Sabtu,
10 September 2016, pagi-pagi saya sudah mencuci baju di coin laundry yang tersedia di hotel. Well, karena niat untuk light
traveling, saya memang tidak membawa banyak pakaian. Coin laundry di Tokyo sangat efisien dan praktis. Butuh total waktu
satu jam untuk mencuci dan mengeringkan pakaian. Jeans saya yang lembab karena
hujan-hujanan di Akihabara langsung jadi wangi dan kering maksimal.
Hari
itu saya ke Shibuya untuk melihat Hachiko. Mungkin karena Sabtu, saya lihat
banyak anak kecil di kereta. Kereta juga lebih penuh dari hari biasa di luar peak hours. Sampai di Stasiun Shibuya,
saya mencari Hachiko Exit tapi tidak juga menemukannya. Akhirnya saya tanya seseorang,
dan dia mengantarkan saya langsung sampai keluar stasiun. Saya sudah sering
dengar orang Jepang dikenal paling juara kalau kita menanyakan alamat – mereka
akan sebisa mungkin membantu kita – tapi tetap saja saya amazed.
Shibuya yang ramai
Di
luar stasiun, orang-orang ramai menonton live
performance. Sementara di pojokan orang berkerumun di depan patung Hachiko,
anjing yang dikenal karena kesetiannya. Patungnya kecil, tidak mencolok, dan
orang-orang justru tertarik dengan kucing yang disengaja ditaruh di bawah
patung.
Wait.
Yes, you read it right. Ada bapak-bapak
yang sengaja menaruh kucing di sana. Awalnya satu, kemudian lama-lama tiga anak
kucing sekaligus yang super imut. Orang-orang justru fokusnya ke kucing-kucing
tadi, bukan patung Hachiko. XD
Hachiko vs kucing
Selain Hachiko, Shibuya juga terkenal dengan perempatannya yang selalu ramai oleh penyeberang jalan. Supaya sah, saya ikutan menyeberang juga hehe.. Seperti lazimnya tempat-tempat ramai di Jepang, Shibuya juga penuh dengan berbagai jenis poster di gedung-gedungnya. Poster HKT48 tersempil di antaranya, dan..as expected ada foto Miyawaki Sakura. Seriusan deh, member yang paling sering saya lihat di Tokyo itu justru Sakura, bukannya Mayu. Is this the sign?!
Before vs after
Shibuya dilihat dari atas
Untuk
makan siang, saya ingin makan ramen. Tapi sayangnya semuanya pork, tidak ada yang beef. Sampai tiga kedai ramen saya
datangi, tidak ada yang saya inginkan. Yasudah, akhirnya saya makan soba dengan
ebi.
Dari
Shibuya, saya ke Akihabara. Iya, saya memang niat ke Akihabara dua kali. Sehari
ke sana rasanya belum cukup. Seorang teman yang minta dicarikan foto Matsui
Jurina bilang kalau di Akihabara ada toko-toko yang khusus menjual foto AKB48.
Nama tokonya adalah Liberty dan khas dengan plang warna hijaunya. Ada beberapa
Liberty di Akihabara. Si teman juga bilang kalau CD/DVD murah bisa didapatkan
Book-Off. Konon harga di sana murah karena merupakan barang second, meskipun CD/DVD-nya sendiri
masih baru. Pembedanya, tidak ada bonus foto yang biasa didapat kalau kita beli
CD/DVD AKB48. Selain CD/DVD second, Book-Off
juga menjual yang baru.
Ke Akihabara lagi
Book-off, tempat jualan CD/DVD murah
Toko
Liberty yang pertama dekat dengan AKB48 Café and Shop. Ternyata betul di sana
dijual segala macam foto member 48Group dan 46Group. Dari yang harganya murah
(ratusan yen) dan digantung dengan ratusan foto lainnya sampai yang mahal
(ribuan yen) dan ditaruh di display kaca. Foto yang mahal biasanya yang rare atau limited edition.
Foto
Jurina banyak, tapi tidak ada yang spesifik yang teman saya inginkan. Anehnya,
foto Matsui Rena – yang tahun kemarin baru graduate
dari SKE48 – justru sangat jarang. Saya memilih beberapa foto yang oke:
Matsui Jurina, Shimazaki Haruka, dan Fukushi Nao. Dari Liberty, saya ke
Book-Off dan membeli CD Mae no Meri di sana. Saking banyaknya CD/DVD 48Group,
Book-Off sampai punya beberapa rak khusus untuk mereka! Sama seperti di
Tsutaya, CD terbaru SKE48 tidak ada yang bersampul Jurina, padahal itu yang
saya cari. Entah kenapa.
Setelah
ke Book-Off, saya ke Liberty selanjutnya yang dekat dengan teater AKB48.
Tempatnya lebih rapi dan foto-fotonya lebih variatif dan banyak yang lucu.
Lagi-lagi tidak ada foto Jurina seperti yang diinginkan teman saya, tapi foto
dia yang lain ada banyak. Kalau di
Liberty sebelumnya foto Rena hanya sedikit, di toko ini malah tidak ada foto
Rena. Satu-satunya yang ada adalah dia saat sedang foto bareng Team E. Saya
beli foto itu. Saya juga beli foto Watanabe Mayu dan Mukaichi Mion. Untuk foto
yang terakhir itu saya merasa beruntung, karena Mion difoto dengan kostum
Bokutachi wa Tatakawanai. Harganya juga standar, tidak terlalu mahal. Ada dua
toko Liberty lain yang saya datangi, masih di area yang sama. Tapi ternyata
mereka tidak menjual foto idol. Salah satunya malah menjual miniatur kereta
yang mengingatkan saya pada densha otaku atau
kumpulan orang penggemar kereta.
Saya
ke Teater AKB48 lagi tapi sayang sedang ditutup karena tidak ada pertunjukan
hari itu. Jadi eskalator yang menuju lantai 8F bahkan dimatikan dan dipasangi
tanda. Untung kemarin teater masih buka.
Pas ke sana lagi, pas tutup
Di Don Quixote game center banyak yang lucu-lucu seperti ini
Persis
di lantai bawah Don Quixote ada semacam kedai yang menjual barbeque. Saya beli sepotong japanese
beef seharga 1000 yen. Meskipun jajanan mahal, but it’s worth it for every bite! Enaknya keterlaluan! Rasa beef-nya super empuk namun tetap juicy. Lelehan lemak yang menetes-netes
karena panas juga bikin tambah enak. Bumbunya minimalis tapi menjadikan
gurihnya asli. It’s a must!
INI ENAK BANGET!
Sudah
sore ketika saya pulang ke hotel. Tak sengaja saya menemukan resto CoCo Ichiban
yang di-endorse SKE48 di dekat
Stasiun Minami-senju. Chain resto ini
ada juga di Jakarta, tepatnya di Gran Indonesia. Curry di CoCo Ichiban adalah favorit saya, jadi saya senang ketika
bisa mencicipinya di negara asalnya. Sama seperti selalu, saya pilih curry dengan ayam karaage. Konsep dan rasa curry
di CoCo Ichiban Tokyo tak beda jauh dengan yang ada di Jakarta. Bahkan saya
rasa lebih enak yang di Jakarta.
Meskipun
seharian ini saya jalan-jalan terus, saya merasa lebih enakan dibanding dua
hari kemarin. Masih ingat dengan suplemen penambah darah yang saya minum? Hari
itu saya tidak meminumnya dan justru merasa baikan. Setelah baca-baca, saya
baru tahu kalau salah satu efek samping suplemen itu adalah mual-mual. Mungkin
memang seharusnya langsung istirahat begitu minum suplemen tersebut. Lesson learned: tidak minum suplemen itu
lagi sebelum jalan-jalan.
Malamnya,
saya coba private onsen di Juyoh.
Jadi hotel tempat saya menginap ini memang punya fasilitas onsen pribadi di
lantai 10. Dengan membayar 300 yen, kita bisa berendam di air panas selama satu
jam. Saya dapat antrian untuk pukul 20.30.
Lima
menit sebelum waktu yang ditentukan, saya ke lobi untuk mengambil kunci untuk
masuk ke ruangan onsen. Saya sudah
pernah melihat fotonya di Booking.com, tapi melihatnya secara langsung memang
beda. Tempatnya lebih bagus dari yang saya bayangkan.
Saya
pikir begitu membuka pintu, langsung sudah ada onsen di hadapan. Ternyata
tidak. Jadi begitu masuk ruangan onsen,
ada jalan yang diberi kerikil putih dengan beberapa lempeng batuan berwarna
abu-abu membentuk jalan setapak. Ada lampu di ujung kiri-kanan, agak temaram.
Di sebelah kanan ada ruang terbuka – dibatasi dinding kaca – dengan akses tertutup jadi aman karena tidak bakalan
ada orang lewat.
Setelah
jalan berkerikil tadi, ada tempat kecil untuk menaruh baju. Ada kipas angin dan
AC juga. Di sebelah kanan tempat tadi, barulah ruangan untuk onsen. Ada shower dengan tempat duduk kecil dan ember kayu. Sebelum masuk ke
bak air panas, kita memang disarankan mandi terlebih dulu. Setelah bersih baru
boleh masuk bak. Bak onsen ini
berwarna hijau, berbentuk lingkaran. Air di dalamnya panasnya pas. Ketika saya
lihat di gambar, saya pikir bak ini kecil. Ternyata lumayan besar dan dalam
juga, bisa muat untuk dua orang .___.
Setelah
30 menit berendam di situ, saya mulai tidak betah. Bukan saja karena bosan,
tapi hawa panas juga membuat udara pengap. Well,
saya baru paham itulah kenapa ada AC di ruangan. Onsen sebenarnya memang seharusnya untuk berendam ramai-ramai. Jadi
bisa sambil ngobrol. Apalagi kalau modelnya di luar ruangan, bisa sambil
menikmati pemandangan. Sekitar 10 menit kemudian, saya keluar dari bak. Sisa
waktu yang ada saya gunakan untuk refleksi kaki di jalan setapak tadi. Ada besi
penopang di dinding sebelah kiri untuk menahan kalau-kalau terlalu sakit
berjalan di atas kerikil.
No comments:
Post a Comment