Saturday 16 April 2011

Harta Karun dari Ibu

Suatu saat saya pernah marah pada ibu saya, untuk alasan yang bahkan sudah saya lupa. Saya masih SMA saat itu. Saya mendiamkan ibu sebagai bentuk protes saya. Saya berdiam diri di kamar, membongkar lemari meja belajar untuk mencari kesibukan, dan seketika luluh ketika melihat buku harian hijau tua yang pernah ibu berikan pada saya. Saya baca lagi buku harian itu di antara isak tangis. Kemarahan saya langsung hilang.

Buku harian itu ibu beri saat saya masih SD. Tidak ada momen khusus. Tiba-tiba saja ibu menyerahkan buku itu pada saya. Sekilas tidak ada yang istimewa pada buku itu. Namun ketika membukanya, saya tahu kalau buku itu adalah harta karun yang ibu wariskan pada saya; harta yang tidak akan bisa tergantikan oleh apapun.

 Ini buku harian hijau-tua itu :)

Kenapa buku harian itu sedemikian istimewanya buat saya?

Karena ibu sudah menuliskannya untuk saya, sejak saya masih berusia satu tahun.

Di halaman pertama, ibu menuliskan jika buku harian itu ibu hadiahkan untuk ulang tahun pertama saya pada 26 Juli 1987. Di halaman itu juga, ibu mengucap doa-doa yang mengawal langkah saya, hingga kini.

Sambutan hangat dari ibu

Buku harian itu berisi hal-hal yang saya lakukan sehari-hari. Saya jadi tahu kalau saya sering sakit ketika masih kecil. Saya tahu kalau saya sering dipaksa minum obat cacing. Saya tahu hadiah ulang tahun apa saja yang saya dapatkan. Dan yang lebih penting, saya tahu cinta bapak-ibu sedemikian besar untuk saya.

Ini adalah beberapa tanggal penting dan tidak penting yang terekam oleh ibu dalam buku harian itu:
- 15 Agustus 1987:
Pertama kalinya saya menerima sebuah surat! Surat itu dari kakak sepupu saya; Mbak Herly yang ada di Surabaya.
- 28 Agustus 1987:
Saya bisa turun sendiri dari tempat tidur. Well, itu adalah pencapaian menurut seorang ibu muda ;)
- 13 September 1987:
Saya berhenti minum ASI. Jadi, saya minum ASI selama 1 tahun 1 bulan lebih sedikit.
- 24 September 1987:
Saya mulai berjalan sendiri tanpa disuruh. Errr... berarti sebelum itu saya harus disuruh dulu untuk berjalan :D
- 25 September 1987:
Badan saya panas, tapi tetap semangat untuk berjalan, main mata, cium jauh, dan bernyanyi Nina Bobo (meskipun berhenti di tengah jalan karena tidak hapal lagunya).
- 27 Oktober 1987:
Saya mulai ikut senam pagi.
- 1 November 1987:
Halo, Jakarta! Ini pertama kali saya ke Jakarta.
- 1 Januari 1988:
Saya cacingan. Oookay... agak tidak penting :D
- 18 Januari 1988:
Saya sudah tahu nama bapak, ibu, mbah, pakdhe, budhe, dan saya menyebut diri sendiri dengan sebutan ‘Andi’.
- 17 Maret 1988:
Lagu yang dihapal semakin banyak, seperti Kodok Ngorek, Layang-layangku, Garuda Pancasila, dan Balonku Ada Lima.
- 17 Juli 1988:
Saya belajar memakai celana sendiri.
- 7 Desember 1988:
Halo, Surabaya!
- 23 Januari 1989:
Pertama kali menelepon di telepon umum.
- 1 Februari 1989:
Saya pergi ke Demak untuk pertama kalinya.
- 23 Agustus 1989:
Kata ibu, saya ingin punya adik. Wew... umur tiga tahun sudah bisa menuntut seperti itu.
- 28 Agustus 1989:
Saya dibelikan ukulele, padahal inginnya dibelikan gitar. Saya tidak komplain waktu itu. Ternyata saya mudah tertipu :D
- 10 September 1989:
Pertama kali saya diajak nonton film di bioskop! Tebak film apa yang saya tonton bersama bapak-ibu? Film INDIA berjudul Puteri Rimba! Oookay... pantas saya masih suka film India sampai sekarang :D Kata ibu, film itu berkisah tentang Tarzan versi perempuan (dan versi India).
- 17 Oktober 1989:
Saya dilatih untuk tidak ngedot -_________- Saya mulai minum susu di gelas.
- 25 Oktober 1989:
Saya mulai minta dibelikan celana Levis seperti punya sepupu saya (Di umur tiga tahun?!). No comment.
- 17 November 1989:
Saya berdandan sendiri menggunakan peralatan make up ibu. Serius?
- 6 Desember 1989:
Mimpi pertama yang saya ceritakan pada ibu (dan bahkan tidak bisa saya ingat sekarang). Kata ibu, saya mimpi melihat gajah. Gajah itu diusir bapak. Gajah itu mau menggigit saya. Errrr....
- 28 Desember 1989:
Minta adik lagi. Duh!
- 31 Januari 1990:
Cita-cita pertama saya: Ingin jadi pegawai bank! :D
- 15 April 1990:
Pertama kali ikut sholat tarawih di masjid.
- 26 April 1990:
Ikut sholat Idul Fitri di lapangan.
- 22 Juni 1990:
Halo-halo, Bandung!
- 12 Agustus 1990:
Ibu jari saya (entah kanan, entah kiri) terjepit pintu besi sampai kukunya lepas. Saya ingat kejadian itu. Entah kenapa, tapi saya tidak merasakan sakit.
- 20 Agustus 1990:
Ngamuk karena ingin dibelikan sepeda.
- 4 Februari 1991:
Gembira karena dibelikan ayam bukan sepeda. Ayam itu betina, dan dibeli seharga Rp 2.250.
- 11 Maret 1991:
Saya resmi menjadi seorang kakak.

 Gambar yang saya buat untuk sepupu saya Siska :)
dan tanggal resmi saya jadi seorang kakak

Setelah 11 Maret 1991, ibu berhenti menuliskan buku harian untuk saya. Ibu sibuk dengan kelahiran adik pertama saya. Tapi saya tidak bisa protes. Sebagai anak pertama, saya menghabiskan lebih banyak waktu dengan bapak-ibu. Lagipula, hanya saya yang diberi buku harian :D Kedua adik saya tidak mendapat kemewahan itu. Meskipun saya tahu, rasa sayang ibu kepada kami bertiga terbagi sama rata.

Begitulah. Buku harian itu selalu mengingatkan betapa sayangnya orang tua pada saya. Lain kali saya marah pada ibu atau bapak, akan saya baca lagi buku harian itu sebagai pengingat.

2 comments:

  1. Aku nanti kalau punya anak aku bikinin buku harian khusus. Eh tapi, sekarang kan udah jaman blog ya? Ya udah deh, dibikinin blog aja dari dia lahir sampe dia umur... Ehm, umur berapa ya? ;))

    ReplyDelete
  2. Waaaa...Kimi, kamu adalah pemberi komentar pertamaku! :) Makasih yaaa... *terharu

    Kalo aku punya anak, aku mending ngisi baby-book daripada bikin blog. Baby-book itu lebih personal dan pernak-perniknya banyak :p Aku pernah liat baby-book di Pasfes dan pengin beli (sebelum akhirnya sadar kalau menikah saja belum haha.. :))

    ReplyDelete