Saya baru sebulanan tinggal di Belanda. Masih terbilang
sebentar sih. Tapi ada beberapa hal yang saya perhatikan dari kehidupan
masyarakat di sini. Ini beberapa di antaranya:
1.
Cards…cards…everywhere…
Baru 34 hari di
Belanda dan saya sudah punya 5 kartu: money
card, OV-Chipkaart, Chipknip, student card dan kartu debit. Money card diberikan kampus untuk men-transfer uang beasiswa. Kartu
itu hanya untuk sementara sampai anak-anak beasiswa punya rekening bank. Kartu debit saya
dapatkan setelah membuka rekening di bank ABN-Amro. Orang-orang di sini
seringkali membayar menggunakan kartu, entah debit entah kredit. Kecuali
belanja dengan nominal kecil, jarang saya liat orang belanja di supermarket dan
membayar dengan uang.
Oya, bahkan
untuk membayar sewa kamar di InFacilities dan Idealis saja harus menggunakan money card (atau selanjutnya kartu
debit). Ada mahasiswa yang datang membawa uang tunai untuk membayar biaya sewa,
langsung ditolak. Semua harus memakai kartu.
OV-Chipkaart
diperlukan untuk membayar biaya transportasi, entah naik bis, trem, atau
kereta. Saat naik bis, kita bisa membayar dengan uang euro. Tapi jatuhnya jadi
lebih mahal. Sebagai gambaran, tanpa OV-Chipkaart kita harus membayar 2 euro
untuk rute dekat-jauh dalam kota. Tapi dengan kartu tersebut, harganya tak
sampai 2 euro.
Di kampus,
Chipknip paling sering digunakan. Ingin beli kopi? Pakai Chipknip. Ingin minum
coklat panas? Beli dengan Chipknip. Ingin fotocopy dan nge-print? Bayar menggunakan Chipknip. Uang betulan kalah dengan
Chipknip. Ini membuat saya frustasi di awal-awal. Saya punya uang tapi tidak
bisa membeli coklat panas seharga 0.65 euro. Itu kan menyebalkan! Yang sering
terjadi, saya pinjam Chipknip teman dan membayarnya dengan uang. Sekarang
setelah saya punya Chipknip, semuanya jadi lebih mudah.
2.
Appointment
is a must
Ritme kerja
orang Belanda teratur. Mereka juga sangat mengapresiasi waktu. Telat 5 menit
saja bisa disindir habis oleh dosen. Mungkin karena itulah, apa-apa mereka butuh
janjian.
Untuk lapor
diri ke kantor walikota, kampus sudah menjadwalkan waktu untuk kami. Kalau
dibilang jam 2, kami harus datang jam 2. Cobalah datang jam 1, pasti tidak
dilayani.
Ketika saya
hendak membuka rekening bank, yang pertama saya datangi adalah Rabo Bank. Ternyata
untuk hal sederhana itu saja saya harus membuat appointment terlebih dulu; dan itu butuh waktu sampai tiga minggu.
Akhirnya saya memilih mendaftar melalui kampus untuk membuka rekening di
ABN-AMRO.
Appointment bukan hanya untuk
hal yang formal, orang sini terbiasa membuat appointment untuk berkunjung ke rumah teman atau saudara. Kalau
belum kenal dekat, tidak disarankan berkunjung mendadak ke rumah teman. Mereka
bisa saja merasa terganggu.
3.
Hoi!
Atau goedenmiddag, goedenmorgen, hello, atau
sapaan khas Belanda hoi! Setiap kali
naik bis, orang di sini rajin menyapa supir bis. Begitupun sebaliknya. Saya
jadi terbawa ikut menyapa juga. Dan oh, itu juga berlaku untuk kasir di swalayan atau penjual di toko-toko
besar ataupun kecil.
4.
You
need a bag? Buy one please…
Di swalayan, kantong
plastik itu tidak gratis seperti di Indonesia. Karena tidak ingin terus
membayar untuk kantong plastik, saya selalu membawa kantong sendiri
kemana-mana. Orang di sini juga begitu. Mereka biasanya punya kantong yang
lebih tebal untuk menaruh belanjaan mereka. Oya, mereka juga punya semacam
troli kecil untuk berbelanja. Dengan begitu, mereka tidak perlu mengangkat
belanjaan. Mereka hanya tinggal mendorong/menyeret troli berisi belanjaan
tadi.
5.
Dog
walking
Orang di sini suka
mengajak anjingnya jalan-jalan. Setiap kali ke Centrum, pasti ada saja yang
membawa anjingnya. Karena saya takut anjing – selucu apapun itu – biasanya saya
memilih menghindar atau setidaknya menjauh. Anjing juga diperbolehkan naik bis.
Pernah orang yang duduk di sebelah saya membawa anjingnya. Saya langsung
berharap si anjing tidak mencium aroma takut saya.
6.
Biking!
Bicara tentang
orang Belanda tanpa membicarakan sepeda? Rasanya kurang lengkap. Bersepeda
seperti hal yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Belanda. Setiap saat
saya melihat orang-orang bersepeda. Beberapa yang sudah mahir bersepeda dengan
hanya satu tangan, sementara tangan yang lain memegang HP. Saya beberapa kali
juga melihat orang bersepeda lepas tangan. Sepertinya mudah saja buat mereka.
Awalnya saya
sempat niat membeli sepeda, tapi demi melihat student housing yang dekat dengan kampus, saya batalkan niat itu.
Saya masih takut naik sepeda. Saya pernah
bisa naik sepeda, tapi sekarang sudah tidak pede lagi.
Well,
itu beberapa hal yang saya amati sebulanan ini. Mungkin di postingan selanjutnya ada hal-hal lain
yang bisa saya tambahkan.
No comments:
Post a Comment