Senin, 30 September 2013. Pukul 9 pagi, semua siswa
master Management of Development dikumpulkan
di lantai 6 Forum. Staf pengajar satu per satu memperkenalkan diri. Dua orang siswa
maju untuk memukul gong tanda dimulainya Introduction
Weeks.
Setelah itu, kami dibagi menjadi dua kelompok.
Saya masuk Kelompok 2 bersama dengan Karen. Mayoritas siswa berasal dari
Afrika. Wajar sih, karena negara-negara itu – juga negara-negara di Asia –
sedang membangun. Selain Karen saya mendapat kenalan baru: Tui dari Thailand
dan Lee dari Korea Selatan.
Kelompok 2 dipandu oleh Mr. Klein. Inti seharian
itu adalah perkenalan. Kami maju satu per satu memperkenalkan diri. Tapi bukan
itu yang menarik.
Setelah semua memperkenalkan diri masing-masing,
kami disuruh menggambar apapun yang berkaitan dengan diri sendiri ataupun
kondisi di negara asal. Saya menggambar keluarga, rumah, kereta api, pantai,
gunung, sekolah, dan Monas. Ada cerita di balik setiap gambar yang saya buat.
Selesai menggambar, kami disuruh maju
menceritakan gambar tersebut. Ada yang hanya menggambar anjing. Dia bilang dia
memiliki sifat seperti anjing, penurut jika diperlakukan dengan baik, tapi bisa
buas kalau diperlakukan sebaliknya. Ada yang hanya menggambar kucing. Dia bilang
dia pemalas dan suka santai seperti kucing (ps. Dia telat datang dua kali).
Ada yang menangis ketika cerita tentang anaknya.
Ada yang sampai menghabiskan tiga lembar A4 untuk menggambar, padahal yang
diminta hanya selembar. Semuanya punya cerita. Gambar kami dipajang di dinding
dekat pintu.
Mr. Klein kemudian menempelkan selotip hitam
panjang di lantai, membagi kelas menjadi dua. Kami disuruh berkumpul
membelakangi garis, sementara Mr. Klein ada di hadapan kami.
“Disadari atau tidak, kalian selalu tersenyum
ketika mengingat rumah,” Mr. Klein memulai.
“Itu adalah zona nyaman kalian, ada keluarga di
sana, ada teman-teman. Itu adalah masa lalu. Tapi ini,” Mr. Klein menunjuk
lantai dia berdiri, “..adalah masa depan kalian. Van Hall Larenstein adalah
masa depan kalian.”
Dia mengatakan bahwa setahun ke depan tidak mudah
untuk dilewati tanpa kehadiran keluarga, tapi dia mengharapkan kami bisa
berjuang lebih keras dan belajar lebih giat. Mr. Klein meminta kami menyampaikan
ekspektasi kuliah di VHL.
Setelah menyampaikan harapan, masing-masing siswa
diberi selamat dan diijinkan meloncati garis. Secara simbolis, itu artinya siswa
tersebut sudah move on dari masa lalu
dan siap melangkah ke masa depan bersama VHL.
Selasa, 1 Oktober. Kami kembali masuk pukul
sembilan, kali ini berdasarkan course.
Saya bergabung dengan teman-teman lain dari Rural
Development and Communication. Ada 12 orang dalam satu kelas, tidak
sebanyak kelas lain seperti Rural
Development and Food Security yang mencapai 20 lebih. Staf pengajar hari itu adalah Ms. Witteveen yang juga koordinator
program untuk course yang saya ambil.
Kami berkenalan sebentar, kemudian diberi
penjelasan seputar Rural Development and
Communication. Siangnya, saya kembali masuk Kelompok 2 dengan Karen. Kami
diajari cara menulis CV dan membuat portfolio oleh Ms. Wintermans. Kami juga
diberi tugas untuk mencari data mengenai produksi beras di Vietnam. Tugas
kuliah paling pertama!
Rabu, 2 Oktober. Kelompok 2 kembali diajar oleh
Ms. Wintermans, kali ini mengenai learning
styles. Ada empat learning styles
menurut Kolb: Concrete, Active, Abstract,
dan Reflection. Setelah mengisi tabel, saya masuk kategoti Abstract. Orang yang masuk kategori Concrete rata-rata adalah Doer, Active adalah Dreamer, Reflection adalah Thinker,
dan Abstract adalah Decisioner.
Hari itu kelas hanya berlangsung setengah hari
karena sorenya akan ada graduation
ceremony untuk angkatan tahun lalu. Kami diwajibkan datang.
Saya sampai di Hotel Hof Van Wageningen setengah
jam sebelum acara dimulai. Kakak-kakak kelas yang akan diwisuda ditandai dengan
bunga yang disematkan di dada. Para prianya memakai jas klimis dengan sepatu
licin, yang perempuan memakai gaun – beberapa gaun tradisional. Mbak Tia dari
Indonesia memakai kebaya yang cantik.
Setelah sambutan ini-itu dan menonton film
dokumenter tentang angkatan 2012 yang mengharukan, acara intinya pun dimulai. Jadi,
inilah wisuda ala VHL.
Setiap koordinator program akan maju ke panggung bersama
semua siswa yang lulus. Dia lalu memanggil siswanya satu per satu, dan ini
menariknya: koordinator program akan memberikan penilaian personalnya tentang
si siswa, misal “X adalah siswa yang tekun dan pintar. Dia tidak pernah datang
terlambat dan selalu aktif di kelas blabla..” Semua pernyataan yang disampaikan
memotivasi siswa, tidak ada penilaian yang buruk. Ini menunjukkan koordinator
program tahu persis karakter dan sifat tiap-tiap siswanya.
Saking dekatnya hubungan antara pengajar dan
siswa, seorang koordinator program bahkan menangis ketika menceritakan tentang
seorang siswa. Acara wisudaan ini sangat personal dan menyentuh.
Selesai acara ini, kami makan malam bersama. Saya
makan nasi, ayam, dan ikan yang ternyata enak. Beberapa pengajar maju ke depan
dan bernyanyi bersama, ada yang memainkan alat musik juga. Kemudian para siswa
ikut bergabung ke depan. Sweet!
Kamis, 3 Oktober. Hari itu kami semua akan
jalan-jalan ke Open Air Museum di
Arnhem, sekitar 30 menit dari Wageningen. Kami naik bis tingkat, dan saya
memilih duduk di atas dengan Karen.
Museum ini didirikan sejak 1912 dan dimaksudkan
supaya generasi muda Belanda tahu sejarah bangsanya. Hebatnya, semua bangunan
di sana adalah asli, bukan bangunan baru yang sengaja dibuat untuk museum.
Kami melihat rumah kuno dan perkembangannya
hingga menjadi lebih modern. Kami melihat beberapa kincir angin juga. Untuk
mengelilingi museum, kami naik trem yang antik.
Yang agak menganggu dari jalan-jalan ini, kami
diwajibkan membuat laporan dan presentasi tentang museum dan juga harus
menjawab beberapa pertanyaan spesifik tergantung kelompok. Saya satu kelompok
dengan Tui, Lee, Valeria, dan Dauda. Kami diminta menganalisis tentang kincir
angin.
Karena harus membuat laporan, fokus saya dan
keompok hanya pada kincir angin. Saya bahkan tidak sempat ke Taman Indonesia karena
waktu saya habis di beberapa kincir angin.
Sebelum pulang, kami semua menonton di HollandRama,
semacam nonton film di bioskop tapi dengan kursi yang bisa digeser kiri-kanan
dan bisa naik-turun. Film yang kami tonton berkisar tentang sejarah Belanda,
diselingi dengan semacam diorama sebesar ruang kelas. Yang keren adalah saat
kursi mulai bergerak-gerak. Ada satu-dua orang yang mengambil inisiatif untuk
tepuk-tangan, yang untungnya tidak diikuti yang lain.
Saya pulang dari museum dengan hati gembira.
Jumat adalah hari terakhir untuk Introduction Weeks di minggu pertama.
Kami menghabiskan seharian itu dengan latihan menulis, terutama menyiapkan
rencana untuk calon thesis. Well.. ini
masih minggu perkenalan dan kami sudah disarankan membuat rencana thesis. Saya
terus-terang belum ada gambaran.
Akhirnya minggu pertama selesai sudah. Masih ada
minggu kedua dimana kami harus menyampaikan laporan dan presentasi. Minggu ini
saja sudah ada tiga tugas untuk diselesaikan.
Alumni VHL bilang setahun ke depan akan berat
dengan padatnya jadwal dan thesis yang harus diselesaikan. Saya tahu itu. Banyak
teman sekelas yang sudah sangat ahli dalam managemen pembangunan, beberapa bahkan
punya posisi yang tinggi dengan banyak staf. Sementara pengetahuan saya masih
sangat terbatas. Yang bisa saya lakukan adalah belajar lebih keras, membaca
lebih banyak. Fingers crossed.
No comments:
Post a Comment