Friday, 22 April 2011

Farewell, Franky!

Saya tahu Franky Sahilatua meninggal dari status teman saya di facebook. Franky meninggal pada Rabu, 20 April 2011 di usia 57 tahun. Berbeda dengan reaksi saya ketika mendengar berita meninggalnya public figure lainnya – kaget atau bahkan biasa saja – , yang saya rasakan kali ini adalah sedih.

Saya mengenal Franky sejak saya SD. Atau mungkin sejak saya lebih kecil lagi. Saya mengenalnya melalui kaset yang diputar oleh bapak-ibu. Sebagai penyuka lagu ballad, orang tua saya mengoleksi kaset Franky dan Jane, Iwan Fals, sampai Ebiet G. Ade. Tak heran, saya tumbuh bersama lagu-lagu mereka.

Ketika Iwan Fals terdengar gahar, sementara Ebiet G. Ade banyak bercerita tentang romansa cinta, Franky dan Jane (adiknya; partner duetnya) bertutur tentang alam yang menyejukkan jiwa. Saya suka gunung, pedesaan, sawah, dan Franky mampu membuat saya setengah mati suka dengan nada dan lirik-lirik lagunya.

Tuesday, 19 April 2011

Padepokan Cemara (II)

Ternyata saya masih flu. Suara saya sengau dan badan terasa tidak bugar. Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan. Saya akan melanjutkan kisah di Padepokan Cemara.

Padepokan Cemara lebih saya rasakan sebagai ‘rumah’ daripada kos. Keempat teman yang lain pun sepertinya merasakan hal yang sama. Kami berbagi banyak hal; mulai dari camilan, curhatan, hingga kamar. Iya, beberapa kali kami tidur berlima di satu kamar. Bergantian. Kami saling cerita sampai larut malam. Saya lupa obrolan apa saja yang membuat kami tetap terjaga, namun saya ingat saya suka melakukannya.

Dari kami berlima, hanya saya dan Anih yang kuliah di fakultas yang berbeda; saya di FISIP dan Anih di Fakultas Hukum. Rere, Wadjoe dan Lucky sama-sama di Fakultas Ekonomi. Jadwal kami yang seringkali berbeda membuat kami nyaris tak pernah sarapan dan makan siang bersama-sama, kecuali Minggu. Namun makan malam selalu menyatukan kami. Kami berlima akan keluar bersama-sama, makan bersama di tempat yang kami pilih. Jika selera makan kami sedang berbeda, kami saling menunggu satu sama lain untuk membeli makanan dan memakannya bersama-sama di kos.

Monday, 18 April 2011

Padepokan Cemara (I)

Flu. Dari kemarin saya terserang flu. Saya pilek, bolak-balik bersin. Udara panas, tapi badan saya menggigil kena hembusan kipas angin. Di saat-saat seperti ini, saya membutuhkan sesuatu yang hangat. Sup ayam KFC biasanya jadi menu favorit. Tapi tidak untuk sekarang. Dua hari yang lalu saya baru saja menyantapnya.

Di saat-saat seperti ini juga, saya ingin ditemani. Saya tidak dekat dengan teman-teman satu kos, hingga saya habiskan waktu untuk menonton atau membaca di kamar sepulang dari kantor. Sendirian. Teman-teman kos terus berganti sampai saya tak punya satu saja yang dekat. Atau mungkin, memang saya yang tidak bisa dekat dengan mereka. Begitu terus hingga tak terasa sudah dua tahun saya menjalaninya.

Tiba-tiba saya teringat kos saya ketika masih mahasiswa. Saya tak akan kesepian bersama teman-teman kos saya dulu. Hanya dengan mengingatnya, hati saya menjadi hangat. Saya ingin terus mengenangnya demikian, jadi saya mulai menuliskannya dalam blog ini.

Saturday, 16 April 2011

Harta Karun dari Ibu

Suatu saat saya pernah marah pada ibu saya, untuk alasan yang bahkan sudah saya lupa. Saya masih SMA saat itu. Saya mendiamkan ibu sebagai bentuk protes saya. Saya berdiam diri di kamar, membongkar lemari meja belajar untuk mencari kesibukan, dan seketika luluh ketika melihat buku harian hijau tua yang pernah ibu berikan pada saya. Saya baca lagi buku harian itu di antara isak tangis. Kemarahan saya langsung hilang.

Buku harian itu ibu beri saat saya masih SD. Tidak ada momen khusus. Tiba-tiba saja ibu menyerahkan buku itu pada saya. Sekilas tidak ada yang istimewa pada buku itu. Namun ketika membukanya, saya tahu kalau buku itu adalah harta karun yang ibu wariskan pada saya; harta yang tidak akan bisa tergantikan oleh apapun.

 Ini buku harian hijau-tua itu :)

Thursday, 14 April 2011

Ireland, Anyone?

Sulit bagi saya untuk tidak jatuh cinta pada Irlandia. Berawal dari ketertarikan terhadap musik celtic khas sana, kecintaan saya pada Shamrock Country itu bertambah seiring berjalannya waktu. Jika ada yang harus bertanggung jawab atas perasaan ini, tujukan saja pada salah satu band bersaudara asal Irlandia: The Corrs.

Iya, The Corrs-lah yang mengenalkan saya pada negeri yang cantik itu. Album The Corrs pertama yang saya punya adalah Unplugged, yang saya beli untuk kado ulang tahun ke-14. Saya suka semua lagunya, namun hati saya jatuh pada lagu instrumental berjudul Lough Erin Shore. Meskipun yang diceritakan dalam lagu ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan shore, tapi saya menerjemahkannya menjadi pemandangan alam pegunungan dan pedesaan yang menghijau. Setiap kali mendengarnya, detak jantung saya seolah melambat sementara pikiran saya berlarian ke sebuah negara yang entah dimana. Hingga saya tahu The Corrs berasal dari Irlandia. Sejak saat itu, setiap kali mendengar Lough Erin Shore, Irlandia-lah tempat imajinasi saya tertuju. Sejak saat itu pula, saya masukkan Irlandia ke dalam wish list negara yang ingin saya kunjungi.

Saturday, 9 April 2011

Mengenal BSC Lebih Dekat (II)

Setelah di postingan sebelumnya saya menceritakan anggota awal BSC, sekarang saya akan mengenalkan anggota yang lain. Mereka menjadi bagian klub seiring semakin bertambahnya klien yang menggunakan jasa mereka.

Anggota baru BSC ini mempunyai tugas masing-masing: sebagai alternate officer, junior officer, atau associate member. Alternate officer artinya anggota tersebut mempunyai tugas menggantikan tugas anggota awal BSC yang berhalangan hadir di meeting. Dawn adalah alternate officer pertama, sebelum digantikan oleh Abby (FYI, Abby pernah menggantikan tugas Kristy sebagai President). Junior officer tidak mempunyai tugas tertentu. Disebut junior, karena mereka tidak bisa baby-sit pada malam hari. Junior officer dalam klub ini adalah Mallory dan Jessi. Mereka terpaut dua tahun lebih muda dibanding anggota klub yang lain. Alternate officer adalah mereka yang bisa mendapatkan job dari klub hanya ketika jadwal semua anggota yang lain sudah penuh. Sifat alternate officer adalah tidak resmi dan tidak terikat. Mereka bahkan tidak diharuskan mengikuti meeting. Dua orang alternate officer di BSC adalah Logan dan Shannon.

Wednesday, 6 April 2011

Mengenal BSC Lebih Dekat (I)

Baby-sitter. Apa yang biasanya orang pikirkan tentang mereka? Mbak-mbak berseragam khusus yang mengikuti kemanapun anak kecil majikannya pergi? Yang selalu berjalan paling belakang dan menjaga anak-anak ketika orang tuanya sedang makan? Tunggu sampai saya kenalkan The Baby-Sitter’s Club (a.k.a BSC).

Berawal dari empat orang anggota, BSC berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah klien dan anggota. Saya sudah pernah menuliskan awal berdirinya BSC dan cara kerjanya di postingan yang ini.

Mungkin ini sudah menjadi kultur di Amerika, remaja di sana banyak yang menjadi baby-sitter untuk mendapatkan tambahan uang saku. Anggota BSC juga terdiri dari sekumpulan remaja berumur 13 tahun, bahkan ada dua yang berumur 11 tahun. Mereka juga bukan berasal dari kalangan tidak mampu. Kristy, President BSC, bahkan tinggal di sebuah mansion. Mereka menjadi baby-sitter karena menyukai anak-anak, selain senang juga dengan tambahan uang yang bisa mereka peroleh.

Tuesday, 5 April 2011

Setelah Sebelas Tahun

Di postingan sebelumnya saya menceritakan sedikit pertemuan pertama saya dengan The Baby-Sitters Club. Saya ingat betul keraguan ketika hendak memilihnya hingga hampir-hampir mengabaikannya.

Buku The Baby-Sitters Club (a.k.a. BSC) yang saya lihat waktu itu adalah seri #4, berjudul Mary Anne Jadi Pahlawan. Di antara tumpukan buku yang lain, warna kuning buku itu menarik perhatian saya. Saya sempat ragu ketika melihat cover belakangnya. Tertulis:

Perlu orang untuk menjaga anak?
Hemat waktu! Teleponlah The Baby-Sitters Club!


Well, menurutmu?

Saya berpikir kalau itu adalah buku ‘kuning’ yang khusus membahas dunia pengasuhan anak. Segera setelah saya yakin kalau itu adalah buku fiksi, saya memilihnya di antara yang lain. Harga buku itu Rp 3.500,- sementara pada price tag Gramedia tertulis Rp 5.000,- . Saya merasa masih tetap untung dari selisih kedua harga itu *wink*.

Halaman pertama meninggalkan kesan mendalam. Saya suka kalimat ini:

Monday, 4 April 2011

Ada Buku di Balik Nama

“Hi, Usedbookholic!”, sapa teman saya di ym.

Saat itu saya sedang ingin-inginnya membuat blog, dan ‘usedbookholic’ langsung mengena di hati saya.

Bukan tanpa alasan dia memanggil saya dengan sebutan itu. Saya penggemar berat buku bekas. Langkah kaki terasa ringan setiap kali melangkah ke Gudang Buku di Pasar Festival atau toko-toko buku bekas di Plasa Semanggi. Aroma buku(-yang bekas itu) membuat saya terlempar ke masa lalu, ke masa kanak-kanak saya. Mata saya mengawasi setiap judulnya dengan teliti dan berbinar ketika menemukan yang saya cari. Menemukan buku bekas favorit bagi saya, sama seperti mendapatkan diskon 70% di Centro bagi para pemburu baju, atau mungkin lebih baik lagi. Saya suka dengan ‘proses mencari’ ini. Hingga kadang saya berharap pencarian saya tak berkesudahan. (Okay, agak berlebihan memang.)

Jadi, Kenapa Baru Sekarang?

Okay, ini adalah blog pertama saya. Blog pertama yang benar-benar ingin saya buat. Tahun 2006, saya pernah punya satu blog. Blog itu saya buat sebagai tugas kuliah. Hanya ada dua artikel di dalamnya, itu pun tentang teknologi; sesuai dengan mata kuliah yang diambil. Karena tidak ingin repot, blog itu dibuat dari salah satu fitur friendster; jejaring sosial yang sedang booming saat itu. Itu pun masih dibantu oleh seorang sahabat karena saya gagap teknologi waktu itu (bahkan mungkin hingga kini. Eh?). Blog pertama itu saya beri nama thewaybackhome, terinspirasi oleh album terakhir The Corrs yang saya punya saat itu: Home. Formatnya sederhana. Blog didominasi warna putih dengan header berupa gambar jembatan. Iya, jembatan! Waktu yang saya pikirkan adalah hal-hal klasik. Sekarang setelah saya lihat lagi, entahlah, saya seperti dihadapkan pada gambar di sebuah kalender.

Ini blog (paling) pertama saya :)

Warm Regards

Hello again, Blog!