Saturday, 15 October 2016

Menulis Ulang Jepang (4): Hunting pp dan Mencoba Onsen




Sabtu, 10 September 2016, pagi-pagi saya sudah mencuci baju di coin laundry yang tersedia di hotel. Well, karena niat untuk light traveling, saya memang tidak membawa banyak pakaian. Coin laundry di Tokyo sangat efisien dan praktis. Butuh total waktu satu jam untuk mencuci dan mengeringkan pakaian. Jeans saya yang lembab karena hujan-hujanan di Akihabara langsung jadi wangi dan kering maksimal.

Hari itu saya ke Shibuya untuk melihat Hachiko. Mungkin karena Sabtu, saya lihat banyak anak kecil di kereta. Kereta juga lebih penuh dari hari biasa di luar peak hours. Sampai di Stasiun Shibuya, saya mencari Hachiko Exit tapi tidak juga menemukannya. Akhirnya saya tanya seseorang, dan dia mengantarkan saya langsung sampai keluar stasiun. Saya sudah sering dengar orang Jepang dikenal paling juara kalau kita menanyakan alamat – mereka akan sebisa mungkin membantu kita – tapi tetap saja saya amazed.


Shibuya yang ramai

Di luar stasiun, orang-orang ramai menonton live performance. Sementara di pojokan orang berkerumun di depan patung Hachiko, anjing yang dikenal karena kesetiannya. Patungnya kecil, tidak mencolok, dan orang-orang justru tertarik dengan kucing yang disengaja ditaruh di bawah patung.

Wait.

Yes, you read it right. Ada bapak-bapak yang sengaja menaruh kucing di sana. Awalnya satu, kemudian lama-lama tiga anak kucing sekaligus yang super imut. Orang-orang justru fokusnya ke kucing-kucing tadi, bukan patung Hachiko. XD

 Hachiko vs kucing


Selain Hachiko, Shibuya juga terkenal dengan perempatannya yang selalu ramai oleh penyeberang jalan. Supaya sah, saya ikutan menyeberang juga hehe.. Seperti lazimnya tempat-tempat ramai di Jepang, Shibuya juga penuh dengan berbagai jenis poster di gedung-gedungnya. Poster HKT48 tersempil di antaranya, dan..as expected ada foto Miyawaki Sakura. Seriusan deh, member yang paling sering saya lihat di Tokyo itu justru Sakura, bukannya Mayu. Is this the sign?!

 Before vs after

Shibuya dilihat dari atas

Untuk makan siang, saya ingin makan ramen. Tapi sayangnya semuanya pork, tidak ada yang beef. Sampai tiga kedai ramen saya datangi, tidak ada yang saya inginkan. Yasudah, akhirnya saya makan soba dengan ebi.

Dari Shibuya, saya ke Akihabara. Iya, saya memang niat ke Akihabara dua kali. Sehari ke sana rasanya belum cukup. Seorang teman yang minta dicarikan foto Matsui Jurina bilang kalau di Akihabara ada toko-toko yang khusus menjual foto AKB48. Nama tokonya adalah Liberty dan khas dengan plang warna hijaunya. Ada beberapa Liberty di Akihabara. Si teman juga bilang kalau CD/DVD murah bisa didapatkan Book-Off. Konon harga di sana murah karena merupakan barang second, meskipun CD/DVD-nya sendiri masih baru. Pembedanya, tidak ada bonus foto yang biasa didapat kalau kita beli CD/DVD AKB48. Selain CD/DVD second, Book-Off juga menjual yang baru.


Ke Akihabara lagi

 Book-off, tempat jualan CD/DVD murah

Toko Liberty yang pertama dekat dengan AKB48 Café and Shop. Ternyata betul di sana dijual segala macam foto member 48Group dan 46Group. Dari yang harganya murah (ratusan yen) dan digantung dengan ratusan foto lainnya sampai yang mahal (ribuan yen) dan ditaruh di display kaca. Foto yang mahal biasanya yang rare atau limited edition.

Foto Jurina banyak, tapi tidak ada yang spesifik yang teman saya inginkan. Anehnya, foto Matsui Rena – yang tahun kemarin baru graduate dari SKE48 – justru sangat jarang. Saya memilih beberapa foto yang oke: Matsui Jurina, Shimazaki Haruka, dan Fukushi Nao. Dari Liberty, saya ke Book-Off dan membeli CD Mae no Meri di sana. Saking banyaknya CD/DVD 48Group, Book-Off sampai punya beberapa rak khusus untuk mereka! Sama seperti di Tsutaya, CD terbaru SKE48 tidak ada yang bersampul Jurina, padahal itu yang saya cari. Entah kenapa.

Setelah ke Book-Off, saya ke Liberty selanjutnya yang dekat dengan teater AKB48. Tempatnya lebih rapi dan foto-fotonya lebih variatif dan banyak yang lucu. Lagi-lagi tidak ada foto Jurina seperti yang diinginkan teman saya, tapi foto dia yang lain ada banyak.  Kalau di Liberty sebelumnya foto Rena hanya sedikit, di toko ini malah tidak ada foto Rena. Satu-satunya yang ada adalah dia saat sedang foto bareng Team E. Saya beli foto itu. Saya juga beli foto Watanabe Mayu dan Mukaichi Mion. Untuk foto yang terakhir itu saya merasa beruntung, karena Mion difoto dengan kostum Bokutachi wa Tatakawanai. Harganya juga standar, tidak terlalu mahal. Ada dua toko Liberty lain yang saya datangi, masih di area yang sama. Tapi ternyata mereka tidak menjual foto idol. Salah satunya malah menjual miniatur kereta yang mengingatkan saya pada densha otaku atau kumpulan orang penggemar kereta.

Saya ke Teater AKB48 lagi tapi sayang sedang ditutup karena tidak ada pertunjukan hari itu. Jadi eskalator yang menuju lantai 8F bahkan dimatikan dan dipasangi tanda. Untung kemarin teater masih buka.

 Pas ke sana lagi, pas tutup

Di Don Quixote game center banyak yang lucu-lucu seperti ini

Persis di lantai bawah Don Quixote ada semacam kedai yang menjual barbeque. Saya beli sepotong japanese beef seharga 1000 yen. Meskipun jajanan mahal, but it’s worth it for every bite! Enaknya keterlaluan! Rasa beef-nya super empuk namun tetap juicy. Lelehan lemak yang menetes-netes karena panas juga bikin tambah enak. Bumbunya minimalis tapi menjadikan gurihnya asli. It’s a must!

 INI ENAK BANGET!

Sudah sore ketika saya pulang ke hotel. Tak sengaja saya menemukan resto CoCo Ichiban yang di-endorse SKE48 di dekat Stasiun Minami-senju. Chain resto ini ada juga di Jakarta, tepatnya di Gran Indonesia. Curry di CoCo Ichiban adalah favorit saya, jadi saya senang ketika bisa mencicipinya di negara asalnya. Sama seperti selalu, saya pilih curry dengan ayam karaage. Konsep dan rasa curry di CoCo Ichiban Tokyo tak beda jauh dengan yang ada di Jakarta. Bahkan saya rasa lebih enak yang di Jakarta. 

 Nemu CoCo Ichiban

Meskipun seharian ini saya jalan-jalan terus, saya merasa lebih enakan dibanding dua hari kemarin. Masih ingat dengan suplemen penambah darah yang saya minum? Hari itu saya tidak meminumnya dan justru merasa baikan. Setelah baca-baca, saya baru tahu kalau salah satu efek samping suplemen itu adalah mual-mual. Mungkin memang seharusnya langsung istirahat begitu minum suplemen tersebut. Lesson learned: tidak minum suplemen itu lagi sebelum jalan-jalan.

Malamnya, saya coba private onsen di Juyoh. Jadi hotel tempat saya menginap ini memang punya fasilitas onsen pribadi di lantai 10. Dengan membayar 300 yen, kita bisa berendam di air panas selama satu jam. Saya dapat antrian untuk pukul 20.30.

Lima menit sebelum waktu yang ditentukan, saya ke lobi untuk mengambil kunci untuk masuk ke ruangan onsen. Saya sudah pernah melihat fotonya di Booking.com, tapi melihatnya secara langsung memang beda. Tempatnya lebih bagus dari yang saya bayangkan.

Saya pikir begitu membuka pintu, langsung sudah ada onsen di hadapan. Ternyata tidak. Jadi begitu masuk ruangan onsen, ada jalan yang diberi kerikil putih dengan beberapa lempeng batuan berwarna abu-abu membentuk jalan setapak. Ada lampu di ujung kiri-kanan, agak temaram. Di sebelah kanan ada ruang terbuka – dibatasi dinding kaca – dengan  akses tertutup jadi aman karena tidak bakalan ada orang lewat.

Setelah jalan berkerikil tadi, ada tempat kecil untuk menaruh baju. Ada kipas angin dan AC juga. Di sebelah kanan tempat tadi, barulah ruangan untuk onsen. Ada shower dengan tempat duduk kecil dan ember kayu. Sebelum masuk ke bak air panas, kita memang disarankan mandi terlebih dulu. Setelah bersih baru boleh masuk bak. Bak onsen ini berwarna hijau, berbentuk lingkaran. Air di dalamnya panasnya pas. Ketika saya lihat di gambar, saya pikir bak ini kecil. Ternyata lumayan besar dan dalam juga, bisa muat untuk dua orang .___.

Setelah 30 menit berendam di situ, saya mulai tidak betah. Bukan saja karena bosan, tapi hawa panas juga membuat udara pengap. Well, saya baru paham itulah kenapa ada AC di ruangan. Onsen sebenarnya memang seharusnya untuk berendam ramai-ramai. Jadi bisa sambil ngobrol. Apalagi kalau modelnya di luar ruangan, bisa sambil menikmati pemandangan. Sekitar 10 menit kemudian, saya keluar dari bak. Sisa waktu yang ada saya gunakan untuk refleksi kaki di jalan setapak tadi. Ada besi penopang di dinding sebelah kiri untuk menahan kalau-kalau terlalu sakit berjalan di atas kerikil.

No comments:

Post a Comment