Senin, 7 Oktober 2013; hari pertama Introduction
Weeks minggu kedua. Seperti biasa kami masuk pukul 9 pagi. Kali ini kami
dibagi menjadi tiga kelompok. Saya masuk kelompok 1 – masih satu kelompok
dengan Karen. Kami kembali diajar oleh Ms. Wintermans. Kelompok 2 diajar oleh
Ms. De Moor, dan kelompok 3 oleh Mr. Klein.
Tema pagi itu adalah Culture. Kami
disuruh membandingkan antara budaya negara masing-masing dengan budaya Belanda.
Kelompok 1 dibagi menjadi grup lebih kecil, satu grup terdiri dari 4-5 orang. Grup
saya terdiri dari Indonesia, Filipina, Eritrea, Tanzania, dan Ghana.
Pembahasan tentang budaya selalu menarik. Dari diskusi grup kecil saja ada
hal baru yang bisa saya ambil pelajarannya. Ada seorang teman Afrika yang
‘mengeluh’ dan menganggap beberapa orang
Asia tidak hangat. “Kalau kami sapa, mereka hanya tersenyum. Terkadang diam
saja.” Ini berlaku juga untuk orang Eropa.
Saya pernah membahas hal ini dengan Karen. Teman-teman Afrika kami sangat
ramah, terlalu ramah bahkan. Setiap kali bertemu, mereka akan menyapa “How are you?” terkadang sambil mengulurkan
tangannya untuk bersalaman. Dalam sehari, minimal sepuluh kali saya mendapat
sapaan seperti itu.
Saat itu saya bilang ke Karen, saya ingin membuat kaos dengan tulisan “I’m fine.” Jadi setiap kali ada yang
menyapa, saya tinggal tunjukkan kaos itu saja. Haha! Karen bilang, dia ingin
sesekali menjawab dengan detail pertanyaan tadi dan membuat si penanya jadi ilfeel.
Mendengar keluhan teman tadi, saya pikir wajar saja kalau mereka hanya
membalas dengan senyum. Itu mungkin karena belum kenal secara pribadi. Kenal
secara pribadi saja belum tentu bisa dekat.
Dulu ketika masih tinggal di Maurits, ada teman satu kampus yang saya
kenal. Laki-laki. Kami beberapa kali ngobrol bareng. Tapi toh ketika dia bilang
mau main ke kamar saya, rasanya saya masih tidak nyaman. Masih risih. Ini beda
dengan Eva. Ketika saya main ke tempat Eva di Asserpark, ada teman laki-laki
kami yang juga sedang main ke kamarnya. Eva menanggapinya biasa saja.
Sesi Culture ini berlangsung
setengah hari. Sebelum kelas berakhir, kami diberi penjelasan tentang budaya
masyarakat Belanda. Tentang ini nanti saya tulis di postingan terpisah.
Di sesi selanjutnya, kami kembali ke formasi dua kelompok seperti minggu
lalu. Kami diajar oleh Mr. Klein dengan materi study and professional skill. Salah satu yang diajarkan adalah cara
memberi feedback yang baik.
Feedback is a gift.
Demikian kata Mr. Klein. Kalau seseorang memberi kita feedback, terima saja. Tidak ada sanggahan, tidak perlu menjelasan.
Ketika kita memberikan feedback, artinya
kita memberi tahu seseorang tentang apa yang kita rasakan. Tidak ada yang benar atau salah dalam sebuah feedback, karena tidak ada yang benar
atau salah dalam hal kita merasa. Yang salah kadang cara kita memberikan feedback.
Selasa, 8 Oktober. Kami kembali mendapat writing class. Seharian; sama seperti Jumat yang lalu. Pengajar
kelas ini adalah dosen luar dari Peru. Beda dengan pengajar lain yang fun dan memperbanyak diskusi grup,
pengajar kelas ini lebih banyak menjelaskan. Kelas seperti berjalan satu arah.
Kadang ada interaksi dengan siswa, tapi porsinya jauh lebih kecil. Dalam
pengamatan saya, banyak yang tidak sreg dengan kelas ini. Membosankan.
Esoknya, Rabu 9 Oktober, kami dibagi menjadi tiga kelompok. Ada tiga sesi
seharian ini. Yang pertama, kunjungan ke perpustakaan. Kami diajari cara
mencari dan meminjam buku di perpus. Buku fisik yang dimiliki kampus tidak
terlalu banyak, tapi versi online-nya melimpah. Dengan akses internet yang
cepat, informasi bisa didapat dalam sekejap. Perpustakaan di Forum Building
sengaja dibentuk bulat, menggambarkan dunia dengan semua pengetahuan di
dalamnya.
Sesi kedua bertempat di ruang komputer. Kami diajari segala macam hal yang
berkaitan dengan akses internet di kampus. Kami juga diperkenalkan dengan
Blackboard. Ini adalah aplikasi yang memuat semua hal yang berhubungan dengan
perkuliahan; mulai dari pengumuman, tugas, sampai materi kuliah, semua ada di
situ. Kami bisa mengecek jadwal melalui Blackboard. Karena sangat dinamis, kami
harus mengecek Blackboard setiap hari. Jadwal dan ruang kuliah bisa berubah
sewaktu-waktu, atau bisa saja ada pengumuman penting. Karena aplikasi ini juga,
kami tak perlu repot meng-copy materi
kuliah. Begitu kelas selesai, hari itu juga kami sudah mendapat materi yang
telah diajarkan di Blackboard. Praktis kan?
Di sesi terakhir hari itu, Ms. Wintermans memberikan materi mengenai report writing. Materi yang diberikan
hanya sedikit, selebihnya dia memberikan kesempatan buat tiap-tiap kelompok
untuk menyelesaikan laporan hasil kunjungan ke museum.
Kelompok pertama saya
Kamis, 10 Oktober. Hari ini kelas hanya berlangsung setengah hari.
Masing-masing kelompok hanya melakukan presentasi. Esoknya, Jumat 11 Oktober
adalah hari terakhir Introduction Weeks. Hari
ini istimewa, karena kelas dijadikan satu dengan dua pengajar: Mr. Klein dan
Ms. Wintermans. Kami diberi tayangan video tentang Belanda, juga penjelasan
mengenai budaya dan kebiasaan mereka. Tapi bukan itu yang menarik.
Hari itu, kami diminta menulis surat untuk diri kami sendiri setahun ke
depan. Terserah apa yang hendak ditulis, terserah ingin menggunakan bahasa apa.
Karena toh hanya kami yang akan membaca tulisan itu lagi.
Saya menulis satu lembar bolak-balik. Tanpa membaca ulang, saya langsung
masukkan surat itu ke dalam amplop VHL. Saya tulis nama dan program yang saya
ambil di depan amplop, dan menyerahkannya pada Mr. Klein. Saya tak sabar
membuka kembali amplop itu tahun depan saat saya diwisuda.
Sebelum Introduction Weeks benar-benar
berakhir, kami diminta menulisan tips
(hal yang bisa diperbaiki) dan tops (hal
yang sudah bagus) tentang program dua minggu ini. Saya suka dengan program ini.
Selain semakin paham tentang kampus dan pernak-perniknya, saya juga semakin
mengenal teman-teman satu angkatan saya. Program ini benar-benar membantu
proses adaptasi mahasiswa baru di kampus. Bandingkan dengan program OSPEK yang
kadang tidak mutu.
Setelah Introduction Weeks selesai,
artinya minggu selanjutnya adalah kuliah yang sebenarnya. Whoa! Bersemangaaaat!
No comments:
Post a Comment