Saturday, 4 January 2014

International Students Party


Jumat 20 Desember itu hari paling bahagia deh. Dua minggu ke depan libur, ada rencana jalan-jalan ke Paris pula. Seminggu sebelumnya ritme kuliah agak berkurang, orang-orang sibuk mempersiapkan Natal dan liburan akhir tahun. Kuliah hari terakhir itu diakhiri dengan meditasi – iya, meditasi – yang dipimpin Wenusha dari Sri Lanka. Perfect!

Malamnya, ada acara International Students Party di International Club dekat Centrum. Acaranya sendiri merupakan gabungan dari mahasiswa bachelor dan master. Setiap negara diminta membawa masakan khas negaranya masing-masing. Sebagai satu-satunya orang Indonesia di VHL Wageningen, saya ke sana membawa soto ayam. Siang sebelum acara saya ke Ede Centrum dan membeli bahan membuat soto, termasuk bumbu instan untuk kuah sotonya.

Jam 7, saya dan beberapa teman jalan kaki ke International Club. Belakangan saya menyesal ikut jalan kaki karena ternyata jauh. Lebih jauh dari Centrum malahan. Acara belum dimulai, kaki sudah pegal-pegal.

International Club sudah ramai ketika saya sampai di sana. Sudah ada meja panjang dengan berbagai hidangan dari berbagai macam negara. Saya taruh bawaaan saya di meja dan menuliskan Indonesia sebagai penanda asal negara. Ada beberapa kotak yang saya bawa: untuk sayuran, ayam, telur, kuah, emping, bihun, dan sambal. Sayangnya tidak ada kompor untuk memanaskan kuah. Saya bawa juga kecap dan bawang goreng.

 Kanan bawah itu soto ayam yang saya bawa

Sekitar jam 8, acara dimulai. Yang pertama adalah pengenalan makanan. Teman-teman dari Ethiopia dan Eritrea paling heboh karena personilnya paling kompak. Saya langsung ingin ayam dan telur khas sana yang diberi nama Doro Wet. Kelihatannya enak. Lucunya, ada bule Belanda yang membawa oseng tempe. Tahu begitu saya masak oseng tempe juga yang gampang dan tidak repot.

Setelah semua makanan diperkenalkan satu-satu, acara selanjutnya tentu saja makan-makan. Saya suka Doro Wet, tapi agak ragu mencoba makanan dari negara lain. Takut menyinggung perasaan teman lain kalau ternyata saya tidak suka dan tidak menghabiskannya.

Soto ayam yang saya bawa sudah tidak jelas bentuknya. Saya bilang ke teman-teman untuk mengambil sendiri – mencampurkan semua bahannya sendiri haha! Kuah dan bihunnya masih tersisa, saya bawa pulang lagi. Tidak ada yang komentar tentang sotonya, mungkin dianggap aneh -_____- Iyalah, mana enak soto dengan kuah dingin.

Kenyang makan, musik dari tiap-tiap negara mulai diputar. Wew.. saya tidak bawa musik dari Indonesia. Habis bingung mau bawa apa. Mau bawa musik keroncong juga sepertinya tidak cocok. Beberapa teman membawa musik yang enak untuk joget, jadilah kami membentuk formasi lingkaran dan joget gaya bebas. Kadang ada satu atau dua orang yang maju ke tengah lingkaran, menari-nari di situ. Saya juga sempat ditarik-tarik dan ke tengah juga. It was fun! Haha! Saya lupa pegal-pegal di kaki.

Setelah capek joget, ada training djimbe. Kelihatannya seru. Karena jumlah orangnya lebih banyak dari djimbe-nya, ada dua kelompok yang gantian bermain djimbe.


Melihat sudah hampir jam 10 malam, saya memutuskan untuk pulang padahal keseluruhan acara sudah selesai. Saya pulang bersama tiga teman lainnya. Dua orang memutuskan berjalan kaki, saya dan teman satunya lagi memilih naik bis untuk pulang.

Saya biasanya paling malas disuruh kumpul-kumpul. Saat itu pun sempat kepikiran untuk tidak mengikuti acara International Students Party itu. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, rasanya sayang melewatkan satu momen itu. Lagipula saya ingin – ehemm – mewakili Indonesia dan memperkenalkan makanan khasnya (walaupun cuma bisa bikin soto ayam saja sih). Saya bahkan pakai batik ke sana. Maybe I took it seriously. But hey, I had a great time there! I danced ((DANCED)) and enjoyed the music. So yeah, it’s worth it.

No comments:

Post a Comment