Jumat
20 Desember itu hari paling bahagia deh. Dua minggu ke depan libur, ada rencana jalan-jalan ke
Paris pula. Seminggu sebelumnya ritme kuliah agak berkurang, orang-orang sibuk
mempersiapkan Natal dan liburan akhir tahun. Kuliah hari terakhir itu diakhiri
dengan meditasi – iya, meditasi – yang dipimpin Wenusha dari Sri Lanka. Perfect!
Malamnya, ada acara International Students Party di International Club dekat Centrum. Acaranya sendiri
merupakan gabungan dari mahasiswa bachelor dan master. Setiap negara diminta
membawa masakan khas negaranya masing-masing. Sebagai satu-satunya orang
Indonesia di VHL Wageningen, saya ke sana membawa soto ayam. Siang sebelum
acara saya ke Ede Centrum dan membeli bahan membuat soto, termasuk bumbu instan
untuk kuah sotonya.
Jam 7, saya dan beberapa
teman jalan kaki ke International Club. Belakangan saya menyesal ikut jalan
kaki karena ternyata jauh. Lebih jauh dari Centrum malahan. Acara belum
dimulai, kaki sudah pegal-pegal.
International Club sudah
ramai ketika saya sampai di sana. Sudah ada meja panjang dengan berbagai
hidangan dari berbagai macam negara. Saya taruh bawaaan saya di meja dan
menuliskan Indonesia sebagai penanda asal negara. Ada beberapa kotak yang saya
bawa: untuk sayuran, ayam, telur, kuah, emping, bihun, dan sambal. Sayangnya tidak
ada kompor untuk memanaskan kuah. Saya bawa juga kecap dan bawang goreng.
Kanan bawah itu soto ayam yang saya bawa
Sekitar jam 8, acara
dimulai. Yang pertama adalah pengenalan makanan. Teman-teman dari Ethiopia dan
Eritrea paling heboh karena personilnya paling kompak. Saya langsung ingin ayam
dan telur khas sana yang diberi nama Doro Wet. Kelihatannya enak. Lucunya, ada
bule Belanda yang membawa oseng tempe. Tahu begitu saya masak oseng tempe juga
yang gampang dan tidak repot.
Setelah semua makanan
diperkenalkan satu-satu, acara selanjutnya tentu saja makan-makan. Saya suka
Doro Wet, tapi agak ragu mencoba makanan dari negara lain. Takut menyinggung
perasaan teman lain kalau ternyata saya tidak suka dan tidak menghabiskannya.
Soto ayam yang saya bawa
sudah tidak jelas bentuknya. Saya bilang ke teman-teman untuk mengambil sendiri
– mencampurkan semua bahannya sendiri haha! Kuah dan bihunnya masih tersisa,
saya bawa pulang lagi. Tidak ada yang komentar tentang sotonya, mungkin
dianggap aneh -_____- Iyalah, mana enak soto dengan kuah dingin.
Kenyang makan, musik dari
tiap-tiap negara mulai diputar. Wew.. saya tidak bawa musik dari Indonesia. Habis
bingung mau bawa apa. Mau bawa musik keroncong juga sepertinya tidak cocok.
Beberapa teman membawa musik yang enak untuk joget, jadilah kami membentuk
formasi lingkaran dan joget gaya bebas. Kadang ada satu atau dua orang yang
maju ke tengah lingkaran, menari-nari di situ. Saya juga sempat ditarik-tarik
dan ke tengah juga. It was fun! Haha!
Saya lupa pegal-pegal di kaki.
Setelah capek joget, ada training djimbe. Kelihatannya seru.
Karena jumlah orangnya lebih banyak dari djimbe-nya, ada dua kelompok yang
gantian bermain djimbe.
Melihat sudah hampir jam 10 malam, saya memutuskan
untuk pulang padahal keseluruhan acara sudah selesai. Saya pulang bersama tiga
teman lainnya. Dua orang memutuskan berjalan kaki, saya dan teman satunya lagi
memilih naik bis untuk pulang.
Saya biasanya paling
malas disuruh kumpul-kumpul. Saat itu pun sempat kepikiran untuk tidak
mengikuti acara International Students Party itu. Tapi setelah saya pikir-pikir
lagi, rasanya sayang melewatkan satu momen itu. Lagipula saya ingin – ehemm – mewakili Indonesia dan
memperkenalkan makanan khasnya (walaupun cuma bisa bikin soto ayam saja sih). Saya
bahkan pakai batik ke sana. Maybe I took
it seriously. But hey, I had a great time there! I danced ((DANCED)) and
enjoyed the music. So yeah, it’s worth it.
No comments:
Post a Comment