Friday 25 November 2011

Hola, Filipina!

Kerlip lampu mulai muncul setelah beberapa waktu sebelumnya hanya hitam pekat yang bisa saya lihat dari jendela pesawat. Mula-mula pendar cahayanya agak redup, jarang-jarang. Semakin pesawat merendah, semakin banyak kerlip dan semakin berkilau daratan di bawah sana. Tak berapa lama, tata kota mulai terlihat meskipun tak sejelas di waktu siang. Setidaknya saya masih bisa mengenali kelokan jalan raya dengan mobil-mobil yang melewatinya. Bahkan sebelum pesawat mendarat di Ninoy Aquino International Airport (NAIA), saya sudah menyapa negara tujuan saya itu dengan hangat. Halo, Filipina!

Sampai awal tahun ini, pergi ke Filipina tak pernah terlintas dalam benak saya. Sama seperti orang Indonesia pada umumnya, tujuan pariwisata saya untuk Asia Tenggara berkisar pada Singapura, Malaysia, Thailand, dan mungkin Vietnam. Filipina terasa jauh, sampai akhirnya saya bertemu dengan teman-teman baik dari negara tersebut melalui facebook dan twitter menjelang pertengahan tahun.

Ada tiga teman virtual saya dari sana. Kami tidak terlalu dekat, namun tidak sebegitu jauhnya untuk sekedar berbalas komentar atau tweet. Dari mereka, saya mulai melihat Filipina sebagai salah satu negara destinasi wisata saya.

Dan, tiba-tiba Filipina ada dimana-mana.

Serius. Dimulai dari buku The Naked Traveler 2 yang saya baca. Karena Trinity – si penulis – mengambil master di Filipina, otomatis bukunya mengupas sedikit-banyak tentang budaya di sana. Tak sampai situ, tiba-tiba saya dengar kabar kalau Andrea Corr akan menggelar konser di Manila. Koran yang setiap pagi saya baca mendadak mengeluarkan feature tentang wisata di negara tersebut. Serial The Kitchen Musical pun diwarnai dengan kuis berhadiah jalan-jalan ke Filipina hanya dengan mengirimkan dua bungkus Anchor Butter. Bahkan dua program biografi yang saya tonton di Metro TV dua minggu berturut-turut berkisah tentang Imelda Marcos dan Manny Pacquiao. Seperti saya bilang, tiba-tiba Filipina ada dimana-mana.

Sayangnya, tidak ada teman yang mau diajak ke sana. Kalaupun ada, jadwalnya tidak cocok dengan saya. Tapi rupanya, Filipina memang untuk saya. Tanpa ada rencana, tanpa ada ribut-ribut soal budget, Mbak Tina – teman kantor saya – mengajak jalan-jalan ke Filipina. Tentu saja saya sambut ajakannya dengan anggukan. Besoknya, tiket Cebu Pacific ke Filipina untuk tanggal 19-20 November 2011 sudah dalam genggaman.

Namun kejutan masih belum mau jauh-jauh dari saya. Masih ingat kuis The Kitchen Musical yang sekilas saya ceritakan? Saya menang kuis itu. Iya, saya menang kuis itu.

I WIN THE TRIP TO PHILIPPINES, BABY!

*sengaja pakai capslock supaya lebih dramatis*

Tidak dapat dipercaya kan? Saya masih ingat saya mesti menahan diri untuk berteriak saat pihak Fonterra (yang membawahi Anchor Butter) menelepon untuk mengabarkan saya menang kuis itu. Hadiahnya bukan cuma ke Filipina, tapi juga makan malam dengan Christian Bautista dan pemeran lainnya di The Kitchen Musical.

*speechless*

Saya bisa mengangkat telpon tanpa pingsan saja sudah merupakan prestasi tersendiri.

Dan, yang lebih hebat, jadwal saya ke Filipina cocok dengan jadwal pribadi saya ke sana. Oleh Fonterra, saya sudah dibuatkan tiket untuk tanggal 17-19 November 2011 naik Singapore Airlines. Jadi, itu tak mengganggu rencana awal saya dengan Mbak Tina. Tuhan sungguh baik pada saya!

Begitulah. Setelah menyelesaikan urusan kantor di hari sebelumnya, pada Kamis 17 November, saya bertolak ke Soekarno-Hatta International Airport (SHIA) pagi-pagi jam 6. Di sana, saya sudah buat janji ketemuan dengan pihak Fonterra dan pemenang lainnya. Pemenang yang satu lagi ini juga berasal dari Jakarta, bernama Mbak Nia. Setelah berbasa-basi sebentar dan diberikan bingkisan dari Fonterra, saya dan Mbak Nia segera check in.

Saya sudah siap dengan jaket ‘Damn! I Love Indonesia’.

Karena terbang dengan Singapore Airlines, pesawat transit di Singapura. Itu adalah kali pertama saya terbang dengan pesawat berbadan lebar. Kalau biasanya ada 6 kursi dalam satu deret, pesawat yang saya tumpangi memuat 9 kursi. Makanannya juga melimpah. Saya suka.

1. Singapura samar terlihat 2. Gedung-gedungnya tampak semakin jelas
3. ...dan semakin jelas 4. Sudah sore ketika pesawat bertolak ke Manila

Dari Singapura, perjalanan dilanjutkan ke Manila. Waktu tak terasa lambat karena saya bermain game, menonton film, dan mendengarkan musik sepanjang jalan.

Lelaki kecil ganteng di depan saya bolak-balik mencoba mengajak saya ngobrol.
Sayangnya saya tidak tahu Bahasa Arab :| 

Petang sudah beranjak ke malam ketika saya sampai di Manila. Itulah awal dimulainya perjalanan yang memberikan kesan mendalam dalam beberapa hari setelahnya. Saya tidak akan bercerita hari per hari. Saya hanya bercerita tentang garis besar hal-hal yang menarik minat saya.

Pendapat saya tentang Filipina - lebih tepatnya Metro Manila - tidak bisa digeneralisir, karena bagaimanapun, saya hanya menghabiskan empat hari di sana. Setidaknya, inilah yang bisa saya bagi.

MRT+LRT

Di Metro Manila, kemana-mana naik MRT dan LRT bisa mengirit banyak biaya. Moda transportasi ini juga bisa menjadi alternatif menghindari macet. Harganya murah, berkisar antara Rp2200 hingga Rp4400 untuk sekali jalan.


Terkadang dalam satu gerbong penuh sampai berdesak-desakan; sama seperti KRL di Jakarta (-meskipun tidak ada yang sampai memanjat ke atas gerbong). Untungnya saya banyak jalan saat akhir pekan. Stasiun jadi tak terlalu ramai.

Penyejuk udaranya maksimal, jadi tak kepanasan di dalam gerbong. Antrian tiketnya rapi. Tak perlu kuatir tersesat karena ada pengumuman saat kereta berhenti di tiap-tiap stasiun, mirip bis Transjakarta. Selain itu, dimana-mana mudah ditemukan petugas stasiun. Dan oh, rata-rata orang Filipina bisa Bahasa Inggris, jadi lebih memudahkan kita untuk bertanya.

Demikian untuk postingan kali ini. Posting tentang dinner bareng pemeran The Kitchen Musical dan jalan-jalan ke Kota Tua Filipina yang disebut Intramuros akan saya tulis di postingan berikutnya, atau mungkin berikutnya lagi.

3 comments:

  1. Mba mau nanya kalo budgeting pribadi ke manila 4 hari kira2 berapa yah yg harus disiapin? thanks in advance

    ReplyDelete
  2. Tiket buat ke Manila lumayan mahal. Kemarin saya beli tiket PP Jkt-Mnl nyampe 2,9 juta. Tapi kalo promo bisa 2,3 juta. Kalo naik AirAsia bisa lebih murah lagi, tapi pesawat landing di Clark, bukan Manila. Untuk hotel rata-rata 300-400 ribu per malam. Untuk makan, alokasikan saja 50-100 ribu per hari. Transportasi di sana bisa diakali dengan naik MRT/LRT kemana-mana, itu bisa mengirit pengeluaran. Ditambah juga biaya kalo ingin ke museum atau tempat wisata lainnya, dan biaya untuk oleh-oleh juga.

    ReplyDelete
  3. hmm wow keren.

    ReplyDelete