Monday 31 March 2014

“You Believed You Could, So You Did” (5)



Selasa, 18 Februari 2014. Icha terlihat semakin sakit. Seharian kemarin dia habiskan di kamar. Hari ini pun Icha memilih tidak kemana-mana. Gagal sudah rencana dia pergi ke Manchester hingga Liverpool bersama teman-teman latihan Model UN-nya.

Hari itu saya rencanakan ke Stasiun King’s Cross, tempat Harry Potter pergi naik kereta ke Hogwarts. Well..tentu saja itu fiktif, tapi platform 9¾ betulan ada di sana demi penggemar Harry Potter; lengkap dengan troli yang separuh menembus dinding.



Belum pukul 10 ketika saya sampai di Stasiun King’s Cross. Rasanya itu stasiun terbesar yang saya lihat di London. Mungkin karena dua hari kemarin saya berkutat di stasiun untuk tube saja.

Oya, saya sudah bilang belum kalau kemana-mana saya dibantu Google Maps? Saya benar-benar terbantu dengan aplikasi yang ada di tablet ini. Ketika mencari Platform 9¾, saya percayakan Google Maps untuk memandu.

Masih pagi namun sudah lumayan yang mengantri. Saya tidak ikut berfoto, malah masuk ke Harry Potter Shop yang ada di sebelahnya. Tokonya kecil, banyaknya pengunjung membuatnya semakin terasa sempit. Pernak-pernik Harry Potter ada di situ, mulai dari seragam empat asrama di Hogwarts hingga tongkat karakter di Harry Potter.





Sebenarnya saya ingin beli sepaket lengkap seragam Gryffindor: mulai dari cardigan, dasi, hingga syal dengan nuansa merah-emas. Tapi harganya mahal.. banget. Jadilah saya cuma beli pin berlogo Hogwarts.

Menjelang makan siang, saya pergi ke Charing Cross. Katanya ada warung makan Indonesia di sana. Sudah lama saya ingin makan bakso.

Nama warungnya East-West Oriental. Dan ini betulan warung ya, bukan resto atau café. Tempatnya menyempil di pojok, di tengah hiruk-pikuk China Town. Saya nyasar memutarinya beberapa kali, sebelum saya ngeh kalau warungnya ada di lantai atas deretan ruko.

Saya pembeli pertama yang datang. Beda dengan yang saya baca di website, warung ini tidak selengkap yang saya bayangkan. Hanya ada bakso dan rendang di sana. Dari ulasan-ulasan yang saya baca, katanya ada batagor dan jajanan Indonesia lainnya. Mungkin pelanggannya semakin berkurang hingga mereka juga mesti mengurangi variasi menu. Beruntung bakso masih ada dalam daftar. Rasanya baksonya enak, hanya kuahnya kurang gurih. Dan sayangnya, tidak ada sambal rawit di sana, hanya saus tomat.


Kenyang makan bakso, saya ingin nonton film di bioskop. Saya batalkan setelah tahu jadwal film yang ingin saya tonton masih dua jam-an lagi.

Tiba-tiba hujan turun deras. Saya tidak membawa payung, bingung mau berteduh dimana. Udara semakin dingin. Saya mesti masuk ke suatu tempat jika tidak ingin jatuh sakit.

Awalnya saya ingin ke McD, tapi demi melihat ramai pengunjung, saya putuskan ke Haagen-Dazs. Masih ada meja kosong di situ. Saya duduk di meja untuk dua orang. Meskipun dingin, saya pesan es krim dengan waffle. Mungkin rasanya akan jauh lebih enak kalau saja saya belum kenyang makan bakso.

Setelah hujan reda, saya berjalan menuju Piccadilly Circus – melewati mas-mas ganteng pemain bagpipe. Dari sana saya terus berjalan ke arah Victoria Street yang terkenal dengan deretan toko-toko high-end-nya. Di ujung, Oxford Circus sudah menanti.



Dari Oxford Circus, saya naik tube ke Camden Market. Orang-orang bilang ini tempat oleh-oleh paling murah di Inggris. Belakangan saya pikir harga di Camden sama saja dengan harga di toko-toko daerah turis lainnya. Sebelas-dua belas. 

 
Karena kemarin sempat pulang ketika hari agak gelap, saya putuskan pulang lebih awal hari ini. Saya masih suka takut melewati taman yang sepi sendirian selepas Stasiun Colindale. London mungkin masih aman sejauh ini, tapi well..saya tidak mau ambil resiko.

No comments:

Post a Comment