Sunday, 6 October 2013

Arrival Programme VHL


Seminggu pertama di kampus, kami diwajibkan mengikuti Arrival Programme. Dimulai dari Senin, 23 September 2013.

Setelah bertanya pada seseorang di Building 86, saya tahu jalan menuju pintu samping menuju halte bis 88. Ternyata dekat, tak lebih dari 10 menit. Pintu yang Sabtu lalu saya lewati ternyata pintu utama. Pantas jauh dari halte. Bis datang setiap 15 menit sekali, 2 euro sekali jalan dari Ede ke Wageningen. Bisnya besar dengan warna biru muda. Saya lega sudah mengetahui rute ke kampus.

Saya duduk di dekat jendela yang lebar dan bersih. Ede terlihat cantik di pagi hari dengan ladang-ladang dan rumah-rumah desanya. Saya semakin suka dengan kota kecil ini.

Sampai di Halte Droevendaalsesteeg, saya turun. Kampus ada di jalan itu. Jadi, kampus Van Hall Larenstein (VHL) ada di Forum Building, berbagi kampus dengan Wageningen University. VHL dan WU adalah sister university. Kampus VHL sendiri ada di tiga kota: Wageningen, Velp, dan Leeuwarden. Wageningen memang dikhususkan untuk siswa master. Lucunya, kampus VHL di Leeuwarden sebagian justru digunakan siswa master Universitas Twente.

Begitu turun dari bis, saya langsung ikuti langkah orang-orang lain. Mereka juga pasti akan kampus. Benar saja, tak lama nampak Forum Building. Gedung yang biasanya saya lihat di website, sekarang ada di hadapan. Untuk menuju Forum, saya melewati Gaia, Atlas, Orion, Lumen dan gedung-gedung lainnya. Satu kompleks kampus ini sangat luas, saya tak menyadarinya hanya dengan melihat dari website. Banyak ruang terbuka yang luas, siswa dari berbagai macam negara lalu-lalang. Mellow malam sebelumnya berganti dengan semangat baru.


Senin itu niatnya saya hanya datang untuk melihat kampus. Lalu saya ingat kalau ada meeting pukul 11.30 di lantai 6. Jadwal meeting itu sendiri dikirim lewat email, saya hampir saja melupakannya karena terpatok pada jadwal Arrival Programme. Untunglah saya datang pagi, masih banyak waktu sampai meeting dimulai.







Tipikal orang Belanda, 11.30 tepat meeting sudah dimulai. Saya perhatikan siswa master Management of Development, rata-rata didominasi oleh Afrika dan Asia. Ada seorang perempuan yang saya pikir orang Indonesia, belakangan saya tahu kalau dia orang Filipina.

Pertemuan hari itu hanya membahas garis besar acara di Arrival Programme.  Di hari itu juga kami melihat Ms. Ingrid pertama kalinya. Dia mendapat tepuk tangan meriah. Selaku Koordinator Siswa Internasional, dialah yang paling sering berhubungan dengan kami.

Saya pulang ke Ede dengan dua orang teman baru: Eva dari South Sudan dan Karen dari Filipina. Kami bertiga tinggal di Maurits Building 86. Sebelum sampai Building 86, Eva mengajak saya ke supermarket dekat halte bis. Hari itu, saya tahu semuanya akan lebih mudah dengan teman-teman baru ini.

Selasa, 24 September. Saya kembali ke kampus pukul 10.00 untuk mengambil money card. Ini diperuntukkan untuk siswa yang mendapat beasiswa The Netherlands Fellowship Programme (NFP). Tiap kartu sudah terisi 1000 euro. Lumayan. Pulang dari kampus, saya ke stasiun kereta membeli OV-Chipkaart. Ini adalah kartu serbaguna yang bisa dipakai untuk naik semua kendaraan umum di Belanda. Kartu itu sendiri seharga 7.5 euro, saya beli saldo 20 euro. Kalau dengan uang cash, kita harus membayar 2 euro untuk Ede-Wageningen. Tapi dengan OV-Chipkaart, harganya bisa lebih murah. Selain itu, kartu ini juga lebih praktis.

Esoknya, Rabu, tak ada kegiatan di kampus. Setelah mencuci baju (btw, ini pertama kalinya saya mencuci baju dengan mesin cuci, Eva memberi tahu caranya), saya ke Ede Centrum. Tidak seperti Sabtu lalu ketika saya harus berjalan kaki ke sana, kali ini saya akan ke Centrum naik bis. Kali ini saya tahu ada bis dengan tujuan Centrum.

Saat sedang melihat-lihat, tiba-tiba ada seseorang yang menyapa.

“Dari Indonesia?”

Saya mengiyakan. Dia bilang dia juga dari Indonesia. Matanya biru, tapi Bahasa Indonesianya lancar. Umurnya sekitar 50-60 tahun. Mungkin dia separuh Indonesia, separuh Belanda. Dia bilang dia punya banyak kenalan orang Indonesia, pernah juga ke Indonesia. Saya tak bertanya lebih banyak juga.

Mengetahui saya dari Indonesia, dia insist mengajak saya keliling Centrum. Dia mengajak saya jalan-jalan, memberi tahu mana toko murah, mana yang mahal. Dia mengajak saya ke second hand shop yang menjual pakaian juga. Saya beli satu jaket di sini dengan harga jauh lebih murah dibanding harga toko. Kami sempat minum teh bareng sebelum berpisah.


Kamis, 26 September, saya ke kampus hanya dengan sweater. Keputusan yang saya sesali kemudian. Saya pikir udara akan hangat seperti kemarin. Salah besar. Udara dingin dengan angin kencang. Tangan saya dingin dan kaku.

Saya ke kampus lagi untuk tes X-Ray. Ini wajib untuk semua siswa baru. Dari sana, saya ke Municipality di Wageningen Centrum untuk registrasi.

Wageningen Centrum lebih kecil dibanding Ede Centrum. Turun dari bis, saya beli makan untuk menghangatkan badan.

Ada toko kecil di dekat halte, saya pesan ayam goreng dan french fries di sana. Meskipun di gambar terlihat kecil, porsi aslinya ternyata besar. Well.. ini juga yang saya amati di sini. Porsi makan orang Belanda besar-besar. Saya selalu membagi jadi dua makanan yang saya beli di luar. Bukan hanya untuk mengirit, tapi juga karena memang porsinya terlalu besar buat saya. Karena tidak habis, saya minta kantong makanan untuk dibawa pulang.


Setelah makan, saya ke toko baju untuk membeli baju. Udara semakin dingin dan saya tahu tak bisa bertahan lama dengan kondisi ini. Saya beli satu sweater lagi yang lebih tebal, langsung saya pakai saat itu juga. Lumayan membuat badan menjadi hangat.

Saya sampai di Municipality pukul 13.00 seperti yang dijadwalkan. Tipikal orang Belanda, waktu haruslah tepat. Tidak boleh datang lebih awal, apalagi datang terlambat. Kampus sudah membuatkan jadwal untuk siswa baru, ini memudahkan saya untuk melakukan registrasi.

 Gereja di Wageningen Centrum

Baru duduk 15 menit, nama saya dipanggil. Saya maju ke depan. Ada dua loket, saya datangi loket sebelah kanan. Ibu-ibu petugas loket hanya mengkonfirmasi semua informasi dari kampus, termasuk kapan saya datang ke Belanda. Setelah itu, saya mendapat BS number. Dengan BSN, saya bisa membuka tabungan di bank lokal.

Dalam perjalanan balik ke halte bus di Centrum, saya melihat ada Rabo Bank. Saya datangi untuk mencari tahu prosedur membuka rekening di sana. Well.. ternyata saya harus membuat appointment dulu untuk itu, and it takes weeks! Mereka bahkan menyarankan saya untuk mencari bank lain yang lebih cepat prosesnya. Kampus memang merekomendasikan ABN-Amro dan ING. Saya berencana mencoba mengajukan aplikasi ke ABN-Amro melalui kampus.

Jumat, 27 September. Saya tidak berencana ke kampus hari itu, namun Eva mengajak saya ke sana untuk mengajukan aplikasi ke ABN-Amro. Sekitar pukul tiga sore kami sampai kampus, menge-print lembar aplikasi, menandatanganinya dan menyerahkannya ke Service Point VHL. Saya berharap tak perlu waktu lama untuk membuka rekening.

Dari kampus, kami ke Wageningen Centrum untuk makan. Saya kembali ke toko kecil hari sebelumnya. Kali ini saya mencoba Mini Loempia. Enak! It feels like home..

Setelah ke Centrum, kami ke Asserpark. Itu adalah permanent student housing untuk Eva. Dia sudah dikirimi email oleh kampus dari beberapa hari yang lalu, sementara saya belum mendapatkan email sampai hari itu. Asserpark tidak sejauh Maurits, namun tetap harus menggunakan sepeda atau bis untuk menuju Forum. Akan sangat jauh jika harus berjalan kaki.

Saya berharap bisa menempati kamar di Bornsesteeg. Itu adalah student apartment yang paling dekat dengan Forum, hanya lima menit berjalan kaki. Apalagi kalau bisa mendapat private bathroom dan toilet, saya pasti akan sangat senang.

Arrival Programme sudah usai. Minggu depan kami akan mulai Introduction Day. Tapi sebelum itu, saya sudah merencakan jalan-jalan ke Amsterdam Sabtu besok! Yay!

2 comments:

  1. Dear anggie..
    Salam kenal, saya nurul. Akhir september ini,saya akab mulai kuliah di vhl..
    Bisa kasih info tentang besarnya biaya hidup disana..n apa aja yg musti saya siapin dr indonesia ? Oh ya..ada kontak pribadi yg bisa saya hub kah? Trimakasih..

    ReplyDelete
  2. Halo Nurul, ada Whatsapp gak? Kirim nomornya ke email saya di anggita.miftah@gmail.com ya..

    ReplyDelete