Thursday 24 October 2013

Pengamatan Sebulan


Saya baru sebulanan tinggal di Belanda. Masih terbilang sebentar sih. Tapi ada beberapa hal yang saya perhatikan dari kehidupan masyarakat di sini. Ini beberapa di antaranya:



1.      Cards…cards…everywhere…

Baru 34 hari di Belanda dan saya sudah punya 5 kartu: money card, OV-Chipkaart, Chipknip, student card dan kartu debit. Money card diberikan kampus untuk men-transfer uang beasiswa. Kartu itu hanya untuk sementara sampai anak-anak beasiswa punya rekening bank. Kartu debit saya dapatkan setelah membuka rekening di bank ABN-Amro. Orang-orang di sini seringkali membayar menggunakan kartu, entah debit entah kredit. Kecuali belanja dengan nominal kecil, jarang saya liat orang belanja di supermarket dan membayar dengan uang.



Oya, bahkan untuk membayar sewa kamar di InFacilities dan Idealis saja harus menggunakan money card (atau selanjutnya kartu debit). Ada mahasiswa yang datang membawa uang tunai untuk membayar biaya sewa, langsung ditolak. Semua harus memakai kartu.



OV-Chipkaart diperlukan untuk membayar biaya transportasi, entah naik bis, trem, atau kereta. Saat naik bis, kita bisa membayar dengan uang euro. Tapi jatuhnya jadi lebih mahal. Sebagai gambaran, tanpa OV-Chipkaart kita harus membayar 2 euro untuk rute dekat-jauh dalam kota. Tapi dengan kartu tersebut, harganya tak sampai 2 euro.



Di kampus, Chipknip paling sering digunakan. Ingin beli kopi? Pakai Chipknip. Ingin minum coklat panas? Beli dengan Chipknip. Ingin fotocopy dan nge-print? Bayar menggunakan Chipknip. Uang betulan kalah dengan Chipknip. Ini membuat saya frustasi di awal-awal. Saya punya uang tapi tidak bisa membeli coklat panas seharga 0.65 euro. Itu kan menyebalkan! Yang sering terjadi, saya pinjam Chipknip teman dan membayarnya dengan uang. Sekarang setelah saya punya Chipknip, semuanya jadi lebih mudah.



2.      Appointment is a must

Ritme kerja orang Belanda teratur. Mereka juga sangat mengapresiasi waktu. Telat 5 menit saja bisa disindir habis oleh dosen. Mungkin karena itulah, apa-apa mereka butuh janjian.



Untuk lapor diri ke kantor walikota, kampus sudah menjadwalkan waktu untuk kami. Kalau dibilang jam 2, kami harus datang jam 2. Cobalah datang jam 1, pasti tidak dilayani.



Ketika saya hendak membuka rekening bank, yang pertama saya datangi adalah Rabo Bank. Ternyata untuk hal sederhana itu saja saya harus membuat appointment terlebih dulu; dan itu butuh waktu sampai tiga minggu. Akhirnya saya memilih mendaftar melalui kampus untuk membuka rekening di ABN-AMRO.



Appointment bukan hanya untuk hal yang formal, orang sini terbiasa membuat appointment untuk berkunjung ke rumah teman atau saudara. Kalau belum kenal dekat, tidak disarankan berkunjung mendadak ke rumah teman. Mereka bisa saja merasa terganggu.



3.      Hoi!

Atau goedenmiddag, goedenmorgen, hello, atau sapaan khas Belanda hoi! Setiap kali naik bis, orang di sini rajin menyapa supir bis. Begitupun sebaliknya. Saya jadi terbawa ikut menyapa juga. Dan oh, itu juga berlaku untuk  kasir di swalayan atau penjual di toko-toko besar ataupun kecil.



4.      You need a bag? Buy one please…

Di swalayan, kantong plastik itu tidak gratis seperti di Indonesia. Karena tidak ingin terus membayar untuk kantong plastik, saya selalu membawa kantong sendiri kemana-mana. Orang di sini juga begitu. Mereka biasanya punya kantong yang lebih tebal untuk menaruh belanjaan mereka. Oya, mereka juga punya semacam troli kecil untuk berbelanja. Dengan begitu, mereka tidak perlu mengangkat belanjaan. Mereka hanya tinggal mendorong/menyeret troli berisi belanjaan tadi.



5.      Dog walking

Orang di sini suka mengajak anjingnya jalan-jalan. Setiap kali ke Centrum, pasti ada saja yang membawa anjingnya. Karena saya takut anjing – selucu apapun itu – biasanya saya memilih menghindar atau setidaknya menjauh. Anjing juga diperbolehkan naik bis. Pernah orang yang duduk di sebelah saya membawa anjingnya. Saya langsung berharap si anjing tidak mencium aroma takut saya.



6.      Biking!

Bicara tentang orang Belanda tanpa membicarakan sepeda? Rasanya kurang lengkap. Bersepeda seperti hal yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Belanda. Setiap saat saya melihat orang-orang bersepeda. Beberapa yang sudah mahir bersepeda dengan hanya satu tangan, sementara tangan yang lain memegang HP. Saya beberapa kali juga melihat orang bersepeda lepas tangan. Sepertinya mudah saja buat mereka.



Awalnya saya sempat niat membeli sepeda, tapi demi melihat student housing yang dekat dengan kampus, saya batalkan niat itu. Saya masih takut naik sepeda. Saya pernah bisa naik sepeda, tapi sekarang sudah tidak pede lagi.



Well, itu beberapa hal yang saya amati sebulanan ini. Mungkin di postingan selanjutnya ada hal-hal lain yang bisa saya tambahkan.

No comments:

Post a Comment