Monday 4 April 2011

Ada Buku di Balik Nama

“Hi, Usedbookholic!”, sapa teman saya di ym.

Saat itu saya sedang ingin-inginnya membuat blog, dan ‘usedbookholic’ langsung mengena di hati saya.

Bukan tanpa alasan dia memanggil saya dengan sebutan itu. Saya penggemar berat buku bekas. Langkah kaki terasa ringan setiap kali melangkah ke Gudang Buku di Pasar Festival atau toko-toko buku bekas di Plasa Semanggi. Aroma buku(-yang bekas itu) membuat saya terlempar ke masa lalu, ke masa kanak-kanak saya. Mata saya mengawasi setiap judulnya dengan teliti dan berbinar ketika menemukan yang saya cari. Menemukan buku bekas favorit bagi saya, sama seperti mendapatkan diskon 70% di Centro bagi para pemburu baju, atau mungkin lebih baik lagi. Saya suka dengan ‘proses mencari’ ini. Hingga kadang saya berharap pencarian saya tak berkesudahan. (Okay, agak berlebihan memang.)

Saya suka buku. Kecintaan saya pada buku bekas tidak berarti menihilkan kecintaan saya pada buku baru. Tidak. Hanya saja, saya mencari yang bekas karena versi barunya sudah tidak dicetak-ulang. Atau terkadang, versi barunya muncul dalam format yang beda dengan yang original, hingga saya tetap memilih versi lama atau bekasnya. Saya berencana untuk menuliskan buku-buku bekas buruan saya di blog ini, nanti.

Perkenalan saya dengan buku bekas dimulai ketika saya baru masuk kelas 1 SMP. Malam minggu, Bapak mengajak saya dan adik jalan-jalan di alun-alun kota kecil kami. Bosan duduk-duduk di sana, Bapak membawa kami ke pasar buku bekas dekat alun-alun. Entah kenapa saya tak memperhatikan pasar ini sebelumnya. Saya tahu ada pasar malam, namun yang jelas, itu kali pertama saya menyadari ada buku bekas dijual di sana, selain baju dan segala macam poster artis.

Apa yang saya rasakan saat itu? Surga.

Saya memilih buku-buku yang bergeletakan di meja-meja lebar penjual dengan antusias. Saya tahu saya hanya diijinkan membeli satu buku, jadi saya harus cermat memilih. Kaki saya tak mau cepat beranjak dari pasar. Hingga keputusan harus dibuat. Saya memilih satu buku dan menyelamati diri sendiri setiap kali mengingat buku itu. Saat mengambilnya, saya tak akan menyadari bahwa kelak, sebelas tahun kemudian, saya akan sangat tergila-gila pada buku berseri itu hingga harus membelinya dari benua lain. Buku itu berjudul The Baby-Sitter’s Club (more about it, later).

Usedbookholic. Saya mendapati sensasi aneh-menyenangkan ketika disapa dengan sebutan itu. Jadilah saya memberi nama blog dengan kata (atau frase?) itu. Saya akan banyak menulis tentang buku-buku bekas saya. Tidak hanya itu. Usedbookholic dalam pandangan saya berkaitan dengan hal-hal lampau. Saya juga akan menulis tentang masa-masa dulu, namun tak menutup kemungkinan untuk menulis tentang masa kini dan nanti.

Yang saya pikirkan saat ini, saya tahu kemana blog ini akan diarahkan. Saya punya materi yang cukup untuk terus menulis. Mungkin tidak setiap hari, tapi saya memastikan blog ini tidak hiatus terlalu lama. Tiga postingan hari ini cukup lumayan untuk memulai hari lahir. Ganbatte!

No comments:

Post a Comment