik yang lumayan komplit
koleksinya. Jepang memang keren. Industri musik mereka sangat hidup. Toko CD
masih banyak di sana, bandingkan dengan di Indonesia yang sulit untuk mencari
toko CD fisik original. Lantai pertama Tsutaya digunakan sebagai toko buku.
Lagi-lagi banyak wajah familiar member 48Group dan 46Group yang saya kenali di sampul buku atau majalah.
Tsutaya
Oya, orang Jepang memang cinta banget dengan kucing rupanya. Ada satu rak khusus untuk photobook hewan peliharaan dan yang paling banyak adalah kucing. Saya sempat melihat satu dan senyum-senyum melihat pose kucingnya yang lucu-lucu >,<
Naik
ke lantai 2 – tempat CD – saya langsung disambung poster single terbaru HKT48. Ada pula Love
Trip dari AKB48 dan Kin no Ai, Gin no Ai dari SKE48 yang
juga ditaruh di display. Sementara
itu, CD dari Nogizaka46 dan Keyakizaka46 juga banyak tersedia. Saya ingin beli
CD terbaru SKE48 tapi tidak ada yang cover-nya
Jurina. Memang aneh sih, di Akihabara pun dari sekian banyak toko CD, tidak ada
yang menjual CD dengan cover Jurina
padahal mestinya ada.
Dari
Tsutaya, saya langsung ke Harajuku. Kalau dulu saya sempat ke Harajuku di malam
hari, sekarang saya ke sana di siang hari. Tidak ada perbedaan yang terlalu
mencolok seingat saya. Saya ke Takeshita Street yang ramai oleh pengunjung. Saya
beli kaos di situ dan sempat ingin membeli sweater
yang lucu tapi saya urungkan. Saya tidak ingin menambah berat ransel untuk
pulang nanti.
Takeshita Street di Harajuku
Dari
Harajuku, saya berjalan kaki ke Meiji Shrine. Saya cerita kan kalau saya sedang
tidak dalam kondisi paling sehat saat jalan-jalan ke Jepang? Meski sudah minum suplemen
penambah darah, kadang saya masih suka agak limbung. And it was scary karena saya jalan-jalan sendirian. Ini agak aneh
sih, karena saya jarang sekali merasakan ini sebelumnya. Untuk menyiasatinya,
saya jalan pelan-pelan dan beberapa kali berhenti. Saya juga selalu menyediakan
minuman ion macam Pocari Sweat yang sangat membantu menjaga tetap segar.
Meiji
Shrine itu dekat dengan Harajuku, tapi masuk ke dalamnya butuh waktu juga. Sama
seperti di Toshogi Shrine, suara tonggeret juga tak putus-putus di Meiji Shrine. Bedanya, Meiji
Shrine lebih hijau dan rimbun. Saya terus berjalan dan setiap ada spot yang oke, saya foto selfie
sendirian.
Foto di depan gerbang masuk
Jalan masuk ke shrine
Cuci tangan dulu sebelum masuk
Mendekati
shrine, ada kios-kios yang menjual pernak-pernik souvenir. Yang menarik,
pengunjung bisa menguji peruntungan dengan omikuji
(puisi ramalan). Kita hanya perlu membayar 100 yen untuk satu ramalan. Ada
dua versi bahasa: Inggris dan Jepang; saya pilih Inggris.
Jualan pernak-pernik di sekitaran shrine
Jadi
ada kotak berisi lidi-lidi dengan nomor tertentu. Kita harus mengocoknya,
kemudian mengeluarkan salah satu lidi tersebut. Semisal kita mendapat nomor 14,
maka kita memberi tahu penjaganya untuk membawakan kita puisi dengan nomor 14.
Mencoba omikuji
Puisi
ini yang saya dapatkan:
“Left neglected and unpolished
Even a bright gem
Will forever be as dull
As an earthen tile”
-
Empress Shoken
Ada
keterangan maksudnya juga di bawah puisi tadi.
Jadi,
puisi pendek tradisional Jepang yang menjadi puisi ramalan di Meiji Shrine itu
ditulis oleh Kaisar Meiji atau Permaisuri Shoken. Dipercaya kalau puisi yang
kita dapatkan menggambarkan arti atau saran dalam hidup kita. Kaisar Meiji atau
Permaisuri Shoken terkenal dengan puisi-puisi pendek ciptaan mereka. Sepanjang
hidupnya, Kaisar Meiji menulis 100.000 puisi dan permaisuri 30.000 puisi. Hebat
yah!
Di
Meiji Shrine juga ada kumpulan ema (papan
kayu) yang ditulisi harapan dan doa-doa. Karena sedang selow, saya membaca nyaris semua ema berbahasa Inggris yang tergantung di
sana. Doa untuk kebahagiaan, kesehatan, dan kesuksesan menjadi harapan
universal yang lintas negara maupun agama. Setidaknya ada delapan bahasa yang
saya kenal: Jepang, Inggris, Belanda, Indonesia, Malaysia, Prancis, Spanyol,
dan Korea. Mungkin ada juga bahasa lainnya yang terlewatkan. Saya ingin membeli
ema juga tapi bingung dengan apa yang
mau ditulis. Akhirnya saya malah tidak beli satu pun. Dari Meiji Shrine, saya
mampir ke Tokyo Tower. Cuma lewat di depannya saja sih, tidak sampai masuk ke
dalam.
Papan berisi harapan
Pohon rimbun di Meiji Shrine
Pulangnya mampir ke Tokyo Tower
Pulang
ke hotel – seperti sebelumnya, saya beli jajan dulu di kios dekat Juyoh. Untuk
makan malam, saya juga beli beef curry di
Yoshinoya untuk dibawa pulang. Guess
what, di Yoshinoya saya juga menemukan poster AKB48 ditempel di dinding. They’re literally everywhere!
Sambil
makan, saya nonton TV dan muncul HKT48 yang tampil live dengan single terbaru
mereka. Entah ya, rasanya beda nonton mereka di YouTube dengan yang live begini hehe..
Tiba-tiba
saya merasakan ruangan bergoyang. Awalnya saya pikir saya berhalusinasi, tapi
setelah melihat baju di gantungan bergerak ke kiri dan ke kanan, itu artinya
satu hal: gempa. Dari Twitter, saya tahu kalau Tokyo mengalami gempa 5,2 skala
Richter dengan kedalaman 50 km. Tidak ada ancaman tsunami. Saya tahu Jepang
adalah negara yang rawan gempa, tapi mengalaminya secara langsung tetap saya
membuat khawatir. Saya tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Saat itu saya sudah
memakai yukata dan siap-siap untuk
tidur. Saya memikirkan opsi turun ke lantai paling bawah, tapi tidak ada warning apapun dari hotel. Ketika saya
buka jendela, saya lihat orang di bawah sana jalan dengan santai seperti tidak
terjadi apapun.
Alhamdulillah
tidak ada gempa susulan. Karena capek jalan seharian, malam itu saya tidur
pulas dan tidak mengkhawatirkan gempa yang baru saja terjadi.
No comments:
Post a Comment