Sunday, 5 January 2014

Rotterdam dan Delft


Senin pertama liburan – tanggal 23 Desember – saya jalan-jalan ke Rotterdam dan Delft. Saya ingin ke dua kota itu gara-gara membaca postingan Fransisca Widi di Backpacker Dunia. Ini alamat blog dia. Saya suka cara dia bercerita, sampai-sampai saya kepikiran untuk ke Delft hanya untuk makan apple pie di Kobus Kuch dan makan es krim di Otelli. Karena dekat dengan Delft, Rotterdam pun jadi tujuan saya. Kebetulan saya kangen makan KFC. Kebetulan juga ada KFC di Rotterdam. Cocok.

Sudah siang ketika saya sampai ke Rotterdam. Ini kali pertama saya ke sana. Seperti yang Fransisca bilang, Rotterdam itu beda dengan kota lainnya di Belanda. Banyak gedung tinggi yang membuatnya terlihat modern.




Siang itu cuaca mendung, angin kencang. Kalau sudah seperti itu inginnya selimutan di kamar saja. Saya melewati Lijnbaan tempat orang belanja-belanja. Tujuan saya cuma KFC. Muter-muter, saya nyasar ke China Town. Malah kebetulan karena ada Toko Wah Nam Hong di situ. Saya beli kacang ijo, gula jawa, Kusuka dan jajan lainnya. Lebih kebetulan lagi karena KFC ternyata satu deret dengan toko itu.

Saya pesan paket dua ayam dengan french fries. Satu potong ayam saya bawa pulang untuk makan malam. Rasa KFC-nya agak beda dengan yang di Jakarta. Gurih sih, tapi ada yang beda, entah apanya. Oya, mungkin karena saos sambalnya tidak pedas. Nama sambalnya sih 2Hot4U, tapi sebenarnya tidak pedas sama sekali. Kalah sama level 1-nya Maicih – kalau ada.


Dari KFC, saya kembali ke stasiun Rotterdam Centraal. Saya sudah niat pulang karena udara dingin. Tapi tanggung, cuma 10 menit naik ke Delft. Lagipula tujuan utama saya kan memang makan apple pie dan es krim.

Stasiun Delft ternyata kecil, tidak seperti bayangan saya semula. Saya ikuti petunjuk arah menuju Centrum. Angin semakin kencang, saya sempat ketar-ketir juga kalau tiba-tiba ada badai.


Setelah berjalan kaki lumayan jauh, saya sampai di Centrum. Suasana yang glommy ditambah Delft Centrum yang kuno – kontras dengan Rotterdam – membuat saya seperti berada di masa lalu.


Fransisca tidak memberikan detail lokasi Kobus Kuch, dia cuma bilang ada di Delft. Saya feeling saja kalau itu adanya di Centrum – feeling yang tepat karena saya akhirnya sampai ke Kobus Kuch. Senangnyaaa…


Tulisan Kobus Kuch yang kecil untungnya tertangkap mata. Menjelang sore, Kobus Kuch ramai pembeli. Akhirnya saya membeli apple pie untuk dibawa pulang.

Udara semakin dingin. Niatan untuk makan es krim langsung hilang. Yang ada saya malah ingin minum jahe anget. Walaupun tak niat mencari, ternyata saya melewati Otelli. Mungkin lain kali saya makan es krim di situ.


Sebelum kembali ke stasiun, saya beli pernak-pernik keramik Delft. Yang palsu sih, kalau yang asli dengan kualitas nomor satu harganya mahal. Biar deh yang penting ada oleh-oleh untuk dibawa pulang.



Sambil menunggu kereta, saya makan apple pie-nya. Benar kata Fransisca,  itu enak banget. Krimnya lembut dan sempurna untuk apple pie yang crunchy. Nyamm..

Kembali ke Wageningen, saya merasa nyaman. Meskipun cuaca mendung dan angin kencang, saya tahu ada kamar hangat yang sudah menunggu. Saat itu saya tahu, saya sudah menganggap kota ini sebagai rumah.

1 comment:

  1. Wah baru baca postingan ini :-O
    Baguussss tulisannya
    Makasih sudah mampir di blog Cescliciouz ;)
    Senang bisa menginspirasi org lain untuk menjelajah negeri kincir angin ;)

    ReplyDelete