Selasa, 18 Februari 2014. Icha
terlihat semakin sakit. Seharian kemarin dia habiskan di kamar. Hari ini pun
Icha memilih tidak kemana-mana. Gagal sudah rencana dia pergi ke Manchester hingga
Liverpool bersama teman-teman latihan Model UN-nya.
Hari itu saya rencanakan
ke Stasiun King’s Cross, tempat Harry Potter pergi naik kereta ke Hogwarts. Well..tentu saja itu fiktif, tapi
platform 9¾ betulan ada di sana demi penggemar Harry Potter; lengkap dengan
troli yang separuh menembus dinding.
Belum pukul 10 ketika saya
sampai di Stasiun King’s Cross. Rasanya itu stasiun terbesar yang saya lihat di
London. Mungkin karena dua hari kemarin saya berkutat di stasiun untuk tube saja.
Oya, saya sudah bilang
belum kalau kemana-mana saya dibantu Google Maps? Saya benar-benar terbantu
dengan aplikasi yang ada di tablet ini. Ketika mencari Platform 9¾, saya percayakan
Google Maps untuk memandu.
Masih pagi namun sudah
lumayan yang mengantri. Saya tidak ikut berfoto, malah masuk ke Harry Potter
Shop yang ada di sebelahnya. Tokonya kecil, banyaknya pengunjung membuatnya
semakin terasa sempit. Pernak-pernik Harry Potter ada di situ, mulai dari
seragam empat asrama di Hogwarts hingga tongkat karakter di Harry Potter.
Sebenarnya saya ingin beli
sepaket lengkap seragam Gryffindor: mulai dari cardigan, dasi, hingga syal dengan nuansa merah-emas. Tapi harganya
mahal.. banget. Jadilah saya cuma
beli pin berlogo Hogwarts.
Menjelang makan siang,
saya pergi ke Charing Cross. Katanya ada warung makan Indonesia di sana. Sudah
lama saya ingin makan bakso.
Nama warungnya East-West
Oriental. Dan ini betulan warung ya, bukan resto atau café. Tempatnya menyempil
di pojok, di tengah hiruk-pikuk China Town. Saya nyasar memutarinya beberapa
kali, sebelum saya ngeh kalau
warungnya ada di lantai atas deretan ruko.
Saya pembeli pertama yang
datang. Beda dengan yang saya baca di website, warung ini tidak selengkap yang
saya bayangkan. Hanya ada bakso dan rendang di sana. Dari ulasan-ulasan yang
saya baca, katanya ada batagor dan jajanan Indonesia lainnya. Mungkin
pelanggannya semakin berkurang hingga mereka juga mesti mengurangi variasi
menu. Beruntung bakso masih ada dalam daftar. Rasanya baksonya enak, hanya
kuahnya kurang gurih. Dan sayangnya, tidak ada sambal rawit di sana, hanya saus
tomat.
Kenyang makan bakso, saya
ingin nonton film di bioskop. Saya batalkan setelah tahu jadwal film yang ingin
saya tonton masih dua jam-an lagi.
Tiba-tiba hujan turun
deras. Saya tidak membawa payung, bingung mau berteduh dimana. Udara semakin
dingin. Saya mesti masuk ke suatu tempat jika tidak ingin jatuh sakit.
Awalnya saya ingin ke McD,
tapi demi melihat ramai pengunjung, saya putuskan ke Haagen-Dazs. Masih ada
meja kosong di situ. Saya duduk di meja untuk dua orang. Meskipun dingin, saya
pesan es krim dengan waffle. Mungkin rasanya akan jauh lebih enak kalau saja saya belum kenyang makan bakso.
Setelah hujan reda, saya
berjalan menuju Piccadilly Circus – melewati mas-mas ganteng pemain bagpipe. Dari sana saya terus berjalan
ke arah Victoria Street yang terkenal dengan deretan toko-toko high-end-nya. Di ujung, Oxford Circus
sudah menanti.
Dari Oxford Circus, saya
naik tube ke Camden Market.
Orang-orang bilang ini tempat oleh-oleh paling murah di Inggris. Belakangan
saya pikir harga di Camden sama saja dengan harga di toko-toko daerah turis
lainnya. Sebelas-dua belas.
Karena kemarin sempat
pulang ketika hari agak gelap, saya putuskan pulang lebih awal hari ini. Saya masih
suka takut melewati taman yang sepi sendirian selepas Stasiun Colindale. London
mungkin masih aman sejauh ini, tapi well..saya
tidak mau ambil resiko.
No comments:
Post a Comment